Network
PORTAL MAJALENGKA – Sebagai makhluk sosial yang selalu berintekrasi dengan orang lain, tentu banyak mengalami berbagai hal. Termasuk mendapat cacian dari orang lain meskipun sebab hal sepele.
Saat mendapat cacian dari orang lain, sebagai orang biasa tentu kita akan kesal dan ingin membalasnya. Namun, dalam ajaran agama, saat mendapat cacian dari orang lain atau saat mendapat omongan buruk maka jangan kembali membalasnya dengan cacian atau omongan buruk lainnya.
Abu Hurairoh, salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW meriyatkan hadits yang menjelaskan tentang bagaimana sikap kita saat mendapatkan omongan buruk dari orang lain:
Baca Juga: Abu Nawas Dapat Rezeki Nomplok Karena Sabar dengan Keadaan Hidupnya
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ: مَنْ حَلَفَ فَقَالَ فِى حَلَفِهِ باِللَّا تَ وَالْعُزَي فَلْيَقُلْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللّٰهُ
Artinya: dari Abi Hurairoh RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda: "Barang siapa yang bersumpah atas nama Lata dan Uza, maka katakanlah pada orang tersebut bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah SWT."
Secara teks, hadits tersebut menjelaskan bahwa ketika ada orang yang bersumpah atas nama Lata dan Uza, yakni berhala maka balaslah dengan ucapan tauhid. Namun, dalam penejelasan lebih lanjut hadits tersebut mengarahkan manusia dalam berbicara dan dalam menyikapi omongan buruk dari orang lain.
Baca Juga: Rasakan Manfaat Buah Murbei bagi Kesehatan Tubuh, Atasi Susah BAB hingga Cegah Kanker
Imam Nawawi dalam Al-Adzkar menjelaskan hadits tersebut bahwa ketika ada orang yang mengeluarkan omongan buruk, maka segeralah ajak mereka bertaubat. Artinya, balaslah dengan omongan yang mengingatkan kepada Allah SWT.
Bahkan dalam penjelasannya, Imam Nawawi mengatakan, wajib untuk segera bertaubat atau mengarahkan orang tersebut bertaubat.
Taubat sendiri memiliki tiga kategori. Tanpa tiga kategori ini taubat tidak memili arti. Pertama, seketika itu langsung berhenti untuk berbuat maksiat.
Kedua, menyesali apa yang sudah dilakukan, dan ketiga mempunyai tekad kuat untuk tidak kembali melakukan perbuatan maksiat.***
