Menkes Ungkap Penyebab Pasien Covid-19 Lebih Cepat Meninggal Dunia di RS

2 Agustus 2021, 15:13 WIB
Menkes Budi Gunadi Sadikin. KSP Ali Ngabalin tak sungkan melontarkan kalimat bedebah, sampah demokrasi, hingga jamaah alqadruniyah untuk membela rezim Presiden Jokowi. Ali Ngabalin meminta Menkes gaspol tangani covid-19. /Foto: Humas Setkab/Agung

PORTAL MAJALENGKA - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan bahwa tingginya kasus kematian akibat Covid-19 pasien di Rumah Sakit (RS) terjadi karena terlambat membawa pasien ke RS.

Saat dibawa ke RS, pasien sudah dalam kondisi penurunan saturasi oksigen.

Dia mengatakan, terjadinya peningkatan kematian akibat Covid-19 saat ini utamanya karena terlambat tertangani di RS.

Baca Juga: Menkes Ungkap Lonjakan Permintaan 3 Jenis Obat Ini Hingga 12 Kali Lipat

Dia mengatakan telah melakukan analisa sebab orang yang wafat di RS mendadak jadi lebih cepat dibanding sebelum-sebelumnya.

Dia mengatakan, dulu, yang wafat di RS itu mayoritas terjadi saat di uang perawatan intensif atau ICU. Sementara pasien Covid-19 yang wafat di IGD hanya 1 atau 2 persen.

Tetapi saat ini, 20 persen kematian Covid-19 terjadi di ruang kegawatdaruratan.

Baca Juga: Perintah Jokowi ke Menko Luhut dan Menkes Budi Gunadi selama PPKM Level 4

"Kita heran. Kok di IGD kenapa jadi banyak yang wafat. Atau masuk IGD pun sudah wafat. Itu (wafat sebelum masuk IGD) lebih tinggi lagi kalau kita masukan data yang masuk RS sudah wafat. Ternyata kita liat fakta berikutnya adalah orang itu masuk RS saturasinya masih 93.92.90. Sekarang oh masuk RS saturasinya sudah 70 udah 80. Itu udh telat sekali," katanya dalam konferensi pers usai rapat terbatas (Ratas) bersama Presiden Jokowi, Senin (2/8/2021).

Dalam kondisi saturasi seperti itu, virus Covid-19 sudah menjalar hingga ke tirik-titik sentral di jalur pernapasannya. Sehingga, saat dibawa ke RS kondisinya sudah dalam keadaan sulit.
"Artinya virusnya udah nyebar ke dalam paru dan udah sesak," katanya.

Dia mengakui ada masalah dengan edukasi masyarakat. Masih ada stigmatisasi bahwa penyakit Covid-19 merupakan aib yang harus ditutupi. Padahal, kata dia, dari tingkat kematiannya, wafat akibat Covid-19 masih lebih rendah dibandingkan dengan TBC.

Baca Juga: Menkes Budi Gunadi Butuh Ribuan Nakes dan Dokter untuk Antisiapsi Lonjakan Kasus Covid-19

"Kami melihat oh ini terjadi karena satu hal. Mungkin karena edukasi masyarakat (kurang) sehingga orang takut kalau kena Covid-19 seperti aib, ya jangan. Covid-19 ini secara fatality, lebih rendah dari TBC kok. Lebih rendah daripada AIDS, jadi kalau dia dirawat lebih cepat, harusnya bisa sembuh," katanya.

Dia menambahkan, pasien yang terpapar Covid-19 harusnya tidak malu. Juga tak perlu khawatir. Yang penting, kata dia, saat terjangkit virus, harus segera melaporkan ke fasilitas kesehatan. Sehingga penanganannya lebih cepat.

"Nggak usah malu, nggak usah khawatir kalau kena (Covid-19). Yang penting lapor saja. Cepat tes. Kita bs tangani. Yang penting dijaga saturasinya diatas 94 persen," katanya.***

Editor: Muhammad Ayus

Tags

Terkini

Terpopuler