MENGUAK Sedulur Papat Lima Pancer, Isi Pesan Sunan Kalijaga dalam Kidung Marmati

- 7 November 2022, 14:07 WIB
MENGUAK Sedulur Papat Lima Pancer, Isi Pesan Sunan Kalijaga dalam Kidung Marmati
MENGUAK Sedulur Papat Lima Pancer, Isi Pesan Sunan Kalijaga dalam Kidung Marmati /

PORTAL MAJALENGKA - Pandangan masyarakat Jawa mengenai sedulur papat lima pancer banyak yang meyakini bahwa sedulur papat atau saudara empat yang dimaksud adalah sosok malaikat.

Sosok malaikat atau sedulur papat ditugaskan Allah untuk menjaga lima pancer yang berarti diri manusia.

Umumnya sedulur papat lima pancer dalam pandangan masyarakat jawa untuk sedulur papat dilambangkan berupa air ketuban, plasenta, darah, dan pusar. Sementara yang kelima disebut pancer adalah bayi atau diri manusianya.

Baca Juga: DEBAT SENGIT, Sunan Gunung Jati dengan Syekh Siti Jenar, Argumen Tingkat Tinggi Sunan Kalijaga

Mengenai sedulur papat lima pancer juga disinggung Sunan Kalijaga dalam kidung marmati, dalam syairnya menyebut bahwa yang dimaksud sedulur papat atau saudara empat adalah aluamah,  supiyah,  amarah, dan mutmainah. Sedangkan yang kelima sebagai pancer adalah diri manusia itu sendiri.

Penamaan sedulur papat yang digunakan Sunan Kalijaga sama dengan istilah nafs atau nafsu manusia yang terdapat dalam ajaran Islam. Keempat sedulur tersebut digambarkan sebagai berikut:

Sedulur amarah  menggambarkan nafsu yang berkaitan dengan emosi, kekuasaan, tahta, dan lainnya. Nafsu ini jika kita tidak terkendali mengakibatkan manusia menjadi mudah marah, serakah, sombong, dan lainnya.

Baca Juga: Gedung Bappelitbang di Area Balai Kota Bandung Terbakar Hebat, Asap Membumbung Tinggi

Hal sebaliknya jika nafsu ini terkendali bisa menjadikan manusia berani menegakkan kebenaran atau nahi munkar.

Sedulur supiyah menggambarkan nafsu yang berkenaan hal keindahan, kekayaan, dll. Nafsu ini jika kita lepas kontrol bisa berakibat buruk hati, seperti iri, dengki, dan lainnya.

Kendati demikian jika mampu dikendali dapat menjadi semangat dalam bekerja untuk meraih rizki halal dan keberkahan dalam hidup.

Baca Juga: Inilah Alasan Gus Dur Lebih Pilih Kedai Kopi Ketimbang Kelas Saat Kuliah di Mesir

Sedulur aluamah menggambarkan nafsu kebutuhan dasar manusia seperti makan, minum, syahwat, dan lainnya. sebagai nafsu lainnya apabila mampu dikendalikan maka akan menjadikan tubuh dan jiwa sehat.

Sebaliknya jika tidak bisa dikendalikan atau kuasai dapat mengakibatkan keburukan baik fisik maupun mental.

Sedulur mutmainah menggambarkan nafsu dalam berbuat kebaikan, nafsu ini adalah nafsu yang baik. Akan tetapi bisa menjadi buruk jika lepas control. Karena kecenderungan nafsu ini akana membawa manusia merasa suci dan paling benar sendiri.

Dari keempat sedulur yang diuraikan di atas secara keseluruhan butuh juru pengendali agar tiap sedulur tidak bertindak semaunya sendiri dan itu adalah pancer.

Seperti sudah dijelaskan di awal, bahwa sejatinya pancer tersebut  adalah diri manusia itu sendiri. Jadi apabila seseorang dapat mengendalikan empat saudara atau mampu menguasai nafsunya,maka orang tersebut telah mencapai maqom insan kamil.

Dalam ajaran Islam juga dijelaskan bahwasanya yang digoda setan bukanlah ruh manusia. Melainkan hawa nafsu itulah yang mereka goda. Karena sesungguhnya hakikat dari ruh manusia sendiri adalah suci.

Dengan demikian semua perbuatan manusia pada dasarnya tergantung kemampuan manusia sendiri dalam mengendalikan hawa nafsunya tersebut. Dan kemampuan itu sendiri atas kuasa Allah, sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya , QS.Ar-rad ayat 11 yang berbunyi:


لَهٗ مُعَقِّبٰتٌ مِّنْۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهٖ يَحْفَظُوْنَهٗ مِنْ اَمْرِ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْۗ وَاِذَآ اَرَادَ اللّٰهُ بِقَوْمٍ سُوْۤءًا فَلَا مَرَدَّ لَهٗ ۚوَمَا لَهُمْ مِّنْ دُوْنِهٖ مِنْ وَّالٍ

“Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.

Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.”

Dari ayat di atas dapat disimpulkan bahwa manusia pada dasarnya adalah makhluk yang dimuliakan oleh Allah. Semua manusia dilahirkan di dunia dalam keadaan yang sama baik dan sucinya. Adapun kemudian manusia sendirilah yang harus berupaya menjaga hakekat dirinya tersebut.

Dalam kehidupannya manusia dihadapkan pada keputusan-keputusan yang banyak dipengaruhi keempat nafsu atau istilah sedulur papat sebagaimana isi pesan yang tersirat dalam kidung marmati Sunan Kalijaga.***

Editor: Muhammad Ayus


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x