Kitab Fikih Muhammadiyah Bukan Tulisan KH Ahmad Dahlan

- 6 Agustus 2022, 06:52 WIB
Kitab Fikih Muhammadiyah Bukan Tulisan KH Ahmad Dahlan
Kitab Fikih Muhammadiyah Bukan Tulisan KH Ahmad Dahlan /Kolase/Dok. Pribadi


MUHAMMADIYAH yang didirikan KH Ahmad Dahlan adalah gerakan pembaharuan menuju Islam yang berkemajuan. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya lembaga perguruan tinggi, rumah sakit, panti asuhan dan lembaga sosial lain yang didirikannya.

Menurut mantan Ketua Umum Muhammadiyah Prof. Din Syamsuddin, M.A., Ph. D., perhatian pembaharuan KH Ahmad Dahlan melalui Muhammadiyah, bukan pada masalah fikih tetapi pada pemikiran. Terutama dari kalam Muhammad Abduh, Jamaluddin al-Afghani, dan ilmu falak.

Dan seandainya Muhammadiyah fikihnya masih tradisional adalah wajar. Sebab interaksi KH Ahmad Dahlan dengan guru-guru yang berpandangan demikian seperti Sholeh Darat, Ahmad Khathib dan syaikh-syaikh lain di Mekkah pada zaman itu.

Baca Juga: KETIKA GUS DUR DIPERMALUKAN Habis-habisan oleh Petinggi Muhammadiyah, Ini yang Terjadi

Sebelum dibentuk Majelis Tarjih oleh KH Mas Mansur pada tahun 1928, isi Kitab Fikih Muhammadiyah sebetulnya sama dengan ritual peribadatan NU.

Bahkan dicetak sebelum NU ada atau didirikan. Dengan kata lain, pada awalnya Muhammadiyah di zaman KH Ahmad Dahlan berfikih dengan Madzab Syafii, kata Ketua Pengurus Pusat Muhammadiyah Prof. Dr. Yunahar Ilyas, Lc. M. Ag.

Misalnya Muhammadiyah masih menggunakan doa qunut dalam sholat Subuh, sholat tarawih 20 rakaat, adzan Jumat 2 kali, sholat Id di masjid, rukyatul hilal dalam menentukan awal puasa Ramadhan dan hari raya, membaca usholi, sayidina dll.

Baca Juga: Mengenal Ilmuan Ibnu Majid, Sosok Geografer dan Navigator Terbesar yang Dimiliki Islam

Katakanlah, latar belakang berdirinya Muhammadiyah itu sesungguhnya tidak berkait dengan pembaharuan fikih atau peribadatan, tetapi lebih disebabkan gerakan pembaharuan berkait kemajuan zaman kuhususnya dalam sistem pendidikan Islam.

Bisa dimaklumi, karena KH Ahmad Dahlan memiliki interaksi dengan tokoh-tokoh pergerakan Nasional. Bahkan ia menjadi anggota organisasi Budi Utomo (1908), Jamiatul Khoir (1901) dan SI (Sarekat Islam, 1905).

Halaman:

Editor: Husain Ali


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x