Lirik dan Makna dari Tembang atau Syair Lir Ilir yang Sarat Makna, Ciptaan Walisongo Sunan Kalijaga

28 Mei 2022, 16:23 WIB
Gundul-gundul pacul Sunan Kalijaga. /instagram.com/@pencinta_awliya

PORTAL MAJALENGKA – Sunan kalijaga merupakan anggota dari walisongo yang berasal dari tanah Jawa tepatnya ia lahir di Tuban, Jawa Timur pada tahun 1450 Masehi. 

Dalam Sebelum menjadi anggota walisongo ia merupakan putra dari seorang bupati tuban pada masa itu yang bernama tumenggung Wilatikta.

Namun ia kemudian diusirioleh ayahnya karena kedapatan secara diam-diam membongkar gudang kadipaten dan membagikan bahan makanan Kepada orang yang membutuhkan.

Baca Juga: PETATAH-PETITIH Sunan Gunung Jati Jadi Warisan Batiniah, Korelasi Tembang Sunan Kalijaga dan Dakwah Walisongo

Dalam pengusirannya ia kemudian bertemu dengan sunan Bonang yang mengajarkannya ilmu agama dan ilmu bela diri.

Setelah dirasa cukup ia kemudian memilih jalan dakwah untuk menyebarkan agama islam di tanah jawa.

Keunikannya dalam berdakwah dengan melalui pendekatan metode kesenian kemudian tertuang salahsatunya ke dalam lirik syair Lir Ilir yang masih ada hingga sekarang.

Baca Juga: Lir-Ilir Ajaran Walisongo Sunan Kalijaga untuk Kehidupan Manusia, Korelasi dengan Ajaran Sunan Gunung Jati

Berikut adalah lirik syair atau tembang Lir Ilir dan terjemahnnya dalam Bahasa Indonesia.

Lir ilir lir ilir tandure wong sumilir tak ijo royo royo
Bangunlah bangunlah tanamannya sudah mulai tumbuh, segar sekali warnanya hijau

Tak sengguh panganten anyar
Seperti bahagianya pengantin baru

Cah angon cah angon penekna blimbing kuwi
Anak gembala Anak gembala panjatlah (pohon)belimbing itu

Lunyu lunyu penekna kanggo mbasuh dodotira
Licin licin panjatlah untuk membasuh pakaianmu

Dodotira dodotira kumintir bedah ing pinggir
Pakaianmu pakaianmu terkoyak di bagian samping

Dondomana jrumatana kanggo seba mengko sore
Jahitlah benahilah untuk menghadap nanti sore

Mumpung padang rembulane
Mumpung terang rembulan

mumpung jembar kalangane
Mumpung banyak waktu luang

Sun suraka surak hiyo
Bersoraklah hayo bersoraklah

Lir ilir lir ilir tandure wong sumilir tak ijo royo royo
Bangunlah bangunlah tanamannya sudah mulai tumbuh, segar sekali warnanya hijau

Tak sengguh panganten anyar
Seperti bahagianya pengantin baru

Cah angon cah angon penekna blimbing kuwi
Anak gembala Anak gembala panjatlah (pohon)belimbing itu

Lunyu lunyu penekna kanggo mbasuh dodotira
Licin licin panjatlah untuk membasuh pakaianmu

Dodotira dodotira kumintir bedah ing pinggir
Pakaianmu pakaianmu terkoyak di bagian samping

Dondomana jrumatana kanggo seba mengko sore
Jahitlah benahilah untuk menghadap nanti sore

Mumpung padang rembulane
Mumpung terang rembulan

mumpung jembar kalangane
Mumpung banyak waktu luang

mumpung jembar kalangane
Mumpung banyak waktu luang

Baca Juga: INILAH 5 PUSAKA Sakti Milik Prabu Siliwangi: Kujang, Mustika dan Keris Banyak Dicari Orang

Tembang Lir ilir memiliki makna mendalam tentang perjalanan hidup dan dapat dimaknai luas sehingga tak lekang oleh zaman.

Oleh Fahrudin Faiz dalam channel youtube nya menjelaskan bahwa tembang tersebut mengajak kita harus bangkit dan mensegerakan (untuk berbuat kebajikan/ untuk produktif) karena situasi sekarang sudah mulai memungkinkan.

Cah angon bisa diartikan sebagai diri kita sendiri yang menjadi penanggung jawab atas kehidupannya masing-masing. Agar segera meraih atau melakukan keutaman meskipun sulit.

Hal tersebut untuk membersihkan dan membenahi jati diri kita yang tidak utuh karena nafsu. Supaya bagus dan tidak malu ketika kembali untuk menghadap tuhan.

Mumpung masih jelas, masih terang mana yang benar dan mana yang salah, mumpung kesempatan itu datang.

Surak itu kita disuruh bilang iya jangan bilang tidak karena sudah diberikan pengetahuan.***

Editor: Muhammad Ayus

Tags

Terkini

Terpopuler