PORTAL MAJALENGKA -- Hidup tidaklah selalu persis seperti yang kita inginkan dan kita rencanakan. Ada kalanya kita jadi yang terbaik namun ada kala pula kita terpuruk.
Dalam keadaan terpuruk, ekonomi melempem, berhutang pun terpikirkan menjadi solusi.
Namun, meski halal namun utang dapat membebani kehidupan akhirat jika tak diselesaikan sebelum menghembuskan nafas terakhir.
Masalah utang-piutang merupakan persoalan menyangkut hak sesama manusia (haqqul adami). Karena itu seberat apa pun, utang harusnya dilunasi saat masih hidup.
Namun ada kala pula kita kesulitan untuk melunasi utang, padahal sudah berikhtiar maksimal ke segala penjuru. Uang yang semula diniatkan untuk membayar utang, setelah terkumpul terpaksa dipergunakan untuk lain keperluan yang mendesak.
Rasanya selalu ada saja keperluan mendesak di saat uang untuk membayar utang sudah terkumpul. Akhirnya pembayaran utang pun terkatung-katung.
Utang sudah dilakukan orang sejak zaman dahulu. Di masa Rasulullah Saw, dikisahkan seorang sahabat mendatangi Nabi dan mengadukan dirinya yang belum melunasi utang kepada seseorang.