Baca Juga: Kisah Gus Miek Dibuat Bingung Oleh Sandal Nabi Khidir yang Tertinggal di Magelang
“Di sinilah aku, tiada seorang pun yang peduli kepadaku yang bodoh ini. Sedangkan kedua sahabatku nanti akan kembali sebagai orang-orang yang terpelajar dan berpendidikan,” ucapnya dalam keadaan sedih.
Tiba-tiba ada ada seorang yang sudah tua dengan wajah berseri menyapa menyapa syekh At-Tirmidzi. “Nak mengapa engkau menangis?” tanya orang tua tersebut.
Kemudian Syekh At-Tirmidzi menceritakan semua keluh kesah dia kepada orang tua tersebut dan dibalas senyuman.
“Maukah engkau menerima pelajaran dari saya setiap hari, hingga engkau dapat melampaui kedua sahabatmu itu dalam waktu singkat?” tanya Nabi Khidir.
Pertanyaan tersebut kemudian dijawab dengan semangat oleh syekh At-Tirmidzi. “Aku bersedia,” jawabnya sengan penuh semangat.
Baca Juga: Bukan Saja Sebagai Wali, Sunan Ampel Bupati Pertama di Surabaya
Maka setiap hari orang tua tersebut menemui Syekh At-Tirmidzi di pemakaman untuk memberikan pelajaran.
Barulah setelah 3 tahun berlalu, Syekh At-Tirmidzi menyadari bahwa gurunya tersebut adalah Nabi Khidir.
Setiap hari Minggu Syekh At-Tirmidzi dan Nabi Khidir bertemu untuk melakukan diskusi keilmuan.