Cepi Solehudin guru SMK Padarek, Kecamatan Lemahsugih mengatakan, pembelajaran lewat daring memang sedikit repot karena banyak siswanya yang tidak memiliki HP android, atau HP-nya rusak sehingga mereka tidak bisa mengakses google classroom.
Bagi siswa seperti ini pihaknya terpaksa harus menemui satu per satu siswa ke rumahnya, walaupun jaraknya lumayan jauh dari sekolah agar yang bersangkutan tetap bisa mengikuti pembelajaran.
“Ada beberapa siswa yang HP nya rusak. Mereka ditemui ke rumahnya amsing-masing dna diminta untuk menghubingi sekolah untuk diberikan pinjaman tablet milik sekolah," ungkapnya.
"Dengan cara begitu mereka bisa belajar kembali. Ada lebih dari 10 orang siswa yang saya ajar yang HP nya rusak dan tidak memiliki HP android kemudian dipinjamkan tablet milik sekolah yang baisa dipergunakan praktek para siswa,” ungkap Cepi.
Siswa di sekolahnya tidka hanya berasal dari wilayah Kecamatan Lemahsugih namun juga sebagian berasal dari Sumedang yang desanya perbatasan antara Majalengka-Sumedang.
Sehingga wilayah tersebut tidak diketahui apakah masuk zona hijau atau merah.
“Informasi yang diperoleh mengenai penularan virus Covid terus merebak, ada di tetangga desa, ada tetangga kecamatan. Jadi semakin khawatir jika harus melakukan pembelajaran tatap muka,” kata Cepi.
Mereka menyebutkan untuk sekolah tatap muka sekolah harus benar-benar tahu peta penyebaran virus, bagaimana menangani kala ada kasus, bagaimana sekolah bertindak kedepan, bagaimana cara koordinasi dan kepada siapa harus koordinasi.(Tati Purnawati/Kabar Cirebon)