PERJANJIAN SABDO PALON Antara Syekh Subakir dan Ki Semar: Orang Jawa Tidak Boleh Jadi Orang Arab

8 Juli 2022, 20:04 WIB
Serat Jangka Jayabaya: Sabdo Palon Tagih Janji Part 2, Isi Percakapan Syekh Subakir dengan Ki Semar. /Tangkapan layar Instagram/@ki_semar_budronoyo

PORTAL MAJALENGKA - Dikisahkan banyak ulama yang diterjunkan untuk berdakwah di tanah Jawa, namun mereka semua gugur dalam medan perjalanan.

Pulau Jawa diyakini sebagai tempat kediaman para siluman dan dedemit. Akhirnya ada seorang ulama sakti yang datang ke Jawa dan menemui penguasa yaitu Ki Semar atau dikenal Sabdo Palon Noyogenggong.

Dilansir Portal Majalengka dari buku Pakem Babat Tanah Jawa karangan M Zamroji dalam kisah Jawa kuno, konon Syekh Subakir datang dari Persia sebagai penyebar agama Islam.

Baca Juga: Misteri Gunung Tidar, Lokasi Adu Sakti Sabdo Palon dengan Syekh Subakir, Kisah Dakwah sebelum Walisongo

Kemudian Syekh Subakir menemui penguasa tanah Jawa yaitu Ki Semar alias Sabdo Palon Noyogenggong dan melakukan pernjanjian dengan Ki Semar yang disebut pernjanjian Sabdo Palon.

Kisah ini diceritakan dalam tulisan lontar kuno karya Sunan Drajat atau pengikutnya.

Syekh Subakir merupakan ulama berasal dari Persia. Beliau dianggap sebagai generasi pertama Walisongo yang menyebarkan Islam di Jawa.

Dahulu, proses Islamisasi di Jawa cukup menyulitkan para wali karena kepercayaan orang Jawa yang sangat kuat dengan hal-hal mistis.

Baca Juga: MISTERI Air Keramat Bekas Wudlu Syekh Subakir di Karimun Jawa, Walisongo Sebelum Sunan Gunung Jati

Setelah diperintahkan Sultan Muhammad Al-Fatih, Syekh Subakir datang ke tanah Jawa bersama orang kerajaan Keling India.

Sampainya di Jawa, Syekh Subakir menuju gunung Tidar yang dipercaya sebagai pusat peradaban tanah Jawa.

Dia pun meletakkan Batu Aji Kala Cakra yang mampu menetralkan daya magis jin. Batu tersebut mengeluarkan hawa panas, sehingga para lelembut menyingkir ke laut selatan Jawa.

Ki semar ikut terganggu sehingga Syekh Subakir dan Ki Semar bertanding. Kemudian mereka melakukan perjanjian Sabdo Palon sebagai berikut:

Baca Juga: Keramat Mbah Said Gedongan, Taklukkan Kereta Api Belanda Demi Kemaslahatan Santri

1. Tidak diperbolehkan adanya unsur paksaan terlebih peperangan saat menyebarkan Islam. Penyebaran agama samawi ini harus dilakukan dengan halus dan menyerahkan ke masyarakat Jawa apakah mau masuk Islam atau tidak.

2. Saat membuat bangunan ibadah harus bernuansa Hindu-Jawa bergaya cakra, sehingga alternatifnya melakukan akulturasi budaya. Jadi meski tempat peribadatan memiliki gaya Jawa asli namun penyebaran ilmu-ilmu Islami tetap dilakukan.

3. Boleh mendirikan kerajaan Islam dengan syarat ratu pertama adalah anak campuran agama, jadi misalnya jika bapaknya Hindu ibunya Islam dan sebaliknya.

4. Tidak boleh mengubah orang Jawa menyerupai orang Arab. Orang Jawa harus tetap menjaga budayanya dan kepribadian aslinya.

Baca Juga: Keramat Wali: KH Abbas Buntet Cirebon Ubah Tasbih dan Pasir Jadi Bom Saat Peperangan di Surabaya

Jika orang Jawa kehilangan kepribadian aslinya maka Ki Semar akan membuat perkara dalam kemunculannya 500 tahun lagi.

Syeikh Subakir menghargai empat perjanjian itu, namun untuk nomor 4 beliau menjelaskan jika ada perkembangan zaman itu bukan kuasa beliau jadi biar Allah yang menentukan.

Demikian data kisah Perjanjian Sabdo Palon dan Syekh Subakir: Nagih Janji Tanah Jawa.

Disclaimer: Portal Majalengka hanya sekadar menginformasikan bagi pembaca dari berbagai sumber referensi.  *

Editor: Ayi Abdullah

Sumber: buku pakem babat tanah jawa karangan M.zamroji

Tags

Terkini

Terpopuler