Lima Bukti CIREBON Pusat Peradaban Islam, Sunan Gunung Jati Membawa Caruban ke Mancanegara

- 28 Januari 2022, 14:45 WIB
Masjid Sang Cipta Rasa Kasepuhan, jejak Sunan Gunung Jati menyebarkan agama dan peradaban Islam di Cirebon dan sekitarnya.
Masjid Sang Cipta Rasa Kasepuhan, jejak Sunan Gunung Jati menyebarkan agama dan peradaban Islam di Cirebon dan sekitarnya. /Husain Ali/Portal Majalengka

PORTAL MAJALENGKA - Pada masa pemerintahan Sunan Gunung Jati, selain perluasan wilayah juga dilakukan pembangunan sarana dan prasarana untuk menjadikan Caruban atau Cirebon pusat peradaban Islam.

Upaya pembangunan tersebut untuk meningkatkan ekonomi masyarakat, membuat akses sosial ekonomi masyarakat, keamanan masyarakat, membuka jaringan internasional, dan pusat peradaban Islam.

Adapun lima pembangunan yang digagas Sunan Gunung Jati dan menjadikan Cirebon sebagi pusat peradaban Islam yaitu:

Baca Juga: Pengembaraan Sunan Gunung Jati Untuk Berjumpa Nabi Muhammad SAW, Nabi Khidir AS dan Seteguk Air Surga

  1. Pada tahun 1483, keraton lama Dalem Pakungwati yang dibangun Cakrabuwana diperluas dan ditambah dengan bangunan-bangunan pelengkap, termasuk tembok keliling setinggi 2,5 meter dengan ketebalan 80 cm pada areal tanah seluas 20 hektare.

Selanjutnya, untuk keamanan dibangun tembok setinggi 2 meter mengelilingi ibukota, meliputi areal seluas 50 hektare.

Tembok keliling itu tentu saja dilengkapi dengan pintu gerbang, yang salah satu dari pintu gerbang itu diberi nama Lawanggada.

  1. Pembangunan pangkalan perahu yang terletak di sebelah tenggara keraton di tepi Sungai Kriyan.

Pangkalan perahu itu dilengkapi dengan gapura yang disebut Lawangsanga, bengkel perahu, istal kuda kerajaan, dan pos-pos penjagaan.

Tujuannya untuk memperbaiki kapal-kapal yang rusak dan sebagai pintu utama penjagaan dan keamanan.

Baca Juga: Indonesia vs Timor Leste, Diwarnai Debut 2 Wonderkid dan Peran Vital Pratama Arhan

  1. Di pelabuhan Muara Jati dilakukan perbaikan dan penyempurnaan bangunan untuk fasilitas pelayaran, seperti mercusuar yang dulu dibuat Ki Ageng Tapa dengan dibantu orang-orang Tionghoa.

Di pelabuhan ini dibangun pula bengkel untuk memperbaiki perahu berukuran besar yang mengalami kerusakan, dengan memanfaatkan orang-orang Tionghoa ahli pembuat Jung yang dahulu dibawa Laksamana Cheng Ho.

Pelabuhan Muara Jati pada masa itu merupakan pasar tempat transaksi perdagangan rempah-rempah, beras, hewan potong, dan tekstil.

Oleh sebab itu, di sekitar Muara Jati banyak pedagang asing bermukim seperti dari Tionghoa dan Arab.

Baca Juga: Gempa Bumi di Selatan Jawa Barat, Juga Dirasakan di Tempat Ini

  1. Pembangunan sarana transportasi dilaksanakan sebagai upaya mempercepat pertumbuhan ekonomi.

Untuk itu dibangunlah sarana transportasi penunjang pelabuhan laut berupa saluran transportasi melalui sungai dan jalan darat.

Mengenai jalan darat, pembangunan jalan besar dimulai dari alun- alun keraton Pakungwati ke pelabuhan Muara Jati.

Pembangunan jalan itu tujuannya agar para pedagang asing atau para utusan dari kerajaan lain yang masuk ke pelabuhan Muara Jati, dapat secara mudah bertemu dengan Sunan Gunung Jati apabila hendak menghadap atau membicarakan sesuatu.

Baca Juga: Detik-detik Aurel Hermasyah Melahirkan, Ashanty Lakukan Tindakan Ini, Atta Halilintar Optimis Baby A Sehat

  1. Pos Keamanan, untuk menjaga dan memelihara keamanan dibentuk pasukan keamanan yang disebut Pasukan Jagabaya dengan jumlah dan kualitas yang memadai.

Pasukan Jagabaya ditempatkan di pusat kerajaan dan tentu saja di setiap wilayah yang sudah dikuasai Kesultanan Cirebon.

Sunan Gunung Jati yang menjadi raja di Kesultanan Cirebon adalah seorang anggota Walisongo. Sehingga segala aktivitasnya tentu saja tidak terlepas dari upaya menyebarkan agama Islam.

Untuk itulah, pada tahun 1480, Sunan Gunung Jati mendirikan Masjid Agung Sang Cipta Rasa, yang terletak di samping kiri keraton dan di sebelah barat alun-alun.

Baca Juga: Percepatan Vaksinasi Agar Semakin Banyak Jiwa yang Terlindungi

Dalam membangun Masjid Agung Sang Cipta Rasa itu, Sunan Gunung Jati dibantu Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga. Adapun arsitek masjid itu ialah Raden Sepat, mantan arsitek Majapahit.

Sunan Gunung Jati menjadikan masjid sebagai pusat dakwah Islam, oleh karena itu di setiap wilayah bawahan Cirebon dibangun masjid jami.

Sebagai pemimpin politik dan agama, Sunan Gunung Jati membentuk sistem dan struktur kenegaraan yang didasarkan pada paham kekuasaan religius.

Adapun esensi dari paham kekuasaan religius adalah meletakan kekuasaan politik pada karakter adiduniawi dan adimanusiawi.

Baca Juga: GUS DUR Dapat Bisikan Gaib, Makam Sunan Kalijaga Bukan di Demak, Tetapi Di Pemakaman Ploso Songo, Tuban

Pemerintahan Sunan Gunung Jati bentuknya merupakan perpaduan    antara system pengelolaan Negara dengan dakwah Islam.

Sehingga aspek-aspek pemerintahan, pengendalian masyarakat, dan pengembangan agama menyatu menjadi bagian yang tidak terpisahkan. *

 

Editor: Ayi Abdullah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah