INILAH Bukti Keberadaan Prabu Siliwangi dan Cucunya Sunan Gunung Jati di Cirebon

11 Februari 2022, 20:40 WIB
Makam Sunan Gunung Jati Cirebon menyimpan salah satu bukti terkait Prabu Siliwangi /Instagram/ @cirebonexotic

PORTAL MAJALENGKA - Di zaman modern seperti ini, banyak masyarakat yang mulai meragukan kebenaran Prabu Siliwangi.

Portal Majalengka mengutip berbagai sumber, akan memberikan data penelusuran bukti kebenaran Prabu Siliwangi bisa ditemui di Cirebon.

Bahkan keturunan Prabu Siliwangi hingga saat ini masih hidup dan menjadi teladan bagi masyarakat Cirebon maupun Jawa Barat.

Pertama, terdapat benda sejarah peninggalan Kerajaan Pajajaran termasuk minim ditemukan di tatar sunda.

Baca Juga: 2 Pusaka Paling Sakti Milik Prabu Siliwangi, Kujang Pusaka dan Keris Naga Runting

Benda tersebut berupa artefak berbahan kayu yang mudah hancur. Artefak tersebut bisa ditemui di halaman komplek pemakaman Gunung Sembung, tersimpan balai kayu peninggalan Pajajaran yang dinamakan Mande Pajajaran atau disebut juga Mande Jajar.

Bale tersebut berdasarkan sengakalan di salah satu tiang sakanya berbunyi Tunggal Boya hawarna Tunggal, yang dapat ditafsirkan tahun 1401 saka (1479 M).

Mande Pajajaran dibuat khusus oleh Kerajaan Pajajaran atas perintah Sri Baduga Maharaja atau mashyur dikenal Prabu Siliwangi.

Mande Pajajaran sebagai tanda keprabon pada peristiwa pelantikan Pangeran Cakrabuana, yang diangkat menjadi tumenggung setelah Pakuwuan Caruban Larang.

Baca Juga: Sejarah Wafatnya Sunan Gunung Jati, Dimakamkan Sunan Kalijaga dan Syekh Datul Kahfi

Mande Pajajaran tersebut berukuran 9.80 x 9.80 m. Tingginya 6.80 m, dengan tiang berjumlah 6 buah. Tiang atas dan bawahnya diukir dengan pola hias kembang persegi dan motif tumbuhan.

Motif ukiran ini juga menjadi salah satu bukti ragam hias peninggalan Pajajaran yang masih bisa dilihat sampai saat ini. 

Mande Pajajaran ditempatkan di Amparan Jati yang sudah berdiri sejak 1400 saka berdasarkan sengkalan sirna tanana warna tunggal atau 1478 M.

Keberadaan Bale Pajajaran ini selain menjadi bukti sejarah peninggalan Kerajaan Pajajaran di Cirebon, juga memberi gambaraan majunya tekhnik ukir kayu di masa Pajajaran.

Baca Juga: Anies Baswedan Ubah Nama Jalan Cakung-Cilincing Menjadi Syekh Nawawi al-Bantani, Siapa Itu?

Pada masa itu, Cirebon Larang berada dibawah pengawasan Kerajaan Galuh yang menginduk ke Pajajaran. Raja yang berkuasa di Galuh adalah Prabu Jayaningrat, putra Prabu Ningratwangi (adik Jayadewata).

Jayaningrat melanjutkan kekuasaan ayahnya didampingi Arya Kiban sebagai patih merangkap penguasa Rajagaluh.

Prabu Siliwangi sebagai ayahanda dari Walangsungsang atau dikenal Pangeran Cakrabuana, begitu terkesan mendengar Cirebon Larang semakin maju pesat dibawah pimpinan putranya.

Wilayah pajajaran di pesisir Cirebon yang awalnya terserak dalam kerajaan-kerajaan kecil seperti Wanagiri, Surantaka, dan Singapura dapat dipersatukan di bawah satu kepemimpinan Cakrabuana. 

Baca Juga: Valentino Rossi Tak Hadir di Sesi Tes Pramusim MotoGP 2022 Mandalika, Warganet Luapkan Kekecewaanya

Loyalitas dan pengabdian Pangeran Cakrabuan terhadap Pajajaran sebagai induk kerajaan tetap terjaga. Cirebon tetap mengirim Bulu Bekti (upeti) berupa garam dan terasi.

Prabu Siliwangi akhirnya mengutus Tumenggung Jayabaya yang didampingi 40 orang pengawalnya membawa tandha keprabon dari Pajajaran kepada Pangeran Cakrabuana.   

Tandha Keprabon tersebut berisi keputusan Raja Pajajaran yang mengubah status Caruban Larang dari sebuah Pakuwan menjadi Ketumenggungan. 

Atas dasar itu Pangeran Cakrabuana dinaikkan statusnya dari seorang kuwu menjadi tumenggung dengan gelar Tumenggung Sri Mangana.

Baca Juga: KRONOLOGI LENGKAP PENANGKAPAN 23 Warga Wadas Menurut Kapolda Jateng, Kini Telah Dipulangkan

Peristiwa pengangkatan Pangeran Cakrabuana menjadi tumenggung dituliskan dalam naskah Purwa Caruban Nagari dengan bunyi kalimat: “Raja Sunda manungsung suka riniking krama, matangnya Pangeran Cakrabuana, kinanaken ka twangga dumadi tumenggung Carbon, sang prabhu motus tumenggung jagabaya lawan kawula bulanira, nikang duta sang prabhu amawa patanda kaprabon lawan anarikmana kacakrawartyan mandala, Pangeran Cakrabuana Sinungan Pasenggahan Sri Mangana.”

Pangeran Cakrabuana atau Walangsungsang memiliki adik bernama Rara Santang.

Mereka bersua belajar agama Islam di Cirebon kepada Syekh Nurjati. Ketika Walangsungsang dan Rara Santang beribadah haji, raja Mesir saat itu berniat menikahi Rara Santang dan menetap disana.

Baca Juga: 6 Buah yang Ampuh Meredakan Sakit Kepala Menurut dr Saddam Ismail, Salah Satunya Mudah Ditemui di Pasar

Walangsungsang menikahi Nyi Mas Endang Geulis dan memiliki anak bernama Pakungwati. Rara Santang yang juga bernama Syarifah Muda’im memiliki anak bernama Syarif Hidyatullah yang kelak dikenal sebagai Sunan Gunung Jati.

Sepulang ke Cirebon, Sunan Gunung Jati akhirnya menikahi Nyi Pakungwati dan memimpin Cirebon menggantikan pamannya Pangeran Cakrabuana.

Sebagai Cucu Prabu Siliwangi, Sunan Gunung Jati menjadi pemimpin yang mampu menyejahterakan masyarakat dan menjadikan Cirebon sebagai pusat peradaban Islam di Nusantara.

Hingga kini, keturunan Prabu Siliwangi dari istrinya Nyai Subang Larang masih hidup dan menetap di Cirebon, Banten dan beberapa daerah lainnya.

Baca Juga: Ridwan Kamil Usulkan Ini untuk Pembangunan Ibu Kota Negara Baru

Untuk dapat mengetahui bukti keberadaan dan kebenaran Prabu Siliwangi bisa datang ke Cirebon dan berziarah ke makam Sunan Gunung Jati.

Disana terdapat bangunan peninggalan kerajaan Galuh Pakuan Padjajaran yang dipimpin Sri Baduga Maharaja alias Prabu Siliwangi.

Disclaimer: Portal Majalengka hanya sekadar menfinformasikan bagi pembaca dari berbagai sumber dan referensi. *

Editor: Ayi Abdullah

Tags

Terkini

Terpopuler