Ribuan Pekerja Tewas Demi Rampungkan Jalan Anyer Panarukan di Demak

- 2 September 2022, 06:00 WIB
Jalan Raya Brigjen Sudiarto, Pedurungan, Kota Semarang.
Jalan Raya Brigjen Sudiarto, Pedurungan, Kota Semarang. /dok Media Purwodadi

Sungai yang menghubungkan Kali Tuntang di Demak menjadi kebutuhan primer warga di sana. Mereka menjadikan sungai selebar delapan meter ini untuk kegiatan mandi, cuci, dan mungkin aktivitas dapur. 

Guru besar bidang sejarah Universitas Negeri Semarang, Prof Dr Wasino menyebut, jalur ini, kemudian diapit oleh sungai Iainnya di sebelah selatan.

Baca Juga: Gus Miek Bongkar Kewalian Pengemis Misterius, Ternyata Orang Ini yang Dicari Kyai Mahrus Ali Lirboyo

Lalu, seiring penyurutan dan aktivitas pembangunan menjelang abad ke-20, tambah dia, hanya tersisa sungai di sebelah utara. 

"Jalur itu tak selebar sekarang, hanya ukuran satu gerobak kereta kuda," katanya seperti dikutip dalam Buku Napak Tilas Jalan Daendels Karya Angga Indrawan. 

Satu hal yang menjadi catatan Wasino secara keseluruhan. Semarang, Demak, Kudus, Pati, Juwana, dan Rembang (Pulau Jawa) hingga pengujung abad ke-17 merupakan daratan yang terpisah dengan Jepara di sebelah utara.

Baca Juga: Jenis-Jenis Pakan Sesuai Ukuran Ikan Channa Kategori Panjang Tubuh Maksimal 20 cm Lebih

Dalam catatannya mengutip sejarawan Prancis, Denys Lombard, sebelum abad ke-17, Demak terletak di ujung selat yang memisahkan dirinya dengan Pegunungan Muria (1.602 mdpl) di timur Jepara.

Aktivitas perdagangan antara Demak, Rembang, dan beberapa wilayah di utara dilakukan dengan ekspedisi kecil melalui perairan. 

"Ini dibuktikan dengan melihat posisi Masjid Demak yang ternyata di bagian belakangnya merupakan bekas sungai," ujar Wasino. 

Halaman:

Editor: Andra Adyatama

Sumber: Buku Napak Tilas Jalan Daendels


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x