PORTAL MAJALENGKA - Setelah perjumpaan Sunan Gunung Jati dengan Nabi Khidir mengangkat Sunan Gunung Jati sebagai Wali Kutub.
Dalam khazanah dan tradisi tasawuf istilah wali Qutub sangtalah terkenal.
Jika di Indonesia sendiri istilah ini sering melekat dalam tradisi masyarakat Nahdliyin.
Baca Juga: KISAH Sunan Gunung Jati Menolak Jadi Sultan Mesir dan Berkelana Hingga Jadi Sultan di Cirebon
Wali qutub terdiri dari dua kata, wali dan quthub. Kata wali sendiri merujuk pada pengertian orang alim yang sangat dicintai Allah dan dilindungi segala urusannya.
Atas dakwahnya Sunan Gunung Jati dianugerahi Wali Qutub oleh Nabi Khidir.
Kemudian atas anugerah kewalian Sunan Gunung Jati, Nabi Khidir juga memberikan kabar baik lainnya kepada Sunan Gunung Jati.
Baca Juga: KISAH Sunan Gunung Jati Cucu Prabu Siliwangi Membangun Kesultanan Cirebon
Bahwa ia mengabarkan bahwa keinginan Sunan Gunung Jati untuk bertemu dengan Nabi Muhammad akan dapat terlaksana.
Setelah menjalani perjalanan spiritual, akhirnya Sunan Gunung Jati kembali ke Cirebon dan memimpin kesultanan menggantikan pamannya Pangeran Walangsungsang.
Setelah dinobatkan menjadi pemimpin, langkah awal tindakan politik yang dilakukan oleh Sunan Gunung Jati ialah melepaskan diri dari pengaruh dan kekuasaan kerajaan Sunda Pajajaran.
Cirebon menghentikan kewajiban memberi upeti tahunan berupa garam dan terasi kepada Kerajaan Hindu Sunda Pajajaran.
Baca Juga: Simak Harga Rata-Rata Minyak Goreng dan Sejumlah Bahan Pangan Jelang Ramadhan
Adapun beberapa Keberhasilan Sunan Gunung Jati dalam bidang pemerintahan, ekonomi, politik dan Militer, diantaranya sebagai berikut :
1. Wilayah bawahan kerajaan Cirebon hingga 1530 sudah meliputi separuh dari Provinsi Jawa Barat sekarang termasuk Provinsi Banten dengan jumlah penduduk saat itu kurang lebih 600.000 orang yang sebagian besar beragama non-Islam.
Pelabuhan-pelabuhan penting di pantai utara Jawa Barat seluruhnya sudah dapat dikuasai oleh kerajaan Cirebon.
2. Masjid jami’ di ibukota, masjid-masjid di berbagai wilayah bawahannya, (pancaniti), serta langgar-langgar di pelabuhan telah selesai dibangun.
Salahsatu Masjid Agung Sang Cipta Rasa, Masjid Merah Depok dan beberapa lainnya.
3. Keraton Pakungwati –kediaman resmi Sunan Gunung Jati sudah disesuaikan dengan fungsi dan posisinya sebagai
bangunan utama pusat pemerintahan kerajaan yang berdasarkan Islam.
4. Tembok keliling keraton berikut beberapa pintu gerbang, pangkalan perahu kerajaan, pos-pos penjagaan keamanan, istal kuda kerajaan, dan pedati-pedati untuk mengangkut barang, serta sitinggil, bangunan untuk pengadilan dan alun-alun telah selesai dibangun dan diperindah.
Baca Juga: Sejarah Ampel Denta, Asal-usul Lokasi Bergurunya Sunan Gunung Jati kepada Sunan Ampel
5. Tembok keliling ibukota meliputi areal seluas kurang lebih 50 hektar dengan beberapa pintu gerbang dan pos jagabaya telah selesai dibangun dan dikerjakan selama kurang lebih tiga
tahun.
6. Jalan besar utama menuju pelabuhan Muarajati dan jalan-jalan di ibukota serta jalan-jalan yang menghubungkan ibukota dengan wilayah-wilayah bawahannya telah selesai dibangun.
7. Pasukan jagabaya jumlahnya sudah cukup banyak, organisasinya sudah ditata dengan komandan tertinnginya dipegang oleh tumenggung yang disebut Tumenggung Jagabaya.
8. Dalam urusan penyelenggaraan pemerintahan, baik di pusat maupun kerajaan maupun di wilayah bawahan telah diatur dalam tata aturan pemerintahan yang cukup rapi. Sunan Gunung Jati telah melakukan penyeragaman gelar-gelar jabatan.
Selain penataan pemerintahan, untuk memperluas wilayah kekuasaan dan menyebarkan ajaran agama Islam, pada tahun 1552 wilayah Banten ditingkatkan dari keadipatian atau Kadipaten Banten menjadi Kesultanan Banten yang mandiri.
Demikian kisah keberhasilan Sunan Gunung Jati bertemu dengan Nabi Khidir dan Kesuksesan dalam memimpin kesultanan Cirebon dari Naskah Mertasinga.***