- Di pelabuhan Muara Jati dilakukan perbaikan dan penyempurnaan bangunan untuk fasilitas pelayaran, seperti mercusuar yang dulu dibuat Ki Ageng Tapa dengan dibantu orang-orang Tionghoa.
Di pelabuhan ini dibangun pula bengkel untuk memperbaiki perahu berukuran besar yang mengalami kerusakan, dengan memanfaatkan orang-orang Tionghoa ahli pembuat Jung yang dahulu dibawa Laksamana Cheng Ho.
Pelabuhan Muara Jati pada masa itu merupakan pasar tempat transaksi perdagangan rempah-rempah, beras, hewan potong, dan tekstil.
Oleh sebab itu, di sekitar Muara Jati banyak pedagang asing bermukim seperti dari Tionghoa dan Arab.
Baca Juga: Gempa Bumi di Selatan Jawa Barat, Juga Dirasakan di Tempat Ini
- Pembangunan sarana transportasi dilaksanakan sebagai upaya mempercepat pertumbuhan ekonomi.
Untuk itu dibangunlah sarana transportasi penunjang pelabuhan laut berupa saluran transportasi melalui sungai dan jalan darat.
Mengenai jalan darat, pembangunan jalan besar dimulai dari alun- alun keraton Pakungwati ke pelabuhan Muara Jati.
Pembangunan jalan itu tujuannya agar para pedagang asing atau para utusan dari kerajaan lain yang masuk ke pelabuhan Muara Jati, dapat secara mudah bertemu dengan Sunan Gunung Jati apabila hendak menghadap atau membicarakan sesuatu.
- Pos Keamanan, untuk menjaga dan memelihara keamanan dibentuk pasukan keamanan yang disebut Pasukan Jagabaya dengan jumlah dan kualitas yang memadai.
Pasukan Jagabaya ditempatkan di pusat kerajaan dan tentu saja di setiap wilayah yang sudah dikuasai Kesultanan Cirebon.
Sunan Gunung Jati yang menjadi raja di Kesultanan Cirebon adalah seorang anggota Walisongo. Sehingga segala aktivitasnya tentu saja tidak terlepas dari upaya menyebarkan agama Islam.