"Tenang saja Mbah Wahab," jawab Mbah Abbas.
Beliau ambil bakiaknya lalu ditiup, jadilah pesawat tempur. Bahkan pesawat tempur itu walaupun ditembak oleh pesawat musuh tidak mempan, justru pesawat itu mampu menembak banyaknya pesawat sekutu, tercatat ada 250 pesawat sekutu yang hancur.
Penggunaan bakiak oleh Kiai Abbas juga ternyata bukan hanya dilakukan saat perang tanggal 10 November 1945, yang cukup penting salah satunya ketika akan bertanding silat. KH Amiruddin Afkari mengatakan buntet itu memiliki pencak silat sendiri dengan nama Pencak silat Buntet.
Ia pernah mendapatkan cerita dari salah satu pendekar silat asal Buntet yang juga pernah menjadi gurunya tentang kehebatan pencak silat buntet dan juga bakiak Kiai Abbas.
Menurut pendekar silat asal Buntet, Kiai Abbas selalu menjajal kemampuan murid-muridnya terkait kemampuan silat.
Kemampuan silat Kiai Abbas Tidak diragukan lagi Kiai Abbas pernah menerima tamu seorang preman suruhan Belanda yang membuat beliau ditodong dengan sebuah belati
Aaat ditodong posisi tangan kanan Kiai Abbas memegang Al-Quram karena saat itu sedang deres dan tangan kirinya dipiting oleh preman tersebut, ketika ujung belati sudah menempel tepat di leher Kiai Abbas.
Melihat kiainya sedang dalam kondisi bahaya para santri dan masyarakat Buntet langsung mengelilingi Kiai Abbas, namun beliau meminta semuanya untuk menyingkir.
Kiai Abbas tidak ada keraguan sedikitpun saat menjadi tawanan preman suruhan Belanda itu, sampai akhirnya kemampuan silat dari Kiai Abbas dikeluarkan hanya dengan sebuah gerakan dengan Alquran masih dipegang oleh tangan kanannya dan kondisi tangan kirinya dipiting Kiai Abbas bisa menjatuhkan preman tersebut.
Saat santri dan masyarakat hendak menyerbu dan menghakiminya Kiai Abbas melarang.