Dianggap Gagal Tangani Covid-19, Massa Tuntut Netanyahu Mundur

- 13 September 2020, 17:55 WIB
Ribuan warga Israel menuntut Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mundur karena dianggap tersangkut kasus korupsi dan lambat menangani COVID-19 di Yerussalem, belum lama ini. ANTARA FOTO/REUTERS/Ronen Zvulun/pras.
Ribuan warga Israel menuntut Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mundur karena dianggap tersangkut kasus korupsi dan lambat menangani COVID-19 di Yerussalem, belum lama ini. ANTARA FOTO/REUTERS/Ronen Zvulun/pras. /

PORTAL MAJALENGKA - Ribuan warga Israel di Yerusalem, Sabtu 12 September 2020, berunjuk rasa mendesak Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mundur dari jabatannya.

Netanyahu diduga terlibat korupsi dan banyak pihak kecewa terhadap kebijakan penanggulangan Covid-19 oleh pemerintah.

Dikutip dari ANTARA, massa menggelar aksi di luar kediaman Netanyahu sambil meniupkan peluit, mengibarkan spanduk/poster aksi dan bendera, serta berseru meminta perdana menteri mengundurkan diri.

Baca Juga: Malaysia Longgarkan Keputusan, Siapa Saja yang Boleh Masuk?

Beberapa aksi dengan jumlah massa yang lebih sedikit juga berlangsung di sepanjang jembatan di pusat kota.

Media setempat memperkirakan sekitar 10.000 orang turut serta dalam aksi protes, yang digelar tiap minggu di Yerusalem.

Para demonstran terus berunjuk rasa setelah jumlah pasien positif corona di Israel naik drastis.

Pemerintah sejauh ini melaporkan hampir 150.000 orang, dari total populasi sembilan juta jiwa di Israel positif Covid-19.

Dari total kasus positif, lebih dari 1.000 di antaranya meninggal dunia.

Baca Juga: Raja Salman Ingin Solusi yang Adil untuk Palestina

Tidak hanya krisis kesehatan, Israel juga menghadapi resesi dan tingkat pengangguran yang naik sampai di atas 20 persen akibat pandemi.

Hasil survei Israel Democracy Institute yang diterbitkan pada Agustus 2020, menunjukkan 61 persen warga Israel tidak percaya Netanyahu mampu menanggulangi krisis akibat Covid-19.

Kalangan oposisi menyebut perhatian PM Netanyahu terpecah karena harus mengikuti sidang kasus suap, penipuan, dan penyalahgunaan kekuasaan.

Baca Juga: Daftar Para Pejabat yang Membelot Tidak Mendukung Donald Trump

Netanyahu jadi tersangka kasus suap pada November, karena diduga menerima gratifikasi dari beberapa taipan media yang meminta perlakuan khusus.

Sebagai gantinya Netanyahu diyakini dijanjikan mendapat pemberitaan yang baik.

Sidang kasus suap Netanyahu resmi dibuka Mei dan akan dilanjutkan oleh pengadilan pada Januari.

Netanyahu menyangkal seluruh tuduhan dan menyebut sidang tersebut aksi persekusi bermuatan politik yang disponsori sayap kiri, dengan tujuan mendepak pemimpin dari sayap kanan.

Baca Juga: Seperti Film James Bond, Intelijen Inggris Ingatkan Ada Upaya Sabotase Korea Utara Kepada Indonesia

Netanyahu juga mengecam aksi unjuk rasa dan menyebut massa aksi telah merusak nilai-nilai demokrasi.

Krisis ekonomi itu pula yang membuat normalisasi hubungan antara Israel dan Uni Emirat Arab (UAE) serta Bahrain tahun ini tidak banyak mendapat sorotan.

Belum lama ini, media Israel mengkritik Netanyahu yang berencana terbang ke Washington Amerika Serikat, bersama keluarganya menggunakan pesawat jet mewah.

Dia berencana berangkat secara terpisah dengan delegasi Israel yang akan terbang dengan satu pesawat sewaan.

Netanyahu dijadwalkan ke Washington untuk menandatangani perjanjian normalisasi hubungan antara Israel dan UAE.

Sejumlah media mengkritik rencana perjalanan Netanyahu ke AS terlampau mewah, padahal banyak warga Israel kesulitan bertahan dari krisis ekonomi akibat pandemi.

Ajudan PM Netanyahu mengatakan rencana terbang dengan pesawat berbeda merupakan langkah pencegahan demi mengurangi risiko penyebaran Covid-19.

Namun, kantor perdana menteri mengatakan Netanyahu akan berangkat ke Washington bersama delegasinya dalam pesawat yang sama. ***

Editor: Ayi Abdullah


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x