Ghani adalah sesepuh di kawasan Jatinegara yang sedikitbanyak mengetahui perjalanan panjang kawasan itu. Nama Meester Cornelis, lanjut Ghani, akhirnya diabadikan sebagai nama wilayah.
Meester Cornelis menjadi wilayah strategis Belanda pada abad ke-17 hingga abad ke-20. Terbukti, nama Meester Cornelis masih bertahan hingga penjajah Jepang harus mengganti namanya menjadi Jatinegara pada 1942.
Nama Meester, lebih banyak disebut Mester, hingga kini masih abadi sebagai nama kedua membayangi nama Jatinegara.
Baca Juga: Menelusuri Jalan Anyer Panarukan Warisan Daendels (Bagian 1)
Cerita yang tak jauh berbeda dari sejarawan asal Jerman, Adolf Heuken (86 tahun). Sejarawan yang juga pakar sejarah VOC itu bercerita tentang sosok Meester Cornelis.
Seperti yang juga dituangkan dalam bukunya, Gereja-Gereja Tua di Jakarta (2003), Cornelis juga yang membuka hutan jati di wilayah timur Batavia saat itu.
Pohon-pohon yang ditebang, dikirim ke Batavia dengan cara dihanyutkan lewat Sungai Ciliwung. Kayu-kayu itu lantas dipakai menjadi bahan untuk membangun permukiman dan kapal-kapal niaga VOC.
Cerita singkat M Ghani serta informasi sejarah dari Heuken, menambah keyakinan penulis bahwa Jatinegara memang dibangun dari banyakjejak sejarah kolonialisme Belanda.
Baca Juga: Keajaiban di Gunung Jati, Dua Pohon yang Akarnya Menyambung Jadi Satu
Peran vital wilayah Meester Cornelis bahkan membuat wilayah itu pada 1924 dijadikan regenschap (kabupaten). Saat itu, wilayah Mesteer Cornelis terbagi dalam empat kawedanan (district): Mester Cornelis, Kebayoran, Bekasi, dan Cikarang.