Subhanallah, Inilah Pesan Terakhir Presiden Soekarno yang Baru Terbongkar Sekarang

12 Agustus 2022, 16:25 WIB
Fatmawati bersama Soekarno dan lima putranya /Dok. Yayasan Bung Karno/

PORTAL MAJALENGKA - Ir Soekarno adalah presiden pertama Republik Indonesia yang menjabat pada periode 1945-1967.

Soekarno merupakan tokoh perjuangan yang berperan penting dalam memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda.

Bersama Mohammad Hatta, Soekarno adalah Proklamator Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Begitu pentingnya kedua tokoh bangsa ini.

Baca Juga: 7 Tempat Keramat Presiden Soekarno yang Sering Jadi Pertapaan di Indonesia dan Angker

Namun, kisah Soekarno-Hatta di penghujung hayatnya tak seindah jasa-jasanya untuk kemerdekaan Indonesia. Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto menjadi saksi bisu detik-detik terakhir kehidupan sang proklamator.

Sang proklamator yang biasa dipanggil Bung Karno, wafat tanpa penghargaan dan penghormatan dari bangsanya.

Bertahun-tahun sebelum itu saat Jenderal  Soeharto menahannya di Wisma Yaso, Soekarno diasingkan dari rakyat yang dicintainya.

Baca Juga: Warga Datangi Helpdesk KPU Kabupaten Majalengka Lapor NIK Miliknya Dicatut Parpol

Bahkan keluarganya pun dipersulit untuk menjenguknya. Soekarno wafat di ruangan perawatan RSPAD Gatot Subroto Minggu 21 Juni 1970 pukul 07.17 WIB.

Ia mengidap komplikasi ginjal, gagal jantung, sesak napas dan rematik. Sebelumnya Bung Karno dikucilkan dan dilarang menginjakkan kaki di Jakarta.

Soekarno tinggal di Istana Bogor, kemudian pindah ke Istana Batu Tulis. Dalam buku lain berjudul Ir Soekarno karya Wahjudi Djaja tertulis bahwa sakit yang diderita Soekarno, sejak Agustus 1965 semakin parah. 

Baca Juga: Kisah Hercules Si Pemilik 17 Nyawa, Tak Mempan Dibacok dan Ditembak, Jadi Adik Angkat Habib Luthfi bin Yahya

Soekarno kemudian memohon kepada Soeharto agar diizinkan kembali ke Jakarta melalui putrinya Rachmawati.

Setelah mendapatkan izin dari Soeharto, Bung Karno akhirnya pindah ke Wisma Yaso atau sekarang Museum Satria Mandala dengan status tahanan.

Pengamanan terhadap sang proklamator diperketat. Alat sadap dipasang di setiap   sudut Rumah dan tidak ada seorang pun yang boleh menjenguknya.

Baca Juga: Prediksi Skor, Susunan Pemain dan Link Live Streaming Final Piala AFF U16 2022 Timnas Indonesia vs Vietnam

Guntur Soekarnoputra harus memikul tanggung jawab yang besar ketika bapaknya Presiden Soekarno, meninggal dunia.

Guntur Soekarnoputra tidak saja harus menjadi pengganti peran ayah bagi adik-adiknya. Tetapi juga siap menjalankan peran sebagai anak Bung Karno tertua.

Selama menjadi putra Bung Karno, banyak   pesan yang telah dibenamkan Bung Karno di otak dan di hati Guntur.

Baca Juga: INILAH 5 Kesaktian Gus Muwafiq Sang Kiai Gondrong, Bisa Melipat Bumi hingga Berjalan di Atas Air

Pada buku yang ditulis oleh Guntur yaitu, Bung Karno Bapakku, Kawanku, Guruku, diceritakan pesan terakhir tentang Bung Karno.

Setelah itu, tidak ada pesan lagi hingga  ayahnya meninggal dunia pada 21 Juni 1970. Berikut pesan terakhir Bung Karno kepada Guntur dilansir portal Majalengka dari kanal YouTube Nasihat Kehidupan Misteri.

Engkau adalah anak sulung Putra Fajar, sebab Bapakmu dilahirkan pada waktu Fajar, menyingsing Fajar 6 Juni yang sedang merekah di ujung timur dan engkau yang lahir di tahun keberanian juga menjelang Fajar, tanggal 3 November.

Baca Juga: Warga Cirebon Antusias Dukung Timnas Indonesia di Final Piala AFF U16, Keluarga Ridzjar Nurviat Adakan Nobar

Pada saat di mana itu Moni, kekuasaan Jepang semakin suram sinarnya, nak seperti halnya Bapakmu engkau pun pantas menyambut terbitnya matahari.

Jadilah manusia yang pantas menyambut terbitnya matahari, ingat yang pantas menyebut terbitnya matahari, itu hanya manusia-manusia Abadi.

Tuhan tawarkan manusia-manusia yang manfaat, karena itu jangan cengeng. Buktikan kepada setiap orang yang menatapmu, bahwa engkau memang pantas menjadi anak sulung Soekarno.

Baca Juga: 5 Tips Agar Channa Maruliodes Mutasi Cepat, Tampil Mata Merah Tajam Menyala

Bung Karno, beri ekspresi sikap Guntur pasca meninggalnya Bung Karno adalah sikap terbaik. Termasuk jika akhirnya ia memilih untuk tidak terjun ke gelanggang politik.

Akan tetapi dengan sikapnya itulah kemudian ia dan adik-adiknya relatif bisa bertahan hidup di rezim Soeharto.  

Sebuah rezim yang telah menggulingkan bapaknya. Tidak hanya dilengserkan dari jabatannya, tetapi juga di punggung atau dikucilkan di Wisma Yaso tanpa bacaan, tanpa teman, tanpa keluarga semuanya.

Baca Juga: Misteri Surat Mbah Kholil Bangkalan untuk Anjing Hitam di Masjidil Haram, Wali Allah yang Sedang Tunaikan Haji

Soekarno sekarat pada 16 Juni 1970. Ia dilarikan dari Wisma Yaso dan ditempatkan dalam sepetak kamar, dengan  penjagaan berlapis di lorong rumah sakit.

Kondisi Bung Karno semakin buruk. Setiap  harinya kesadarannya pun kian menurun. Pada Sabtu, 20 Juni 1970 pukul 20.30 WIB mengalami koma.

Keesokan harinya dokter Mahar Mardjono kemudian menghubungi anak-anak Sang Putra Fajar dan menyuruhnya datang.

Baca Juga: Ternyata Kebanyakan Murid Syekh Siti Jenar Berasal Dari Cirebon, Inilah Nama-Nama Muridnya

Tampak Guntur, Megawati, Sukmawati, Guru dan Rahmawati hadir di rumah sakit pada Minggu, 21 Juni 1970  pukul 06.30 WIB.

Pukul 07.00 WIB, dokter Mahar membuka pintu kamar sang proklamator. Anak-anaknya langsung menyerbu masuk ke ruangan perawatan dan memberondong dokter Mahar, dengan pertanyaan-pertanyaan.

Namun dokter Mahar tidak menjawab. Ia hanya menggelengkan kepala. Pukul 07.08 tugas mulai mencabut selang makanan dan alat bantu pernapasan dari tubuh Soekarno.

Baca Juga: Kontroversi Asal-Usul Syekh Siti Jenar, Benarkah Keturunan Sunan Gunung Jati?

Anak-anak Soekarno kemudian mengucapkan takbir. Melihat kondisi sang ayah, Megawati membisikkan kalimat syahadat ke telinga ayahnya.

Sebelum kalimat itu selesai, Soekarno   mengucapkan nama Sang Pencipta. "Allah, Allah," bisik Soekarno pelan seiring hembus napas terakhirnya.

Ini terdengar suara tangisan pecah dari ruang kamar Soekarno pukul 07.17 WIB.

Baca Juga: Kontroversi dan Teka-Teki Makam Syekh Siti Jenar, Wali Yang Dianggap Ajaranya Sesat

Sang proklamator telah menghadap Sang Pencipta dan berakhirlah sebagai penyambung lidah rakyat.

Sebelum wafat, Soekarno sempat dijenguk Mohammad Hatta. Melihat sahabatnya di rumah sakit Hatta tampak penuh kesedihan.

Soekarno tak kuasa menahan air mata, ketika melihat sahabatnya datang. Ia membalas sapaan sapaan sahabatnya dengan bahasa Belanda yang artinya senang bertemu denganmu.

Baca Juga: KH FUAD HASYIM MARAH pada Gus Dur, Gara-gara Goyang Ngebor Inul Daratista, Dikisahkan Gus Muwafiq

Keduanya kemudian saling berjabat tangan dengan erat dan sangat lama, sambil   bergandengan. Soekarno dan Hatta mengenang masa-masa keduanya saat menghadapi kolonialisme.

Itulah detik-detik akhir hayat dan pesan tekahir Seokarno untuk anaknya.***

Editor: Husain Ali

Sumber: Youtube Nasihat Kehidupan Misteri

Tags

Terkini

Terpopuler