PORTAL MAJALENGKA - Syaikhona Muhammad Kholil atau Mbah Kholil Bangkalan merupakan seorang tokoh ulama pendiri pondok pesantren Kademangan Bangkalan, Madura.
Suatu ketika, Mbah Kholil Bangkalan tengah berada bersama para kyai dalam suatu majelis pengajian.
Beberapa orang yang hadir di pengajian tersebut mengejek kebiasaan Mbah Kholil saat tengah makan.
Baca Juga: TERBONGKAR! Inilah Rahasia Kewalian Keramat Gus Baha
Menanggapi ejekan tersebut, Mbah Kholil Bangkalan hanya tersenyum ramah seperti biasa.
Kebiasaan Mbah Kholil saat makan bukan hal yang tergolong aneh, bahkan kebiasaannya itu kerap dilakukan pula oleh banyak orang, bahkan Rasulullah SAW pun mensunnahkan hal tersebut.
Iya, Mbah Kholil Bangkalan selalu makan menggunakan tangannya tanpa memakai sendok, selain menjadi sunnah Nabi, anjuran makan dengan tangan juga tertuang dalam kitab Al Fiyyah.
Baca Juga: Dukun Sombong Bungkam oleh Sehelai Rambut, Wali Sakti Habib Luthfi bin Yahya
Mbah Kholil yang masih berada di dalam majelis tersebut, lalu menjawab ejekan yang ditujukan padanya sambil bercanda dengan menyampaikan isi dari kitab Al Fiyyah bait ke-63.
"Dalam keadaan tidak kepepet, tidak boleh mendatangkan dhomir terpisah, selagi masih memungkinkan mendatangkan dhomir yang bersambung," jawab Mbah Kholil Bangkalan menerangkan.
Jawaban yang dimaksud Mbah Kholil tersebut yaitu, ketika dalam keadaan tidak kepepet atau darurat, baiknya tidak memakai sendok, selagi masih bisa makan menggunakan tangan.
Baca Juga: Saat Syekh Abdul Qodir Al Jaelani Mampu Mambuat Malu Wali Allah Lainnya, Begini Kisahnya
Sebab, jika menggunakan sendok, maka hal itu akan memisahkan atau memberi jarak antara tangan dan nasi.
Sedangkan, jika makan menggunakan tangan, maka secara langsung akan menghubungkan antara tangan dan nasi yang hendak dimakan.
Akan tetapi, apabila tidak memungkinkan memakai tangan, misalnya karena kotor atau disebabkan karena hal lainnya, maka tiada pilihan lain kecuali meminta bantuan dengan menggunakan sendok.
Baca Juga: Gus Dur Bongkar Wali Kutub yang Bersembunyi di Gunung Lawu
Jadi, cara makan yang benar menurut kitab Al Fiyyah pada saat itu adalah memakai tangan.
Disclaimer: Artikel ini dikutip dari satu versi. Membuka kemungkinan adanya perbedaan dari sumber versi lainnya.***