6 Keramat Gus Dur: Tawar Menawar Umur Hingga Jumpa Ibu Joko Tingkir

18 Juni 2022, 06:30 WIB
6 Keramat Gus Dur: Tawar Menawar Umur Hingga Jumpa Ibu Joko Tingkir //Santrigusdur.com

PORTAL MAJALENGKA - KH Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur lahir di Jombang Jawa Timur pada tanggal 7 September tahun 1940.

Gus Dur wafat di Jakarta pada tanggal 30 Desember tahun 2009 pada umur 69 tahun.

Gus Dur merupakan tokoh muslim Indonesia dan pemimpin politik yang menjadi Presiden Indonesia keempat dari tahun 1999 hingga 2001.

Baca Juga: Anda Memiliki Khodam Harimau Putih Prabu Siliwangi? Simak 5 Ciri Khusus yang Melekat

Selain sebagai Presiden Republik Indonesia ke-4, Gus Dur juga adalah ulama besar dan juga seorang waliyullah

Sebagai seorang wali, Gus Dur pastinya beriring dengan keramat. Berikut beberapa keramat Gus Dur dikutip Portal Majalengka dari you tube Riyo Fulana.

1. Tahu akan jadi Presiden

Pada pertengahan tahun 1999, kelompok Forum Demokrasi atau Fordemmengadakan rapat untuk mengganti Gus Dur yang saat itu memimpin Fordem.

Anggota Fordem mengeluh karena Gus Dur dianggap lupa dengan Fordem dan lebih mementingkan partainya.

Baca Juga: Sunan Gunung Jati Wafat di Atas Pembaringan dari Tikar Daun Rundamala dan Bantal Batu

Akan tetapi, sebelum diminta mundur, Gus Dur terlebih dahulu menyatakan mundur karena telah mendapat isyarat akan hal itu.

"lagi pula, kemarin saya didatangi Mbah Hasyim yang memberitahu bahwa bulan Oktober ini saya akan jadi Presiden, jadi saya tidak bisa terus di Fordem," kata Gus Dur.

Ungkapan Gus Dur itu sempat mengundang tawa yang mendengarnya. Ada yang menganggap serius ungkapan Gus Dur ini, namun tak sedikit pula yang menganggap ini sudah tidak normal.

Terlebih lagi, pada waktu itu nama Gus Dur belum muncul sebagai calon Presiden yang signifikan. Bahkan partai yang nantinya akan mengusungnya belum lahir.

Tapi hal yang diungkapnya itu terbukti pada bulan Oktober tahun 1999, Gus Dur menjadi Presiden Republik Indonesia ke-4.

Baca Juga: Formasi 12 Pemain Film Pengabdi Setan 2, Sutradara Joko Anwar Dapuk Nama Baru

2. Jumpa ibu Joko Tingkir

Kisah keramat kedua Gus Dur ini seperti yang diceritakan oleh Gus Anang.

Gus Anang bercerita bahwa ketika itu dirinya mendampingi Gus Dur dalam sebuah acara di Sumenep.

Ketika selesai acara, Gus Anang berjalan di samping Gus Dur ketika hendak menuju mobil.

Di tengah kerumunan Banser yang mengawal dan kerumunan orang yang hendak bersalaman kepada Gus Dur itu tiba-tiba Gus Dur berkata setengah membisik kepada dirinya.

Baca Juga: Film Pengabdi Setan 2 Gunakan Lokasi Syuting Rusun yang Sudah Tidak Dihuni selama 15 Tahun

"Tolong beri jalan ada wanita bersalaman dengan saya," kata Gus Dur.

Seketika, di tengah kerumunan itu ada wanita paruh baya mendekat ke Gus Dur. Wanita itu berpakaian hitam ala Jawa dan memakai konde.

Gus Anang kemudian menyuruh Banser untuk memberi jalan bagi wanita itu. Ketika wanita itu berada di hadapan Gus Dur, seketika Gus Dur menunduk dan bersalaman kepada wanita itu.

Setelah bersalaman, wanita itu pun menghilang di tengah kerumunan. Selepas itu, di mobil Gus Dur berkata kepada Gus Anang.

Baca Juga: Hasil Akhir Persib vs Persebaya di Piala Presiden 2022, Ciro Alves Ciptakan Gol Perdananya untuk Bobotoh

"Sampeaan tahu siapa wanita yang saya sungkem tadi? wanita itu adalah ibunya Joko Tingkir," ucap Gus Dur.

"Saya tidak sempat sowan kepada beliau, maka beliau mendatangi saya kesini," tutur Gus Dur.

3. Tawar menawar umur

Kisah ini diceritakan oleh KH Abdul Moqsith Ghazali yang juga dikenal dekat dengan Gus Dur saat masih hidup.

Kiai Moqsith menuturkan, dahulu Gus Dur ditawari umur oleh 90 malaikat, namun Gus Dur mengaku umur tersebut terlalu lama.

Baca Juga: MASIH BERLANGSUNG LAGA SUPER PANAS Persib Bandung vs Persebaya Surabaya di Piala Presiden 2022

"Buat apa sih umur panjang-panjang, yang sedang sajalah, 69 tahun," ucap Gus Dur kala itu.

Akhirnya benar, Gus Dur wafat pada usia tersebut.

4. Ketemu wali di Madinah

Kisah berikut dituturkan KH Said Aqil Siradj. Pada waktu itu, Kiai Said sedang bersama Gus Dur di Madinah.

Setelah berziarah, Gus Dur berdoa di Raudah, kemudian malamnya Gus Dur mengajak Kiai Said ke masjid untuk mencari seorang wali.

Baca Juga: Singa dari Cirebon Cucu Sunan Gunung Jati Perang Lawan Penjajah dengan Membawa Tentara Ghaib

Setelah muter-muter di masjid, Kiai Said ketemu dengan orang yang pakai sorban tinggi sedang mengajar santrinya yang banyak.

"Apa ini Wali Gus? tanya Kiai Said.

"Bukan!," jawab Gus Dur.

Mereka berdua pun kemudian mencari lagi. Beberapa saat kemudian mereka bertemu dengan orang yang pakai sorban dengan jidat hitam.

Baca Juga: Hasil FP2 MotoGP Jerman 2022: Francesco Bagnaia Cetak Rekor Baru

"Bukan ini!," kata Gus Dur.

Pencarian pun dilanjutkan, kemudian akhirnya Gus Dur menghentikan langkah di dekat orang yang pakai sirban kecil biasa yang duduk di atas sajadah.

"Ini adalah Wali," ucap Gus Dur melihat sosok yang ia cari tersebut.

Kemudian Kiai Said memperkenalkan diri, dan tentu juga memperkenalkan Gus Dur pada Wali tersebut dalam bahasa Arab.

Baca Juga: Saat Jadi Perampok Sunan Kalijaga Incar Tongkat Sakti Sunan Bonang, Kisah Murid Sunan Gunung Jati

"Syekh, ini saya oerkenalkan namanya ustadz Abdurrahman Wahid, ketua organisasi Islam terbesar di Asia," kata Kiai Said memperkenalkan Gus Dur kepada wli tersebut.

Konon, tujuan dari mencari wali ini adalah Gus Dur ingin didoakan oleh seorang wali tersebut.

Akhirnya wali ini berdoa untuk Gus Dur, "Semoga diridhoi, diampuni, hidupnya sukses," kata Wali tersebut.

Setelah itu, Wali tersebut pergi sambil menyeret sajadahnya dan berkata, "Dosa apa saya, sampai-sampai maqom kedudukan saya diketahui oleh orang," ucap Wali itu.

Dalam sebuah pendapat ulama menyatakan bahwa, yang mengetahui kedudukan seorang wali adalah Wali itu sendiri.

Baca Juga: Apriyani/Fadia dan Ginting Tersingkir, Wakil Ganda Putri dan Tunggal Putra di Indonesia Open 2022 Habis

5. Menundukkan awan gelap

Disebutkan bahwa semasa menjadi Presiden Indonesia, Gus Dur sangat rajin menjalin silaturahmi dengan pemimpin negara lain, satu kebiasaan baik yang telah dikembangkan sejak sebelum ia menjadi Presiden.

Salah satu lawatan pentingnya adalah ke India di awal Februari tahun 2000 setelah perjalanan panjang dari Eropa. Di negeri yang dialiri sungai Gangga itu Gus Dur bertemu dengan perdana menteri.

Perjalanan panjang keliling Eropa dan pulangnya melewati India dan dilanjutkan ke India ini menggunakan pesawat kepresidenan. Tentu saja memiliki standar keamanan dan pelayanan yang terbaik untuk orang paling penting di Indonesia.

Baca Juga: GBLA BERGEMURUH Sambut Gol Viktor Igbonefo dan Nick Kuipers, Persib vs Persebaya di Piala Presiden 2022

Pada kunjungan tersebut, ketika pesawat mendekati New Delhi terdapat awan yang sangat gelap yang menutupi bandar udara. Sehingga tidak mungkin untuk mendarat di Bandara Internasional Indira Gandhi New Delhi. Sehingga direncanakan mendarat di bandara lain terdekat sebagai alternatif.

Bagi seorang Presiden dengan jadwal yang sudah diatur secara ketat karena terbatasnya waktu, kondisi ini tentu akan membuat rencana kegiatan menjadi berantakan.

Di tengah-tengah situasi seperti itu, tiba-tiba terjadi sebuah fenomena alam yang sangat ajaib. Tiba-tiba saja langit terbuka dan sehingga pesawat bisa melewati awan. Dan, begitu pesawat bisa mendarat, langit kembali tertutup awan hitam kembali.

Kisah keramat Gus Dur ini disampaikan oleh pilot pesawat kepresidenan yang sedang bertugas kepada adik Gus Dur, Umar Wahid yang merasa takjub dengan kejadian tersebut.

Baca Juga: GRATIS LIVE SCORE Persib Bandung vs Persebaya Surabaya, Laga Klasik Tim Papan Atas

Ini kebetulan atau tidak, tapi pilot tersebut mengatakan dalam karirnya. Sebagai pilot ia tidak pernah mengalami kondisi seperti itu.

Sebagai pilot kepresidenan, tentu saja telah dipilih orang dengan jam terbang tinggi dan kemampuan terbaik.

Kondisi seperti itu merupakan fenomena alam aneh yang baginya juga luar biasa dan tak terlupakan.

Baca Juga: Sosok Prilly Latuconsina, Artis Muda Masuk Bursa Wakil Walikota Tanggerang

6. Gus Dur membelah diri

Disebutkan bahwa, pada sekitar tahun 1994, kala itu Gus Dur sedang dirawat di rumah sakit umum daerah Koja Jakarta Utara yang pada masa itu dipimpin oleh adik kandungnya Gus Dur, Umar Wahid.

Gus Dur sedang terbaring di kamar dengan dijaga oleh dua orang Banser. Seorang Banser tampaknya bertindak sebagai komandan.

Bila malam hari, kedua Banser ini berjaga bergiliran, salah satu tidur dan seorang lainnya terjaga.

Hingga pada suatu ketika seseorang yang bertindak sebagai komandan berkata pada temannya.

Baca Juga: Hasil FP2 Moto3 Jerman 2022: Mario Aji Sedikit Lebih Baik, Tatsuki Suzuki Unjuk Gigi

"Saya keluar sebentar, tolong jaga Pak Kiai dengan baik. Tidak lama saya segera kembali," kata komandan Banser itu.

"Siap!," jawab sang Banser dengan bersemangat.

Sepeninggal temannya, dia pun segera masuk ke kamar perawatan dan duduk disebelah Gus Dur yang sedang terbaring di atas tempat tidur.

Tidak berapa lama, Gus Dur terbangun dari tidurnya dan mengajaknya keluar mencari udara segar.

Baca Juga: Masjid Agung Sang Cipta Rasa, Saksi Bisu Romantisme Sunan Gunung Jati kepada Nyimas Pakungwati

Dengan tertatih, Gus Dur mengajaknya berziarah ke makam Habib Husein Al Haddad di dekat pintu pelabuhan indonesia Pelindo.

Letak makam tersebut hanya berjarak sekitar 400 meter di seberang jalan raya Pelabuhan di depan Rumah Sakit Koja.

Sang Banser pun dengan setia mengikuti Gus Dur yang berjalan tertatih-tatih.

Seusai berziarah dan memanjatkan doa, sang Banser pun mengirimkan Gus Dur untuk kembali ke kamarnya.

Setelah Gus Dur kembali beristirahat dan tidur dia pun keluar ruangan.

Baca Juga: Hasil FP1 Moto3 Jerman 2022: Mario Aji Tampil Buruk, Izan Guevara Tercepat

Namun alangkah kagetnya ketika dia keluar ruangan dia mendapati temannya yang tadi keluar sedang menunggunya dengan muka masam laksana komandan yang menunggu laporan kekalahan dari bawahannya.

"Dari mana saja kamu disuruh jaga kok malah keluyuran seenaknya," ucap Komandan Banser.

Dengan gelagapan, sang Banser menjawab, "Siap dan! tadi mengantar Pak Kiai berziarah," ucap bawahan Banser itu.

"Jangan buat alasan yang aneh-aneh! saya hanya pergi sebentar lalu kembali, dari tadi saya lihat Pak Kiai tidur di dalam, sementara kamu tidak ada!," tegur komandn Banser.

Baca Juga: Film Pengabdi Setan 2 Resmi Rilis Trailer, Rini Bongkar Pekerjaan Misterius Bapak

Mereka pun kemudian saling berdebat dan bersitegang tentang penglihatan dan pengalamannya masing-masing.

Cerita ini adalah cerita nyata yang dialami oleh teman-teman Banser di Jakarta Utara tutur KH Miftahul Falah yang merupakan salah seorang tokoh NU Jakarta Utara.***

Editor: Andra Adyatama

Sumber: YouTube Riyo Fulana

Tags

Terkini

Terpopuler