Kisah Inspiratif Apriyani Rahayu, Ada Raket Kayu di Balik Medali Emas Olimpiade Tokyo 2020

- 4 Agustus 2021, 06:44 WIB
Apriyani Rahayu yang awalnya bermodalkan raket kayu buatan ayahnya hingga menjadi juara dunia.
Apriyani Rahayu yang awalnya bermodalkan raket kayu buatan ayahnya hingga menjadi juara dunia. /Instagram/@r.aprianig

PORTAL MAJALENGKA -- Hingga kini Amiruddin Pora selalu terkenang raket kayu yang dibuatnya dulu untuk putrinya, Apriyani Rahayu.

Warga Desa Lawulo, Kecamatan Anggaberi, Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara, itu tak mengira raket kayunya turut mengukir perjalanan hidup Apriyani Rahayu sebagai atlet bulutangkis di Indonesia.

Memulai bakatnya dengan memainkan raket kayu buatan ayahnya, Apriyani Rahayu menyusuri karir sebagai pemain bulutangkis. Hingga akhirnya berhasil menyabet medali emas Olimpiade Tokyo 2020 bersama pasangannya, Greysia Polii.

Baca Juga: Giliran Juragan 99 Siapkan Bonus Rp500 Juta untuk Greysia Polii-Apriyani Rahayu

Amiruddin, keluarga, dan tetangga ikut bersorak gembira ketika Greysia Polii-Apriyani Rahayu membukukan skor 21-15 di gim kedua melawan ganda putri asal China, Chen Qen Chen/Jia Yi Fan. Angka itu menyudahi pertandingan dengan kemenangan untuk Greysia/Apriyani.

Amiruddin, keluarga, dan tetangga mengikuti pertandingan ganda putri di Olimpiade Tokyo 2020 itu melalui televisi. Meski hanya melalui televisi, namun teriakan untuk mendorong Apri dan pasangannya turut diteriakkan. Seolah teriakan itu tersambung ke medan pertandingan di Tokyo, Jepang.

Apriyani meniti karir bulutangkisnya sejak bertarung di lingkungan kampung hingga provinsi, lalu bergabung di Pelatnas, Jakarta.

Baca Juga: Greysia Polii-Apriyani Rahayu Diajak Sandiaga Uno Liburan di Objek Wisata Super Prioritas

Apriyani Rahayu kelahiran 29 April 1998 adalah bungsu buah hati pasangan Amiruddin Pora dan Siti Jauhar (almarhum).

Amiruddin teringat benar, Apri sudah menunjukkan kecintaan pada permainan bulutangkis sejak usia tiga tahun. Amiruddin pun membuatkan raket kayu dilengkapi senar pancing untuk putri bungsunya itu.

Meski berbekal raket kayu, semangat Apri sangat menggelegak. Ia kerap membuat pukulan-pukulan keras hingga senar pancing di raketnya jebol. Amiruddin pun bergegas memperbaikinya kembali.

Baca Juga: Raih Emas di Olimpiade Tokyo 2020, Apriyani Rahayu Ditunggu Hadiah Tanah, Rumah, Sapi, Uang

Amiruddin membuatkan Apriyani lapangan bulutangksi di belakang rumahnya. Di tempat itu Apri bermain bulutangkis dengan teman-teman sebaya.

Saat merajut kembali raket yang jebol untuk Apri, juga ketika melihat putri bungsunya dengan penuh semangat bermain bulutangkis pada lapangan bulutangkis yang dibuatnya, Amiruddin berdoa semoga kelak putrinya itu menjadi pemain bulutangkis profesional.

Kini doa Amiruddin seperti dikabulkan. Apriyani mengharumkan nama bangsa dengan merebut medali Emas ajang olahraga paling akbar sedunia, Olimpiade Tokyo 2020.

Baca Juga: Emas Olimpiade Greysia-Apriyani Hadiah Ulang Tahun Ke-76 Kemerdekaan RI

Menurut Amiruddin, Apri mewarisi bakat sang ibu. "Mama dia pemain bulutangkis, tenis meja, dengan voli yang dia gemari. Jadi itu bakat dari almarhumah mamanya," kata Amiruddin melalui sambungan telepon kepada Antara, Selasa 3 Agustus 2021.

Amiruddin juga mengatakan, Apriyani yang memiliki hati yang keras dalam arti tidak mudah menyerah merupakan buah dari didikan sang mama.

"Apriyani itu keras, keras dia, maunya harus menang. Dari kecil memang dididik. Pertama yang mendidik bukan saya, mamanya almarhumah," tutur Amiruddin.

Baca Juga: Greysia Polii-Apriyani Rahayu Pecahkan Medali Emas Pertama Indonesia di Olimpiade Tokyo 2020

Apri mulai berlatih bulutangkis di Gedung Sarana Kegiatan Bersama (SKB) Unaaha, Kabupaten Konawe, berjarak sembilan kilometer dari rumahnya.

Tahun 2005, Apri mulai terlibat turnamen bulutangkis tingkat kecamatan. Setahun kemudian ajang bulutangkis junior tingkat Kabupaten Konawe.

Duduk di kelas enam SD tahun 2007, Apri menyabet gelar Juara II Pekan Olahraga Daerah (Porda) Sulawesi Tenggara di Kota Raha, Kabupaen Muna.

Baca Juga: Ginting Terhenti di Semifinal Olimpiade Tokyo 2020, Putri Greysia Polii-Apriyani Rahayu Jadi Harapan Emas

Amiruddin, pegawai di UPTD Dinas Pertanian Konawe kian bangga setelah Apri melaju di beberapa pertandingan tingkat provinsi.

Apriyani Rahayu bergabung dengan PB Pelita Bakri pada 3 September 2011. Saat itu organisasi tersebut dipimpin Icuk Sugiarto.

Apriyani mendapat kabar ibundanya meninggal dunia saat sedang menghadapi sebuah kejuaraan di Lima, Peru, 10 November 2015.

Baca Juga: Olimpiade Tokyo: The Daddies Terjungkal, Greysia-Apriyani Pegang Tiket Babak Final

Saat memasuki lokasi pertandingan, Apriyani sempat diminta keluar karena ada kabar dari Indonesia yang menyebut ibundanya meninggal dunia.

Apriyani tetap melanjutkan pertandingan. Kelahiran Kabupaten Konawe itu pun menang. ***

Editor: Husain Ali

Sumber: Antara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x