Profesor Thomas Djamaluddin, Alumni SMAN 2 Cirebon Bicara Perjalanan Kesepakatan Kriteria Kalender Hijriah

- 29 April 2022, 20:45 WIB
Profesor Riset Astronomi-Astrofisika dan Tim Unifikasi Kalender Hijriah Kemenag yang juga alumni SMAN 2 Cirebon, Thomas Djamaluddin.
Profesor Riset Astronomi-Astrofisika dan Tim Unifikasi Kalender Hijriah Kemenag yang juga alumni SMAN 2 Cirebon, Thomas Djamaluddin. /HO-Kemenag/am./Antara

PORTAL MAJALENGKA – Beberapa negara Asia Tenggara dengan mencoba merumuskan kalender Islam global atau kalender hijriah, minimal dalam lingkup nasional Indonesia dan regional ASEAN.

Kriteria baru Menteri-menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia dan Singapura (MABIMS) atau Kriteria Rekomendasi Jakarta 2017 diharapkan bisa menjadi kriteria tunggal untuk mewujudkan kalender hijriah secara glonal

Usulan kriteria baru MABIMS atau Kriteria Rekomendasi Jakarta 2017 dengan tinggi bulan minimal 3 derajat dan elongasi bulan minimal 6,4 derajat, dirumuskan lebih dari sepuluh tahun sampai akhirnya ditetapkan.

Menurut Prof Thomas Djamaluddin, pakar astronomi dan pengambil kebijakan bekerja secara sistematis dan bertahap. Tidak tiba-tiba dalam memutus kriteria baru tersebut.

Baca Juga: Idul Fitri 1443 H Mungkin 2 Mei, Ada Potensi 3 Mei: Ini Kata Profesor Thomas Djamaluddin asal Cirebon

“Kriteria sudah lama dirumuskan bahkan sejak 2010. Pada tahun 2012 kriteria astronomi tersebut diadopsi oleh ormas Persis (Persatuan Islam),” ujar Profesor Riset Astronomi-Astrofisika, Pusat Riset Antariksa BRIN itu.

Pada Muzakarah Rukyat dan Takwim Islam Negara Anggota MABIMS 2014, Prof Thomas Djamaluddin diberi tugas mewakili delegasi RI memaparkan “Telaah Data Rukyat” yang di dalam paparan diusulkan kriteria baru.

Kemudian argumentasi pemilihan kriteria baru dilengkapi saat penyusunan Naskah Akademik oleh Tim Pakar Astronomi pada 2015, yang disiapkan untuk diajukan ke Munas MUI pada 2015. Namun Munas MUI saat itu belum menerima kriteria baru yang diusulkan.

“Konsep kriteria baru tersebut dibawa delegasi RI ke pertemuan teknis MABIMS pada 2016. Dengan masukan dari semua delegasi, akhirnya disepakati draft kriteria baru MABIMS, yaitu tinggi bulan minimal 3 derajat dan elongasi minimal 6,4 derajat.,” terang Prof Thomas Djamaluddin.

Baca Juga: Ridwan Kamil Kembali Usulkan 3 Calon Daerah Persiapan Otonomi Baru, Bagaimana dengan Cirebon Timur?

Pada 2017, konsep kriteria baru itu diajukankan sebagai Proposal Ringkas Penyatuan Kalender Islam Global pada Seminar Fikih Falak dan masuk pada rumusan Rekomendasi Jakarta 2017.

Dalam berbagai kesempatan, kriteria baru tersebut ditawarkan untuk dikritisi oleh para pakar, tetapi tidak ada respons berupa tawaran alternatif kriteria lain.

Pembahasan draft kriteria baru berlanjut dibahas di tingkat MABIMS mulai tingkat teknis, tingkat pejabat tinggi (SOM), sampai tingkat Menteri sejak tahun 2016 sampai 2021.

“Alhamdulillah Kriteria Baru MABIMS yang identik dengan kriteria pada Rekomendasi Jakarta 2017 disepakati oleh para Menteri Agama pada 8 Desember 2021. Indonesia berkomitmen menerapkan Kriteria Baru MABIMS mulai 2022,” ujar Prof Thomas Djamaluddin.

Baca Juga: Hore! BLT Minyak Goreng 2022 Cair Sebelum Lebaran, Simak Cara Ceknya di Sini

Pada tahap awal implementasi, ketika beberapa ormas Islam masih menggunakan kriteria lama, perbedaan penetapan Ramadhan dan hari raya tidak terhindarkan. Misalnya potensi perbedaan pada penetapan Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha 1443 H.

Selanjutnya secara bertahap membangun kesepakatan nasional bersama ormas-ormas Islam. Beberapa ormas Islam sudah menyatakan indikasi untuk mengadopsi kriteria baru MABIMS/kriteria Rekomendasi Jakarta 2017.

Kesepakatan pada kriteria baru dan otoritas tunggal menjadi prasyarat untuk mewujudkan unifikasi Kalender Hijriyah, baik di tingkat nasional Indonesia, regional ASEAN, maupun global.

Baca Juga: Hasil Akhir Manchester United vs Chelsea, Cristiano Ronaldo Selamatkan MU dari kekalahan

“Jalan masih panjang, tetapi dengan semangat fastabiqul khayrat (berlomba berbuat kebajikan) kita semua mesti berubah menjadi lebih baik. Unifikasi Kalender Hijriyah yang memberikan kepastian dan kenyamanan dalam beribadah menjadi dambaan kita semua,” pungkas alumni SMAN 2 Cirebon ini. *

 

Editor: Ayi Abdullah

Sumber: tdjamaluddin.wordpress.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah