Geger Masjid Sang Cipta Rasa Sunan Gunung Jati, Racun Menjangan Wulung Dihajar Azan Pitu

- 25 Maret 2023, 08:05 WIB
Racun yang disebarkan oleh Menjangan Wulung di masjid Sang Cipta Rasa Sunan Gunung Jati dapat diatasi oleh kumandang Azan Pitu.
Racun yang disebarkan oleh Menjangan Wulung di masjid Sang Cipta Rasa Sunan Gunung Jati dapat diatasi oleh kumandang Azan Pitu. /

 

PORTAL MAJALENGKA - Racun yang disebarkan oleh Menjangan Wulung di masjid Sang Cipta Rasa Sunan Gunung Jati dapat diatasi oleh kumandang Azan Pitu. 

Diceritakan pada zaman Sunan Gunung Jati di masjid Sang Cipta Rasa dulu terjadi geger yang disebabkan Menjangan Wulung.

Azan Pitu yang hingga saat ini dikumandangkan di masjid peninggalan Sunan Gunung Jati di kompleks Keraton Kasepuhan, Cirebon.

Baca Juga: Kisah Gus Dur Hendak Temui Habib Luthfi bin Yahya, di Jalan Dihadang Sunan Gunung Jati

Setiap sholat Jumat di Masjid Sang Cipta Rasa sebanyak tujuh muazin secara bersama-sama mengumandangkan tanda masuk waktu sholat.

Dalam bahasa Cirebon, tujuh disebut pitu. Karena itu istilah Azan Pitu di Masjid Sang Cipta Rasa merujuk pada azan yang dilakukan oleh tujuh orang secara bersamaan.

Azan Pitu dilakukan pada azan pertama. Setelah jamaah melaksanakan sholat sunnah.

Baca Juga: Buyut Habib Luthfi bin Yahya Temui Sunan Gunung Jati, Naik Sajadah Turun dari Langit

Barulah dikumandangkan azan kedua yang dilakukan hanya oleh seorang muazin. Setelah itu barulah khatib naik mimbar untuk melakukan khutbah.

Dalam banyak riwayat yang dituturkan, Azan Pitu berhubungan erat dengan tokoh bernama Menjangan Wulung.

Menjangan Wulung menolak syiar Islam oleh Sunan Gunung Jati di daerah Cirebon dan sekitarnya.

Baca Juga: Wah di Majalengka Ada 5 Karya Seni Unik Mendunia, Apa Saja?

Azan Pitu merupakan gagasan istri Sunan Gunung Jati, Nyimas Pakung Wati yang merupakan putri Pangeran Cakrabuana.

Dikutip dari Antara, DKM Masjid Agung Sang Cipta Rasa pada 2019, Moh Ismail mengatakan Azan Pitu adalah siasat Nyimas Pakung Wati.

Untuk menghadapi teror yang dilakukan Menjangan Wulung, Nyimas Pakung Wati mengatasi yang membuat geger rakyat.

Diceritakan, tokoh Menjangan Wulung tidak suka masyarakat berbondong-bondong mendatangi Masjid Sang Cipta Rasa untuk beribadah.

Masjid yang diperkaya dengan ornamen berasal dari keyakinan lama menyebabkan masyarakat tertarik mendatangi Masjid Agung Sang Cipta Rasa.

Keingintahuan masyarakat kian tergelitik ketika mendengar suara azan dikumandangkan dari masjid.

Saat itu Menjangan Wulung menyimpulkan, faktor yang mendorong masyarakat mendatangi Masjid Cipta Rasa adalah azan.

Karena itu Menjangan Wulung memasang racun di atas masjid.

Racun itu sangat istimewa karena dapat menguap turun ketika azan dikumandangkan.

Lantas racun tersebut menyerang muazin hingga terkapar dan tidak dapat melanjutkan azan.

Setelah mendapatkan keterangan itu, Nyimas Pakung Wati memerintahkan agar jumlah muazin ditambah.

Analisisnya, sejauh ini racun hanya mengenai muazin dan tidak mencelakai jamaah.

Berdasarkan hal itu Nyimas Pakung Wati berasumsi, jika muazin ditambah maka kekuatan racun tidak menyerang semua muazin.

Namun ternyata, setelah muazin menjadi dua orang, racun Menjangan Wulung tetap menebar teror. Dua muazin pun terkapar akibat racun.

Jumlah muazin ditambah lagi hingga tiga orang. Kejadian pun berlanjut hingga akhirnya Nyimas Pakung Wati memerintahkan agar jumlah muazin menjadi tujuh.

Ternyata kedigdayaan racun Menjangan Wulung tak mampu mencelakai ketujuh muazin.

Bahkan ketika kumandang azan oleh tujuh muazin selesai, terdengar suara ledakan sangat keras.

Ledakan itu menandai hancurnya racun Menjangan Wulung berkat pertolongan Allah SWT.

Versi lain mengatakan, saat racunnya hancur, Menjangan Wulung pun terkapar karena terserang balik oleh kesaktiannya sendiri.

Sejak itu Azan Pitu dikumandangkan hingga saat ini. Setelah suasana kondusif, Azan Pitu hanya dikumandangkan pada Sholat Jumat. ***

Editor: Muhammad Ayus


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x