Kyai Abu Bakar mengaku terkejut dengan karomah wali yang dimiliki sang guru, Mbah Hasyim Asy'ari.
Saat itu, di depan pondok pesantren Tebuireng pada masa penjajahan Belanda terdapat rel kereta api yang biasa dilalui kereta komersil.
Baca Juga: Keramat Sunan Gunung Jati Tingkat Tinggi, Mampu Kuasai 99 Bahasa
Namun terkadang, rel itu juga dilalui oleh lori yang mengangkut tebu-tebu menuju pabrik gula untuk proses penggilingan.
Suatu hari diceritakan, lori yang mengangkut tumpukan tebu mengalami insiden terguling, sehingga tebu yang dibawa jatuh berhamburan.
Para santri yang mengetahui kejadian itu pun langsung berlarian mengambil tebu-tebu yang jatuh ke tanah.
Mandor Belanda yang mengetahui kejadian tersebut langsung marah dan memukuli para santri.
Kabar tak menyenangkan itu sampai ke telinga Mbah Hasyim Asy'ari. Mendengar santrinya diperlakukan tidak baik oleh mandor Belanda, beliau pun merasa geram dan tak terima.
Mbah Hasyim kemudian pergi mendatangi pabrik gula. Pada saat itu, pabrik sedang beroperasi menggiling tebu.
Entah apa yang terlintas di benak Mbah Hasyim Asy'ari, beliau kemudian mengeluarkan kunyahan inang dari mulutnya, lalu kunyahan itu disumpal ke mesin penggilingan tebu.