Jatinegara Hingga Meester Cornelis, Menelusuri Jalan Anyer Panarukan Warisan Daendels (Bagian 3)

- 22 Mei 2022, 08:00 WIB
Stasiun Jatinegara. Peninggalan bangunan Belanda.
Stasiun Jatinegara. Peninggalan bangunan Belanda. /Humas KAI

PORTAL MAJALENGKA - Penelusuran Jalan Anyer Panarukan berlanjut setelah jalur Banten Lama menuju Kota Serang. Sepanjang perjalanan menuju Jakarta, pemandangan paling dominan adalah Iadang sawah dan beberapa pabrik tekstil dan industri.

Jalan Raya Pos atau Jalan Anyer Panarukan yang dibangun Daendels, menjadi poros utama di pulau Jawa. Kabupaten Tangerang memang dikenal memiliki lahan yang subur untuk beberapa komoditas agraria seperti beras dan kacang kedelai.

Pemandangan ini dapat ditemui sepanjang daerah yang dilalui seperti Ciruas, Cikande, Balaraja, dan beberapa daerah lainnya.

Baca Juga: Menelusuri Jalan Anyer-Panarukan Warisan Daendels (Bagian 1)

Tangerang sempat menjadi pusat terbesar kerajinan tembikar dan topi dari anyaman bambu dan pandan.

Sejak awal abad ke-20, bahkan catatan Hindia Belanda menyebut topi bambu dan pandan Tangerang mampu diekspor hingga 10 juta buah topi per tahunnya.

Seperti dikisahkan Pramoedya, topi-topi asal Tangerang menjadi primadona gadis-gadis Prancis dan sejumlah negara Eropa lainnya.

Baca Juga: Menelusuri Jalan Anyer-Panarukan Warisan Daendels (Bagian 2), Dari Banten Lama ke Kota Serang

"Masa kependudukan Jepang, membuat industri topi bambu gulung tikar. Nampaknya, tak akan bangun dan bangkit lagi untuk selama-lamanya," tulis Pramoedya dalam bukunya Jalan Raya Pos Jalan Daendels (2005).

Meski tak sehebat dan seperkasa sejak pabrik topi berdiri, sejumlah tangan-tangan mahir masih dapat ditemukan dari para perajin di sejumlah daerah seperti Balaraja, Cikupa, dan beberapa sudut desa di Tangerang.

Sepanjang 70 kilometer pertama, jalan ini menembus perbatasan antara kabupaten dan Kota Tangerang. Jalur ini juga melewati Sungai Cisadane.

Baca Juga: Rivalitas Luntur, Kini Marc Marquez Puji Valentino Rossi

Dalam beberapa catatan sejarah, meski berada satu induk di Kesultanan Banten, Sungai Cisadane sendiri merupakan batas wilayah Kesultanan Banten dengan Jayakarta.

Tak ada pemandangan Iain yang berarti di Sini. Kemungkinan, keberadaan jalan tol Jakarta-Merak lantas membuat aktivitas di kawasan ini terkesan mati. Aktivitas jasa yang masih buka didominasi bengkel truk dan warung-warung kecil penjaja 'obat kuat pria'.

Rute Jalan Raya Pos membentang ke Batavia melalui Grogol, Jalan Gajah Mada hingga sampai di Batavia. Batavia yang dimaksud saat ini dikenal dengan kawasan Kota Tua Jakarta.

Baca Juga: HUMOR GUS DUR, Dokter Pribadi Presiden Dibuat Kesal 'Angel Wis Angel'

Peneliti dari Arsip Nasional, Dr Mona Lohanda, menyebut tak banyak cerita yang dibuat Daendels di Batavia. Menurut dia, era Daendels Iebih terpusat di Weltevreden yang saat ini dikenal dengan wilayah Gambir dan seputaran Lapangan Banteng.

"Kastil di Batavia dihancurkan karena lingkungan di sana (Batavia) sudah tak lagi bersahabat," kata Mona.

Melebar jauh sekitar 30 kilometer ke Selatan dari Batavia, sampailah di Jatinegara. Dahulu, kawasan ini dipenuhi pohon jati, dikenal dengan nama Meester Cornelis.

Baca Juga: Polisi Amankan Barang Bukti Kecelakaan Maut Tewaskan 3 Orang di Panjalu Ciamis

Nama itu diambil dari nama pemilik sekaligus tuan tanah di wilayah ini, Cornelis Senen, seorang penginjil asal Banda, Maluku.

Kawasan ini merupakan wilayah kekuasaan Daendels lantaran sang gubernur sempat membangun benteng pertahanan. Benteng pertahanan dibuat saat Belanda menyiapkan reaksi untuk kedatangan tentara Inggris.

Ketua Komunitas Napak Tilas Bogor, Hendra M Astari menyebut, Daendels membangun jalur ini dengan menghubungkan Jatinegara dan daerah Cililitan.

"Dari Cililitan, itulah titik awal Jalan Raya Bogor. Kalau orang tua dahulu masih menyebut Jalan Raya Bogor dengan nama Jalan Jakarta," kata Hendra seperti dikutip dari Buku Napak Tilas Jalan Daendels Karya Angga Indrawan.

Baca Juga: Rizky Febian Ciptakan 2 OST untuk My Lecture My Husband Season 2, Berharap Relate dengan Alur Cerita

Dari kumpulan koleksi Rijksmuseum.nl, rute ini memang jalur yang menghubungkan Batavia dengan Bogor. Dalam satu lukisan Jonathan Rach abad ke-19, terlihat kawasan Cimanggis menjadi salah satu pos perhentian.

Di kawasan yang sekarang menjadi Pasar Cisalak ini, zaman dulu merupakan pos bagi orang-orang yang ingin beristirahat atau mengganti kudanya.

Jalan Raya Bogor terbentang dengan panjang 45 kilometer. Saat ini masih menjadi rute favorit warga Jakarta sebab menghubungkan tiga kota yakni Jakarta Timur, Depok, dan juga Bogor.

Baca Juga: KRONOLOGI LENGKAP, Detik-detik Kecelakaan Maut Bus Pariwisata di Panjalu Ciamis, 3 Orang Tewas

Hanya saja, jalan ini relatif lebih lengang. Sebab, jalan ini mendapat pesaing yakni tol Jagorawi yang dibangun pemerintah Orde Baru pada 1973.

Jalan ini melalui berbagai daerah seperti Pasar Rebo, Cijantung, Cimanggis, Cibinong, Citeureup, hingga sampai di Kota Bogor di daerah Jambu Dua.

Di tiap kawasan sepanjang Jalan Raya Bogor, masih terdapat pasar tradisional yang masing-masing tidak terlepas dari romantisisme kolonialisme Belanda.***

Editor: Andra Adyatama

Sumber: Buku Napak Tilas Jalan Daendels


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x