Sunan Gunung Jati Murka Kepada Syekh Siti Jenar yang Ajarkan 'Ilmu Manunggaling Kawula Gusti'

- 7 Mei 2022, 08:00 WIB
Ajaran Manunggaling Kawula Gusti Syekh Siti Jenar, dianggap Berbahaya Oleh Sunan Gunung Jati
Ajaran Manunggaling Kawula Gusti Syekh Siti Jenar, dianggap Berbahaya Oleh Sunan Gunung Jati /YouTube

PORTAL MAJALENGKA - Sunan Gunung Jati dalam berdakwah menyebarkan ajaran agama Islam, ia mengenalkan Syariat kepada rakyatnya yang masih awam terhadap ajaran Islam.

Sunan Gunung Jati dalam berdakwah sangat berhati-hati, Lebih banyak mengajarkan hal-hal yang dasar dalam ajaran Islam.

Ilmu yang diajarkan Sunan Gunung Jati sangat berbeda dengan ilmu yang disampaikan Syekh Siti Jenar kepada murid-muridnya.

Baca Juga: Alasan Ciro Alves Menangis, Akui Kehebatan Kiper Persib Bandung Teja Paku Alam

Diceritakan Syekh Siti Jenar dalam menuntut ilmu semasa mudanya lebih menyenangi ilmu tasawuf dalam belajar agama Islam.

Syekh Siti Jenar lebih banyak menuntut ilmu dan berguru kepada ulama-ulama di Baghdad yang lebih banyak menganut aliran Sufi.

Hal inilah yang menjadikan Syekh Siti Jenar memiliki pandangan-pandangan yang berbeda dari kelaziman ulama yang menyebarkan ajaran agama Islam di tanah Jawa atau yang lebih dikenal dengan nama Walisongo.

Baca Juga: Impian Jadi Kenyataan, Perjalanan Fitrul Dwi Rustapa hingga Bergabung Bersama Persib Bandung.

Syekh Siti Jenar yang mengajarkan ilmu tasawuf, merupakan ilmu yang berdiri tegak di atas fenomena pengetahuan intuitif yang bersumber dari kalbu.

Namun ilmu tasawuf ini oleh Syekh Siti Jenar diformulasikan sedemikian rupa dengan ilmu filsafat dan manthiq (logika).

Sehingga, ajarannya menimbulkan ketidak lazim-an dalam pengembangan ilmu tasawuf yang merupakan pengetahuan intuitif yang bersifat rahasia.

Baca Juga: Babak Belur, Timnas U-23 Indonesia Dihajar Vietnam Tiga Gol Tanpa Balas di SEA Games 2021

Syekh Siti Jenar yang serta merta merubah ilmu intuitif menjadi ilmu yang terbuka untuk dijadikan bahasan filosofis.

Syaikh Siti Jenar beranggapan bahwa pengetahuan makrifat yang bersifat Supra Rasional tidak harus dijabarkan dengan sistem isyarat.

Sistem isyarat artinya satu sistem yang bersifat mistis dan tidak bisa dibuktikan atau dipertanggung jawabkan secara masuk akal.

Baca Juga: Kenang Kisah Sang Legendaris Persib Bandung: Gol di Musim Pertama

Sebaliknya, pengetahuan gnostik harus bisa dijelaskan secara rasional yang bisa diterima akal.

Ajaran Tarekat Akmaliyyah yang pada masa silam dianut dan diamalkan oleh tokoh sufi Husein bin Mansyur al-Hallaj dan Ibnu Araby tampaknya sangat mempengaruhi ajaran Syaikh Siti Jenar.

Sebagaimana pandangan al-Hallaj, Syaikh Siti Jenar mengajarkan bahwa penciptaan alam semesta ini tidak lain dikarenakan Allah ingin menyaksikan diri-Nya di luar diri-Nya.

Baca Juga: Hasil Akhir Timnas U-23 Indonesia vs Vietnam di SEA Games 2021, Garuda Muda Gagal Kalahkan Vietnam

Hal ini mengambil dari satu dalil sebagaimana bunyi hadis Qudsi yang memiliki arti sebagai berikut,

“Aku adalah harta yang tersembunyi. Lalu Aku ingin dikenal maka Aku ciptakan
makhluk.”

Oleh karenanya, semua yang ada adalah Zat Allah semata, begitu pandangan Syaikh Siti Jenar.

Maka saat Allah mencipta alam semesta tidaklah dengan zat lain, melainkan dengan Zat-Nya sendiri, yang lewat ciptaan-Nya itu Allah menyaksikan diri-Nya.

Baca Juga: Akhirnya Welcome Juga yang Ditunggu Bobotoh Persib Bandung, Teddy Tjahjono Sukses Boyong Sang Bomber

Dengan pandangan ini, sebagaimana Ibnu Araby, Syaikh Siti Jenar meyakini bahwa di dalam semua ciptaan tersembunyi anasir Sang Pencipta, di mana pencipta disebut zhahir dan Haqq disebut bathin.

Khalq adalah wujud yang tergantung pada wujud mutlak Tuhan. Tanpa wujud mutlak Tuhan, tidak akan ada khalq yang maujud.

Itu berarti, yang memiliki wujud hakiki adalah Tuhan, sedangkan khalq (ciptaan) hanyalah bayangan maya dari Tuhan.

Baca Juga: Teddy Tjahjono Penuhi Skuad Persib Bandung dengan Putra Daerah, Alasan Fitrul Dwi Pakai Nomor Punggung Satu

Ajaran Syaikh Datuk Abdul Jalil yang di Jawa dikenal dengan sebutan Manunggaling Kawula Gusti,

Menanamkan suatu pemahaman bahwa semua makhluk di dunia pada hakikatnya sama di hadapan Tuhan, baik dia seorang raja, wali, atau fakir miskin, karena mereka semua adalah hijab Tuhan.

Itu sebabnya, meski manusia berkedudukan sebagai raja atau bupati, jika tidak mengetahui hakikat sejati kehidupan, mereka akan jatuh ke dalam kekosongan ukhrawiah.

Sebaliknya, meski seseorang itu hina papa sebagai pengemis di pinggir jalan, jika telah waskita memahami ke-tunggalan antara khalq dengan Haqq, maka ia akan beroleh hidup abadi.

Baca Juga: Terungkap Motif Pembunuhan Ibu dan Anak di Subang Karena Dendam, Ini Pernyataan dr. Sumy Hastry

Ajaran Manunggaling Kawula Gusti ini dianggap berbahaya oleh Sunan Gunung Jati dan Walisongo lainnya.

Sehingga Sunan Gunung Jati berusaha mencegah menyebarnya aliran Manunggaling Kawula Gusti, karena dianggap bisa menyesatkan umat.

Ilmu makrifat merupakan ilmu tingkat tinggi yang tidak bisa diajarkan sembarangan pada setiap orang apalagi orang yang masih awam. Wallahu a'lam bishawab.***

Editor: Andra Adyatama

Sumber: Buku Atlas Walisongo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x