Lir-Ilir Ajaran Walisongo Sunan Kalijaga untuk Kehidupan Manusia, Korelasi dengan Ajaran Sunan Gunung Jati

- 28 Mei 2022, 14:20 WIB
Lir-Ilir Ajaran Walisongo Sunan Kalijaga untuk Kehidupan Manusia, Korelasi dengan Ajaran Sunan Gunung Jati
Lir-Ilir Ajaran Walisongo Sunan Kalijaga untuk Kehidupan Manusia, Korelasi dengan Ajaran Sunan Gunung Jati /

PORTAL MAJALENGKA- Sunan Gunung Jati memiliki murid bernama Sunan Kalijaga yang kelak mewarisi dakwah Islam dengan model pendidikan kearifan lokal.

Salah-satu konsep pendidikan dan dakwah Sunan Kalijaga disiarkan melalui tembang yang berjudul lir-ilir.

Tembang lir-ilir diciptakan oleh Sunan Kalijaga pada awal abad ke-16, pada runtuhnya kerajaan Majapahit dan mulai masuknya Islam para adipati Kadipaten di Majapahit terutama di pesisir Pulau Jawa.

Baca Juga: Berikut Tembang Gubahan Sunan Kalijaga, Murid Sunan Gunung Jati yang Termasyhur di Masyarakat

Lir-ilir dikenal sebagai tembang dolanan daerah Jawa Tengah. Tembang lir-ilirialah tembang gubahan dari Sunan Kalijaga yang masyhur dan paling banyak dihafal oleh masyarakat jawa hingga saat ini.

Dikutip Portal Majalengka dari Jurnal An-Nafah penelitian 2012 menyebutkan Lir-ilir sebagai berikut:

Lir-ilir, lir-ilir
Tandure wis sumilir
Tak ijo royo-royo tak senggo temanten anyar
Cah angon-cah angon penekno blimbing kuwi
Lunyu-lunyu yo penekno kanggo mbasuh dodotiro
Dodotiro-dodotiro kumitir bedhah ing pinggir
Dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore
Mumpung padhang rembulane mumpung jembar kalangane
Yo surako... surak hiyo...

Baca Juga: Selama Berdakwah di Pulau Jawa, Sunan Kalijaga Dikenal Sebagai Dalang Wayang

Dalam tembang Lir-ilir didalamnya terdapat pendidikan Islam untuk menciptakan manusia yang mampu memberikan pertimbangan antara kehidupan akhirat dan mampu pula menjadi khalifah di muka bumi.

Perimbangan antara dunia dan akhirat atau sikap tawazun tergambar dalam baris syair Lir-ilir, lir-ilir Tandure wis sumilir.

Hal itu diajarkan Sunan Gunung Jati, dimana tujuan pendidikan Islam yang lain ialan terbentuknya manusia yang berakhlak mulia.

Baca Juga: PUSAKA SAKTI Sunan Kalijaga Murid Sunan Gunung Jati Rompi Onto Kusumo Keluarkan Cahaya dan Keris Carubuk

Tujuan terbentuknya manusia yang berakhlak mulia tergambar dalam baris syair Dodotiro-dodotiro kumitir bedhah ing pinggir, Dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore.

Baris syair, Cah angon-cah angon penekno blimbing kuwi, Lunyu-lunyu yo penekno kanggo mbasuh dodotiro.

Baris tembang lir-ilir, menggambarkan seorang pendidik yang harus senantiasa sadar akan kedudukannya sebagai pendidik, dan sebagai tenaga professional.

Baris lir-ilirlir-ilir, menggambarkan seorang pendidik yang harus senantiasa sadar akan kedudukannya sebagai pendidik, dan sebagai tenaga professional.

Baris Dondomono jlumatono, menggambarkan sosok pendidik yang memiliki etos kerja yang tinggi, sabar, dan cermat merupakan pelukisan sosok pendidik yang memiliki kompetensi kepribadian yang baik.

Sosok cah angon, yang gemar introspeksi diri dan peduli terhadap lingkungannya yang senantiasa bersikap inklusif, tidak diskrimiatif terhadap jenis kelamin, suku, agama, latarbelakang keluarga dan lain sebagainya, adalah perwujudan dari sosok pendidik yang mempunyai kompetensi sosial.

Sementara profesi cah angon (pengembala) merupakan representasi sosok pendidik yang memiliki kompetensi kepemimpinan.

Cah angon begitu paham bagaimana menggembalakan (mengelola dan memimpin) ternaknya, memperhatikan, mengerahkan, serta merencanakan kapan gembala harus masuk dan keluar dari kandangnya.

Darisini konsep mendidik seorang manusia yang disimbolkan dalam sebuah lirik yang diciptakan oleh Sunan Kalijaga.

Korelasi dengan Ajaran Sunan Gunung Jati bisa dilihat dari pepatah pepitih memikiki makna yang sama dengan ajaran Sunan Kalijaga. ***

 

Editor: Muhammad Ayus

Sumber: Jurnal An-Nafah penelitian 2012


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x