Sejarah Desa Bulak Indramayu dan Misteri 41 Kera Kutukan yang Tidak Pernah Berkurang Jumlahnya

25 Mei 2023, 21:57 WIB
Sejarah Desa Bulak Indramayu dan Misteri 41 Kera Kutukan yang Tidak Pernah Berkurang Jumlahnya /

PORTAL MAJALENGKA - Sejarah Desa Bulak Indramayu dan misteri 41 kera kutukan yang tidak pernah berkurang jumlahnya.

Desa Bulak merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Indramayu. Asal usul Desa Bulak tidak terlepas dari keberadaan situs Buyut Banjar dan keranya yang berjumlah 41 ekor.

Sejarah asal usul Desa Bulak dan keranya berawal dari upaya pembuatan atau penggalian Kali Prawira Kepolo oleh masyarakat Bulak pada tahun 1800-an.

Baca Juga: Di BALIIK Maraknya 'Sedekah Politik' Jelang Pilkades Serentak, Simak Penyebabnya di Sini

Kata Bulak sendiri memiliki pengertian mata air yang berukuran sangat besar menyerupai sumur yang airnya mulak atau bergejolak. Sehingga membentuk rawa.

Nyi Wana adalah seorang wanita yang pertama kali menemukan dan menempati wilayah tersebut. Nyi Wana berasal dari kerajaan Surya Negara yang ditugaskan untuk membangun padepokan baru dan membuka pemukiman baru yang tidak jauh dari daerah yang bermata air besar menyerupai sumur

Konon pada zaman dahulu sekitar tahun 1.600 terdapat lima kerajaan yang berdiri yang dipimpin oleh 5 pangeran yang sakti saat itu.

Baca Juga: Pertamina Patra Niaga Perluas Implementasi Skema Full Registran

Pertama Bagusten Pangeran Surya Negara dari Cirebon, yang kedua Pangeran Mangkunegara adik dari Pangeran Surya Negara yang bertempat tinggal di desa Sleman, yang ketiga Pangeran Kartanegara yang bertempat tinggal di kampung Karang Kendal, yang keempat pangera Martanegara yang bertempat tinggal di Gunung Jati dan yang kelima Pangeran Padma Negara yang bertempat tinggal di Wanacala sebelah timur Cirebon.

Adapun dari kelima Pangeran tersebut yaitu, Pangeran Surya Negara yang paling berkuasa dan yang paling mempunyai kesaktian. Desa Bulak di antara desa di bawah kepemimpinanya di samping daerah darrah Timur yang kerap kali kekurangan air.

Oleh karena itu, Pangeran Surya Negara mengutus Nyi Ayu Kelir dari daerah Kedokan supaya bekerja bersama-sama dengan utusan dari kerajaan lainnya untuk membuat bendungan di kali Longgangga Tisna guna pembagian air bagi daerah-daerah yang kesulitan air.

Baca Juga: Tampil Berdarah-Darah, Asnawi Gagal Hindarkan Kekalahan Jeonnam Dragons dari Ulsan Hyundai di Piala FA Korea

Utusan dari Kedokan tersebut berjumlah 41 orang dipimpin oleh Ki Ratim. Pada suatu hari sang pangeran mengontrol hasil kerja utusan tersebut dan menitipkan bungkusan dengan pesan jangan pernah membuka sebelum beliau kembali dan selesai salat Jumat.

Namun sang pangeran amat terkejut ketika bungkusan nasi titipannya itu sudah terbuka dan dimakan oleh 41 utusan tersebut sambil naik di atas pohon. Isi bungkusan tersebut ternyata merupakan buah kurma.

Mengetahui hal tersebut sang pangeran pun geram dan marah besar karena pesannya tidak dipenuhi dan tidak dipatuhi, lantas sang pangeran berucap

"Eh eh kaya dudu sifate menusa tapi sifate kunyuk (eh eh seperti bukan sifat seorang manusia tapi sifat seekor kera)."

 

Karena kesaktian sang pangeran tersebut dan dengan izin yang Maha Kuasa, maka seketika utusan tersebut berubah menjadi seekor kera.

Hingga saat ini konon jumlah kera yang ada di Buyut Banjar Bulak tersebut tidak pernah berubah karena belum pernah dijumpai bangkai kera.

Itulah sejarah Desa Bulak dan misteri kera penunggunya tidak pernah berubah jumlahnya.**

 

Editor: Muhammad Ayus

Tags

Terkini

Terpopuler