Gara-Gara Ini Syekh Quro Tidak Jadi Diusir dari Karawang Oleh Penguasa Pajajaran

- 1 Agustus 2022, 12:19 WIB
Masjid Agung Syekh Quro Karawang. Gara-Gara Ini Syekh Quro Tidak Jadi Diusir dari Karawang Oleh Penguasa Pajajaran
Masjid Agung Syekh Quro Karawang. Gara-Gara Ini Syekh Quro Tidak Jadi Diusir dari Karawang Oleh Penguasa Pajajaran /Google Maps

Karna jalan darat utama tersebut menghubungkan ibukota Pakuan Pajajaran dengan Cileungsi atau Cibarusa, Warunggede, Tanjungpura, Karawang, Cikao, Purwakarta.

Juga Sagalaherang, Sumedang, Tomo, Sindangkasih, Raja Galuh, Talaga, Kawali, dan ke pusat Kerajaan Galuh Pakuan di sekitar Ciamis dan Bojong Galuh.

Baca Juga: Abu Nawas Menang Banyak, Saat Terima Tantangan Abu Jahil

Mengingat strategisnya pesantren Syekh Quro, Agus Sunyoto dalam bukunya Atlas Walisongo menuliskan bahwa Penguasa Pajajaran kala itu Prabu Anggalarang menganggap kegiatan dakwa Syekh Quro meresehkan.

Sehingga ia memerintahkan hulu balang dan para tentaranya untuk mengusir Syekh Quro dari tempatnya.

Syaikh Quro mematuhi perintah Prabu Anggalarang untuk meninggalkan Karawang dan pergi ke Malaka.

Ketika berpamitan kepada Ki Gedeng Tapa, sahbandar Muara Jati di Cirebon, Syaikh Quro dipercaya untuk mendidik Nyi Subanglarang, puteri Ki Gedeng Tapa untuk diajari Agama Islam di Malaka.

Tak lama di Malaka, Syaikh Quro dikisahkan kembali ke Karawang dan mendirikan langgar (mushalla) tidak jauh dari pelabuhan. Seperti semula, dakwah Syaikh Hasanuddin mendapat sambutan penduduk setempat.

Sebentar saja, langgar itu sudah berkembang menjadi pesantren tempat penduduk belajar Agama Islam. Berita tentang berdakwah kembalinya
Syaikh Quro di Karawang membuat marah Prabu Anggalarang yang pernah melarang dan mengusirnya.

Prabu Anggalarang kemudian mengirim putera mahkota, Raden Pamanah Rasa untuk menutup pesantren Syaikh Quro.

Halaman:

Editor: Muhammad Ayus

Sumber: Buku Atlas Walisongo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x