Abah Anom Wali Sakti dari Tanah Sunda yang Istimewa, Penerus Dakwah Sunan Gunung Jati

- 24 Juni 2022, 08:13 WIB
Abah Anom. Abah Anom Wali Sakti dari Tanah Sunda yang Istimewa, Penerus Dakwah Sunan Gunung Jati
Abah Anom. Abah Anom Wali Sakti dari Tanah Sunda yang Istimewa, Penerus Dakwah Sunan Gunung Jati /Instagram

PORTAL MAJALENGKA - Abah Anom adalah wali sakti dari Tanah Sunda yang menjadi penerus dakwah Sunan Gunung Jati.

Abah Anom dikenal sebagai wali yang istimewa tidak sekadar karena karomahnya.

Tetapi lebih-lebih karena Abah Anom adalah seorang ulama yang ahli ibadah, dzikir, dan ilmu.

Baca Juga: Artis Ibu Kota Saksikan Langsung Karomah Sakti Abah Anom, Penerus Dakwah Sunan Gunung Jati

Abah Anom adalah seorang ulama, Mursyid Kamil Mukammil dari Thariqah Qadiriyah Naqsyabandiyah (TQN) Pesantren Suryalaya, Tanjungkerta, Pagerageung, Tasikmalaya.

Dengan kapasitasnya ini pantas bila Abah Anom begitu disegani oleh kalangan ulama di tanah air.

Abah Anom lahir pada 1 Januari 1915 dan wafat pada 5 September 2011 di Kampung Suryalaya, Tasikmalaya, Jawa Barat.

Baca Juga: Abi Rojul Menyesal Tantang Abah Anom Wali Sakti Tanah Sunda, Penerus Dakwah Sunan Gunung Jati

Ayah beliau adalah Syekh Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad (Abah Sepuh), pendiri Pesantren Suryalaya, dan ibu yang bernama Hajjah Juhriyah.

Abah Anom mengawali pendidikan dari ayahnya sendiri, belajar dasar-dasar ilmu agama. Pendidikan formalnya di Sekolah Dasar di Ciamis.

Lalu, Abah Anom melanjutkan pendidikannya dengan masuk sekolah tingkat menengah di Ciawi, Tasikmalaya.

Baca Juga: Kisah Horor Ajudan Gus Dur di Istana, Hantu Noni Belanda yang Bunuh Diri Nangis Sesenggukan

Sejak 1930, Abah Anom nyantri ke beberapa pesantren di Jawa Barat. Semula Abah Anom nyantri di sebuah pesantren di Cicariang, Cianjur.

Orang tuanya ingin agar Abah Anom kelak dapat menggantikan posisi ayahnya sebagai pengasuh Pesantren Suryalaya.

Kemudian, Abah Anom pindah ke Pesantren Jambudwipa Cianjur selamadua tahun. Lalu pindah ke Pesantren Gentur Cianjur yang saat itu diasuh oleh Ajengan Syatibi.

Dua tahun kemudian, tepatnya sejak 1935 sampai 1937, Abah Anom melanjutkan pendidikan di Pesantren Cireungas, Cimelati, Sukabumi yang saat itu diasuh oleh Ajengan Aceng Mumu, seorang ahli hikmah dan ilmu silat.

Di pesantren tersebut, dia mulai mematangkan keilmuannya, tidak hanya di bidang keilmuan Islam, tetapi juga dalam ilmu bela diri dan lain-lain.

bah Anom menikahi gadis bernama Euis Siti Ruyanah pada usia 23 tahun. Pada 1938, ia berangkat ke tanah suci Makkah untuk menunaikan ibadah haji sekaligus menuntut ilmu.

Kala bermukim di Makkah selama kurang lebih tujuh bulan, Abah Anom sangat rajin mengikuti pertemuan bandungan di Masjidil Haram yang disampaikan guru-guru yang berasal dari Makkah dan Mesir.

Ia juga aktif mengunjungi Ribat Naqsabandi di Jabal Gubaisy, untuk muzakarah (ngaji) kitab tasawuf karya Syekh Abdul Qadir al-Jailani, yakni kitab _Sirr al-Asrar dan Ghaniyyat at-Talibin, kepada Syekh Romli, seorang ulama dari Garut.

Sepulang dari Makkah, Abah Anom ikut serta memimpin Pesantren Suryalaya mendampingi ayahnya.

Namun, karena tahun 1939 sampai 1945 merupakan masa-masa menjelang kemerdekaan, ia lebih aktif sebagai pejuang yang turut menjaga keamanan dan ketertiban NKRI.

Ketika terjadi gerakan Darul Islam (DI/TII) di Jawa Barat, ia memutuskan segera bergabung dengan TNI untuk melawan gerakan tersebut.

Dengan demikian, pada masa akhir sampai awal kemerdekaan, ia sangat berkontribusi dalam menjaga kedaulatan NKRI, baik dari penjajahan bangsa asing maupun dari gerakan makar saudara sebangsa sendiri.

Abah Anom memimpin Pesantren Suryalaya secara penuh ketika ayahnya, Abah Sepuh wafat pada tahun 1956. Ketika itu, DI/TII terus bergerak aktif melakukan perlawanan menentang pemerintahan Indonesia di bawah Presiden Sukarno.

Tidak kurang dari tiga puluh delapan kali Pesantren Suryalaya mendapat teror dari DI/TII, terhitung sejak tahun 1950 sampai 1960.

Untuk menghadapi teror dan serangan DI/TII, Abah Anom selaku pemimpin Pesantren Suryalaya selalu menginstruksikan kepada para santri dan pengikutnya untuk memberikan perlawanan secara gigih.

Atas kontribusinya tersebut, ia memperoleh penghargaan dari pemerintah RI. Demikian biografi Abah Anam.***

Editor: Muhammad Ayus

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x