Kisah Raden Walangsungsang dan Nyai Rara Santang Jadikan Tegal Alang-Alang Maju, Komoditas Terasi dan Petis

27 Juli 2022, 13:13 WIB
Kisah Raden Walangsungsang dan Nyai Rara Santang Jadikan Tegal Alang-Alang Maju dengan Komoditas Terasi dan Petis /Youtube wisata religi

PORTAL MAJALENGKA - Raden Pamanah Rasa atau Pangeran Jaya Dewata alias Prabu Siliwangi yang merupakan raja Pajajaran menikahi seorang wanita cantik bernama Nyai Subang Larang.

Nyai Subang Larang adalah putri Ki Gedheng Tapa, seorang Patih Singapura sekaligus Syahbandar Muara Jati.

Pernikahan Prabu Siliwangi dan Nyai Subang Larang menghasilkan tiga orang anak, di antaranya yaitu Raden Walangsungsang, Nyai Rara Santang, dan Raja Sengara.

Baca Juga: Pengembaraan Nyai Rara Santang Susul Raden Walangsungsang Hingga Bertemu Ki Gedheng Tapa di Amparan Jati

Dikisahkan, sepeninggalan Nyai Subang Larang menghadap Allah SWT, putra pertamanya, Raden Walangsungsang memutuskan pergi dari istana guna memperdalam ilmu agama.

Tak lama setelah Raden Walangsungsang pergi meninggalkan kerajaan Pajajaran, adiknya, Nyai Rara Santang ikut pergi menyusulnya.

Raden Walangsungsang dan Nyai Rara Santang akhirnya bertemu di Gunung Merapi. Usai bertemu, keduanya kembali melanjutkan pengembaraan ke suatu daerah yang bernama Amparan Jati.

Baca Juga: KISAH WALI CIREBON! Peran Ki Gede Alang-Alang Didik Walangsungsang dan Rara Santang hingga Sunan Gunung Jati

Selain mengembara di Amparan Jati, Raden Walangsungsang dan Nyai Rara Santang secara tidak sengaja bertemu dengan kakeknya yaitu Ki Gedheng Tapa.

Di Amparan Jati, Nyai Rara Santang dan sang kakak menemui Syekh Datuk Kahfi atau yang dikenal dengan Syekh Nurjati untuk belajar agama Islam.

Raden Walangsungsang kemudian mendapat gelar Ki Somadullah dari Syekh Nurjati, sang guru.

Baca Juga: Kisah Keramat Wali: Habib Luthfi Bin Yahya Dibuat Bingung Oleh Jin yang Minta Ijazah Ayat Kursi

Setelah kurang lebih belajar selama tiga tahun di Pondok Qura Amparan Jati, akhirnya Syekh Nurjati memerintahkan Raden Walangsungsang untuk mendirikan sebuah perkampungan.

Tepatnya di daerah Kebon Pesisir dekat dengan pantai sebelah timur Pasambangan.

Daerah Kebon Pesisir juga dikenal dengan nama Tegal Alang-Alang, yang kini telah berganti nama menjadi kelurahan Lemah Wungkuk.

Sekarang, kelurahan Lemah Wungkuk tercatat menjadi bagian wilayah kota Cirebon, Jawa Barat.

Pada masa itu, di Tegal Alang-Alang sudah ada permukiman yang dipimpin oleh seorang kuwu bernama Ki Danusela atau yang lebih dikenal dengan Ki Gedheng Alang-Alang.

Ki Gedheng Alang-Alang merupakan paman dari Nyai Indang Geulis, istri Raden Walangsungsang.

Kehadiran Raden Walangsungsang bersama istri dan adiknya di Tegal Alang-Alang memberikan kemajuan yang begitu progresif dalam membangun daerah tersebut.

Berkat kegigihannya, Ki Gedheng Alang-Alang kemudian mengangkat Raden Walangsungsang sebagai wakil kuwu dengan gelar Pangraksabumi.

Tugas dan tanggung jawab Raden Walangsungsang yaitu mengurusi masalah permukiman penduduk, pertanian, dan perikanan.

Salah satu yang menarik dari daerah ini adalah ketika masyarakat setempat memiliki penghasilan tambahan dari hasil pembuatan petis dan terasi.

Sebab, petis dan terasi yang dibuat oleh masyarakat Tegal Alang-Alang memiliki ciri khas tersendiri.

Dijadikannya Tegal Alang-Alang sebagai daerah penghasil petis dan terasi tidak lepas dari jerit payah Raden Walangsungsang, Nyai Rara Santang, Nyai Indang Geulis, dan Ki Gedheng Alang-Alang yang terus memotivasi masyarakat untuk memproduksi dua komoditas pangan tersebut.

Bahkan mereka berempat ikut terlibat secara langsung dalam memproduksi petis dan terasi.

Kemudian, seiiring berjalannya waktu, daerah Tegal Alang-Alang atau yang kini dikenal dengan kelurahan Lemah Wungkuk, banyak dikunjungi oleh wisatawan yang hendak membeli petis dan terasinya yang khas.

Disclaimer: Artikel ini dikutip dari satu versi. Membuka kemungkinan adanya perbedaan dari sumber versi lainnya.***

 

Editor: Muhammad Ayus

Sumber: Buku Jalan Hidup Sunan Gunung Jati karya Eman Suryaman

Tags

Terkini

Terpopuler