Pengembaraan Gus Dur Menempuh Pendidikan dan Guru Pertamanya Pendiri Nahdlatul Ulama KH Hasyim Asy’ari

1 Juli 2022, 15:09 WIB
Gus Dur menempuh pendidikan formal dan pesantren, dengan guru pertama pendiri Nahdlatul ulama sekaligus kakeknya KH Hasyim Asy'ari. /Pikian=Rakyat.com/

PORTAL MAJALENGKA- Selain belajar kepada orang tuanya, Gus Dur pertama kali belajar kepada sang kakek, KH Hasyim Asy'ari yang merupakan pendiri Nahdlatul Ulama. Saat serumah dengan kakeknya, dia diajari membaca Alquran.

Di usia lima tahun, Gus Dur telah lancar membaca Alquran, kemudian sang ayah pindah ke Jakarta.

Selain belajar formal di sekolah, Gus Dur juga mengikuti les privat Bahasa Belanda. Guru lesnya bernama Willem Buhl, seorang Jerman yang telah masuk Islam, yang mengganti namanya dengan Iskandar.

Baca Juga: 7 Karomah Gus Dur yang Dirahasiakan Sendiri Olehnya Sampai Ia Wafat

Untuk menambah pelajaran Bahasa Belanda tersebut, Buhl selalu menyajikan musik klasik yang biasa dinikmati orang dewasa. Inilah pertama kali persentuhan Gu Dur dengan dunia barat dan dari sini pula Gus Dur mulai tertarik dan mencintai musik klasik.

Menjelang kelulusannya di Sekolah Dasar, Gus Dur memenangkan lomba karya tulis (mengarang) se-wilayah kota Jakarta dan menerima hadiah dari pemerintah.

Pengalaman ini menjelaskan bahwa Gus Dur telah mampu menuangkan gagasan dan ide-idenya dalam sebuah tulisan. Sehingga wajar jika pada masa kemudian tulisan-tulisan Gus Dur menghiasai berbagai media massa.

Baca Juga: DITAWARI JADI PRESIDEN, KH Hasyim Asy'ari Kakek Gus Dur Serahkan Pada Soekarno

Setelah lulus dari Sekolah Dasar, Gus Dur dikirim orang tuanya untuk belajar di Yogyakarta. Pada tahun 1953 dia masuk SMEP (Sekolah Menengah Ekonomi Pertama) Gowongan, sambil mondok di pesantren Krapyak.

Sekolah ini meskipun dikelola oleh Gereja Katolik Roma, akan tetapi sepenuhnya menggunakan kurikulum sekuler. Di sekolah ini pula pertama kali Gus Dur belajar Bahasa Inggris.

Merasa terkekang hidup dalam dunia pesantren, akhirnya Gua Dur minta pindah ke kota dan tinggal di rumah Haji Junaidi, seorang pimpinan lokal Muhammadiyah dan orang yang berpengaruh di SMEP.

Baca Juga: 1000 Persen Anda Pasti Ketawa, Abu Nawas Kerjai Tabib Palsu, Kecerdikan Sang Wali Sufi

Kegiatan rutinnya, setelah shalat subuh mengaji pada KH Maksum Krapyak, siang hari sekolah di SMEP, dan pada malam hari ikut berdiskusi bersama dengan Haji Junaidi dan anggota Muhammadiyah lainnya.

Disclaimer : Portal Majalengka merangkum data dari berbagai sumber. *

Editor: Ayi Abdullah

Tags

Terkini

Terpopuler