Roslina mengatakan, seseorang yang ingin tampak pada ranah publik butuh dikelola. Mengenakan fashion item terbaik dalam versi subyektif si individu tentunya.
"Terlihat dalam versi yang diinginkan, di mata orang lain, menjadi sebuah citra diri. Begitu citra tadi diunggah di media sosial, dampaknya bisa menjadi viral," kata Roslina.
Baca Juga: Keramat Wali Habib Sholeh Tanggul Mampu Deteksi Keberadaan Nabi Khidir
Saat viral, tulis Roslina, tak hanya dekat dengan popularitas secara sosial, juga dekat dengan sukses finansial. Anak muda Citayam dan 'SCBD' sadar akan nilai ekonomi dirinya.
"Dengan viralnya remaja itu, mereka akan membuka diri untuk endorsement, undangan podcast, kolaborasi, dan undangan wawancara lainnya. Termasuk berjalan di catwalk 'zebra cross' bersama sejumlah tokoh, model, influencer, public figure, hingga selebritas," ujar Roslina.
"Dalam teori Sociometer-nya Mark Leary, penghayatan akan diri yang sukses dan populer mendongkrak self-esteem alias perasaan diri berharga," ujarnya.
Baca Juga: Kapolri Ingatkan Bahaya Polarisasi Politik Jelang Pemilu di Hadapan Ribuan Santri Cirebon
Ia menjelaskan, Self-esteem merupakan sebuah penghayatan saat individu merasa dirinya menarik dan disukai.
Termasuk mampu menyesuaikan diri dengan lebih baik dalam berbagai situasi. Mereka ingin melihat dan terlihat sedemikian pentingnya di era sosial media terutama untuk menjadi bagian perhelatan 'SCBD Fashion Week' yang tengah viral.
"Syukur-syukur bisa saling kenal dan kecantol. Asal tak buru-buru 'slebew' hanya karena perasaan cinta sesaat. Apalagi hingga goleran tidur di jalan akibat ketinggalan kereta dan kehabisan uang untuk bisa kembali pulang," tuturnya.***