Cegah Perubahan Iklim dengan Gaya Hidup Guna Ulang

31 Juli 2023, 10:35 WIB
Peserta asal Desa Putridalem dalam kegiatan Peran Pemuda dan Pemerintah Daerah Dalam Mendorong Gerakan Guna Ulang Dalam Pengelolaan Sampah. /Pikiran Rakyat/Portal Majalengka/Instagram @gunaulangaja

PORTAL MAJALENGKA - Kampanye praktik guna ulang (reuse) barang dan wadah atau kemasan harus terus digalakkan karena hal itu terbukti berdampak positif bagi lingkungan.

Bukan hanya meminimalisir sampah, praktik guna ulang juga bisa  mengurangi emisi gas rumah kaca yang memicu terjadinya perubahan iklim.

Penggiat persampahan, Hanifah Nurawaliah, menegaskan hal itu dalam diskusi bertema “Peran Pemuda dan Pemerintah Daerah Dalam Mendorong Gerakan Guna Ulang Dalam Pengelolaan Sampah di One Eighty Coffee & Music,  Bandung, Sabtu, 29 Juli 2023.

Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi di Jabar yang Tinggi Jadi Catatan, Apakah Ikut Dirasakan Masyarakat?

Anggota Ikatan Alumni Teknik Lingkungan Institut Teknologi Bandung  (ITB) itu menegaskan, berbagai kajian menunjukkan, penggunaan kembali barang dan kemasan juga memungkinkan produk dimanfaatkan secara maksimal, mencegah polusi dan menghemat energi.

“Penggunaan reuseable packaging bisa mengurangi 54 persen emisi karbon,” ujar Hanifah dalam diskusi yang diselenggarakan oleh Komunitas Guna Ulang Aja (GUA) itu.

Karenanya, Hanifah mengajak kaum muda utamanya Generasi Z untuk membiasakan diri menggunakan produk atau kemasan yang bisa diguna ulang, demi kelestarian alam.

Baca Juga: Diferensiasi Pembelajaran Berbasis Konten Pembelajaran Implementasi Kurikulum Merdeka (Bagian 2)

“Bumi ini akan kita wariskan ke  generasi mendatang, anak-anak muda harus bangga menggunakan barang -barang reuse,” ujarnya.

Dalam praktiknya tak mudah menerapkan praktik guna ulang karena saat ini konsumen dimanjakan dengan melimpahnya aneka  produk dengan  kemasan yang tak bisa dipakai kembali.

“Jaman dulu kita menerapkan guna ulang karena banyak produk yang dikemas dalam botol kaca,” kata pendiri  perusahaan penyedia stasiun air  minum isi ulang dengan  menggunkan dispenser, Izifill, Ichsan Mulia.

Baca Juga: Berkunjung ke Tasikmalaya, Berikut Wisata Kuliner yang Harus Dikunjungi

Tetapi, menurut Ichsan, belakangan terjadi trend di kalangan kaum muda untuk menggunakan wadah yang bisa dipakai  berulang-ulang, misalnya tumbler. Dia menuturkan, Izifill didirikan untuk merespon hal itu.

“Mereka membawa tumbler, kalau tidak ada stasiun pengisian airnya, terus bagaiamana,” kata dia.

Beroperasi  sejak Juni 2022, Izifill kini meliilki  delapan unit  stasiun air  minum isi ulang di Bandung dan Jakarta. Ichsan mengklaim, telah mendistribudikan hampir dua ribu liter air yang dikonsumsi oleh 820 orang dan mengurangi lebih dari 5000 botol plastik dalam setahun.

Baca Juga: INFINIX HOT 11 PLAY Jadi Pilihan Pencinta Smartphone Sederhana Tapi Bikin Puas, Lihat Spesifikasinya di Sini

Koordinator Komunitas Guna Ulang Aja (GUA) Muhammad Farhan Rizky, mengatakan, Komunitas yang dipimpinnya berdiri pada Maret 2023, fokus pada kampanye dan edukasi pengurangan sampah melalui praktik guna ulang.

“Karena faktanya kondisi persampahan kita cukup menyedihkan. Pada tahun 2022 lalu misalnya, produksi sampah nasional mencapai 69 juta ton, hanya 74 persen saja yang terkelola. Sementara Masyarakat Kota  Bandung  memproduksi sekitar 1.500 tom sampah per hari,” katanya.

Pejabat Fungsional Penyuluh Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota  Bandung, Dedy Dharmawan menyatakan, pihaknya mendukung upaya pengurangan sampah melalui reuse.

Baca Juga: Terbaru! Aplikasi WhatsApp Segera Keluarkan Fitur Baru Pesan Video Instan

“Reuse harus terus berjalan. Semua metode (reduce, reuse, recycle) harus berjalan. Semua pihak harus bergerak. Penerapan metode pengelolaan sampah tidak harus dibanding-bandingkan,” kata Dedy.

Sementara itu, menurut salah seorang peserta asal Desa Putridalem kecamatan Jatitujuh, Dede mengatakan, sampah plastik kian menjadi perhatian seiring meningkatnya pencemaran yang ada di udara, tanah, hingga laut.

Kasus penumpukan sampah plastik yang mencapai angka berton-ton menjadi masalah yang perlahan menyulitkan. "Kampanye guna ulang ini sangat penting," ujarnya.

Baca Juga: LKBH ICC Institut Agama Islam Cirebon Hadiri Acara Diseminasi, Menjaring Organisasi Bantuan Hukum Baru 

Pada dasarnya, sampah plastik muncul karena tingginya minat para produsen dan masyarakat atas kemasan yang sangat mudah diproduksi, dibawa, dan digunakan. 

Namun dengan banyaknya produsen kemasan yang memproduksi bahan dari sampah plastik, tentu peran dari masyarakat dan pemerintah sangat diperlukan agar angka penyebarannya tetap terukur dan teratur.

"Reuse yang berarti menggunakan kembali. Tahap ini mengajak untuk menggunakan kembali produk yang sudah terpakai. Dengan menggunakannya kembali maka sampah yang timbul dari produk-produk tersebut dapat berkurang," ujarnya.***

Ikuti selengkapnya artikel kami di Google News

Editor: Andra Adyatama

Tags

Terkini

Terpopuler