KH Said Aqil Siradj Beberkan Alasan Pesantren Masih Jadi Pilihan Belajar Ilmu Agama, Karena Dua Modal Ini

25 September 2022, 19:00 WIB
Kyai Said Beberkan Alasan Pesantren Masih Jadi Pilihan Belajar Ilmu Agama, Karena Dua Modal Ini /facebook/udin/

PORTAL MAJALENGKA - Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) periode 2010-2020, Profesor Dr KH Said Aqil Siraj membeberkan bahwa pesantren memiliki kekayaan yang luar biasa.

Setidaknya, sebut KH Said Aqil Siradj, terdapat dua modal yang melekat. Sehingga pesantren tetap unggul melahirkan manusia berilmu hingga saat ini.

Pertama, kata KH Said Aqil Siradj, kekayaan modal kapital sosial. Banyaknya orang tua yang menitipkan anaknya untuk mencari ilmu di pesantren, menjadi bukti masih berlimpahnya kepercayaan masyarakat.

Baca Juga: SUBHANALLAH! Hanya Karena Foto Keramat Wali Gus Dur, Kepala Suku Papua Tunduk Ketika Hendak Bubarkan Pesantren

"Selama pesantren masih ramai santri, masih banyak masyarakat yang percaya dan berpulang ke ulama pesantren, maka kita masih punya kekayaan modal sosial besar," beber Kyai Said.

Kyai Said menjelaskan, pesantren masih menjadi pilihan bekal belajar keagamaan sejak berabad-abad silam. Maka sudah sepatutnya, seorang santri harus merawat jejaring sosial pesantren tersebut.

"Sederhananya seorang satu alumni pesantren saja, saat mereka lulus membawa orang tuanya. Saat menikah, mereka akan membawa orang baru, istrinya, mertua dan saudaranya. Tentu secara otomatis mengenal pesantren. Ini yang harus dijaga," jelas Kyai Said, seperti dikutip Portal Majalengka dari Youtube NU CHANNEL.

Baca Juga: Kisah Abu Nawas Lebih Sedih Ditinggal Mati Keledainya daripada Istrinya, Begini Alasannya

Ia pun mengingatkan, kepada seluruh santri dan umat Islam agar merawat jaringan sosial pesantren tersebut.

Kedua, pesantren memiliki modal culture capital atau kekayaan budaya yang menjadi ciri khas pesantren. Antara lain, pengajian menggunakan metode kitab kuning atau kitab gundul tanpa harakat.

Di luar pesantren, kata Kyai Said, lembaga pendidikan sudah jarang menggunakan kitab kuning.

Baca Juga: Rapor Timnas Indonesia saat Mengalahkan Curacao pada FIFA Matchday

"Malah sudah enggak doyan pake kitab kuning selain pesantren," kata pengasuh Ponpes Luhur Al-Tsaqafah, Jakarta Selatan itu.

Pesanten masih menggunakan kajian turats (kitab kuning) dalam rangka menjaga keilmuan dan kemurnian.

"Kita harus bangga karena itu budaya milik kita," tandasnya.

Baca Juga: Rataan Skuad Timnas Indonesia Semakin Muda Usai STY Orbitkan Pemain 19 Tahun Berikut

Kyai Said pun mengungkapkan bahwa pesantren merupakan wadah belajar agama Islam yang mampu memberikan pemahaman secara komprehensif.

Dalam mengkaji kitab kuning, pesantren senantiasa menggunakan dua dalil: 'Aqliyah dan Naqliyah.

Oleh karenanya, penting mengajak masyarakat agar beriman kepada Allah SWT dengan landasan hujah (argumentatif). Baik menggunakan hujah rasional maupun hujah ilmiah.

Baca Juga: Masih Bisa Diakses Berikut Link Tes Ujian IQ Paling Akurat, Cari Tahu Seberapa Cerdasnya Kamu

"Enggak cukup hanya hafal Alquran saja untuk memahami Islam. Melainkan harus dilengkapi dengan Hadis, ijmak ulama dan Qiyas (analogi). Dan pesantren mengajarkan itu," tandasnya.***

Editor: Husain Ali

Sumber: NU Channel

Tags

Terkini

Terpopuler