Dibuang ke Laut Saat Bayi, Sunan Giri Selamat dan Mampu Hentikan Laju Kapal Laut, Karomah Wali Songo

2 Agustus 2022, 13:40 WIB
Dibuang ke Laut Saat Bayi, Sunan Giri Selamat dan Mampu Hentikan Laju Kapal Laut, Karomah Wali Songo /YouTube penerus para Nabi

PORTAL MAJALENGKA - Sunan Giri merupakan sosok Walisongo yang diberi berbagai keistimewaan dan keramat oleh Allah SWT.

Sunan Giri adalah putra dari Syekh Maulana Ishak dan Dewi Sekardadu, Beliau lahir di Blambangan pada tahun 1442 Masehi. Saat kecil Ia dipanggil Joko Samudro.

Sunan Giri memiliki beberapa nama panggilan, yaitu Raden Paku, Prabu Satmata, Sultan Abdul Faqih, Raden 'Ainul Yaqin dan Joko Samudro.

Baca Juga: Tubuhnya Keluarkan Cahaya, Sunan Giri Kecil juga Dapat Berpindah Tempat dengan Sangat Cepat

Melihat silsilah dari ibu Sunan Giri adalah keturunan dari kerajaan Blambangan, cucu Menak Sembuyu.

Sejak masih bayi Sunan Giri sudah memiliki karomah, dapat selamat saat dibuang ke laut hingga belaiu mampu menghentikan laju perahu layar. Maka terhentilah kapal itu, bahkan tidak bergerak sama sekali.

Dalam salah satu sumber menyebutkan jika pernikahan Maulana Ishak dengan Dewi Sekardadu banyak pihak yang tidak menyukainya.

Baca Juga: Ternyata Wayang Orang Dulunya Ditampilkan untuk Acara Spiritual

Sehingga saat Sunan Giri dilahirkan, para Patih memasukkan bayi Sunan Giri ke dalam peti kayu kemudian dihanyutkan ke laut Selat Bali

Dikisahkan pada suatu malam ada sebuah perahu dagang dari Gresik sedang melintasi Selat Bali. Ketika perahu itu berada di tengah-tengah Selat Bali, keanehan mulai muncul saat perahu itu tidak dapat bergerak maju ataupun mundur.

Pada akhirnya, Nahkoda kapal memerintahkan awak kapal untuk memeriksa penyebab kemacetan itu yang diperkirakannya karena ada karang di tengah laut itu.

Baca Juga: Karomah Wali Allah, Kisah Tragis Tentara Belanda Akibat Bersitegang dengan Kyai As'ad

"Coba periksa apa yang sedang terjadi, apakah kapal kita ini sedang menabrak karang," perintah Nahkoda kepada awak kapalnya.

Para awak kapal yang diperintah pun segera melaksanakan perintah Sang Nahkoda.

Awak kapal saling menyisiri di sekeliling tepi kapal untuk melihat apakah ada yang menghalangi laju perahu mereka atau tidak.

Setelah lama berkeliling, ternyata awak kapal malah menemukan sekotak peti indah, ternyata peti itulah yang telah membuat kapal terhenti.

"Tuan kita telah menabrak sebuah peti indah, peti inilah yang mungkin menyebabkan kapal kita terhenti," ujar salah satu awak kapal kepada Nahkoda.

"Hanya sebuah peti kecil bisa menghentikan kapal ini?," tanya Nahkoda yang keheranan.

"Benar Tuan," jawab awak kapal lainnya.

Tidak percaya dengan penjelasan anak buahnya, Nahkoda kapal itu pun mengecek sendiri, ternyata di sana memang ada sebuah peti yang indah.

Sang Nahkoda memandangi peti unik dan indah itu dengan seksama. Karena penasaran Ia membuka kotak peti itu dan alangkah terkejutnya Sang Nahkoda dan para awak kapal ternyata dalam peti itu terdapat bayi mungil, montok dan rupawan.

"Bayi siapakah ini? Siapa orang tua yang tega membuang bayinya ke tengah laut?," tanya Sang Nahkoda.

Tak satupun dari anak buahnya yang menjawab, mereka hanya memandangi bayi kecil itu dengan rasa haru.

Sang Nahkoda bisa memastikan bahwa peti itu milik Bangsawan yang biasa digunakan untuk menyimpan barang berharga.

Ia juga sangat gembira karena dapat menyelamatkan jiwa si bayi mungil itu. Namun Ia juga mengutuk orang yang tega membuang bayi itu ke tengah lautan tersebut.

"Sungguh orang yang tidak berkeprimanusiaan," gumamnya.

Kemudian, Nahkoda kapal itu memerintahkan awak kapal untuk melanjutkan pelayaran ke Pulau Bali. Namun perahu tidak dapat bergerak maju.

Anehnya ketika kapal itu diputar dan diarahkan ke Gresik ternyata kapal itu dapat maju dengan pesatnya.

Setelah sampai di Gresik sang Nahkoda segera menghadap ke pemilik kapal seorang janda kaya, Nyai Ageng Pinatih.

"Peti inilah yang menyebabkan kami kembali dalam waktu secepat ini kami tidak dapat meneruskan pelayaran ke Pulau Bali," ujar sang Nahkoda.

"Bayi? Bayi siapa ini," tanya Nyai Ageng Pinatih yang penasaran sembari mengangkat bayi itu dari dalam peti.

"Kami menemukannya di tengah Samudera Selat Bali," jawab sang nahkoda itu.

Kemudian bayi itu diserahkan kepada Nyai Ageng Pinatih untuk diambil sebagai anak angkat, karena sudah lama Ia menginginkan sang anak.

Lantaran bayi itu ditemukan di tengah Samudera Nyai Ageng Pinatih memberinya nama Joko Samudro.

Jadi, Sunan Giri adalah keturunan raja yang diasingkan. Namun peti kayu yang berisi Sunan Giri tersebut ditemukan oleh Nahkoda beserta awak kapal layar.

Setelah dewasa, Sunan Giri belajar agama Islam di Ampel Denta dibawah naungan Sunan Ampel bersama Maulana Makdum Ibrahim atau Sunan Bonang yang merupakan putra dari Sunan Ampel.

Semangat mempelajari Islam Sunan Giri tak pernah padam. Selama belajar di Ampel Denta Sunan Giri mendapat pengetahuan baru tentang Islam. Kegigihannya mendalami agama Islam akhirnya Sunan Giri dan Sunan Bonang akhirnya menjadi seorang wali yang turut menyebarkan agama Islam.

Bertahun-tahun mendalami Islam di Ampel Denta, akhirnya Sunan Ampel mengetahui jika Joko Samudro merupakan anak dari Maulana Ishak.

Sunan Giri pun bertemu dengan ayahnya Maulana Ishak, barulah Ia mengetahui asal-usulnya termasuk alasan dimasukkan ke dalam peti kayu dan dihanyutkan ke laut.

Demikian kisah keistimewaan dan karomah Sunan Giri pada saat bayi yang dapat selamat saat dibuang ke laut dan hentikan laju kapal laut. Waallahua'lam bisshawab.***

Editor: Muhammad Ayus

Sumber: Youtube Swara Nusantara dan Tafakkur Fiddin

Tags

Terkini

Terpopuler