Karomah Wali: Sekali Tiup, Bakiak KH Abbas Buntet Mampu Menjadi Pesawat Tempur

8 Juli 2022, 14:40 WIB
Karomah Wali: Sekali Tiup, Bakiak KH Abbas Buntet Mampu Menjadi Pesawat Tempur /Tangkapan layar YouTube GP Ansor Banjaran

PORTAL MAJALENGKA - Bakiak sandal yang terbuat dari kayu mungkin bagi kita semua dianggap sebagai salah satu sandal kuno dan ketinggalan zaman atau juga menggunakan bakiak itu dikarenakan harganya yang murah dan juga awet digunakan.

Cukup jarang bakiak digunakan dalam peristiwa-peristiwa penting lebih banyak ditempatkan untuk alas kaki di kamar mandi atau untuk digunakan saat bersantai.

Namun berbeda dengan Kiai Abbas Buntet, beliau malah menggunakan bakiak dalam peristiwa-peristiwa penting sebut saja ketika berlangsungnya perang tanggal 10 November tahun 1945.

Baca Juga: KERIS SANGHYANG NAGA Milik Wali Sunan Gunung Jati Warisan Prabu Siliwangi 1: Hasil Tafakur setelah Ramadhan

Sejak keberangkatannya dari Cirebon Kiai Abbas menitipkan sebuah bingkisan kepada salah satu pengawalnya yaitu Abdul Wahid.

Saat itu Abdul Wahid berpikir bahwa benda titipan miliknya tersebut merupakan benda yang sangat berharga, ternyata ketika bungkusan tersebut dibuka hanya berisi sepasang bakiak

Walaupun masih bingung Abdul Wahid hanya mengikuti perintah Kiai Abbas dan membawa bingkisan tersebut hingga perjalanan tiba di Rembang Jawa Tengah dan singgah di kediaman Kiai Bisri Mustofa.

Baca Juga: TIRAKAT HABIB LUTHFI BIN YAHYA Hingga Duduki Singgasana di Samping Rosulullah SAW

Disitulah Kiai Abbas ditunjuk untuk menjadi komandan perang tanggal 10 November oleh para kiai yang sudah menunggu beliau.

Bung Tomo yang beberapa kali meminta kepada KH. Asy'ari untuk memulai peperangan pun selalu ditolak oleh KH Hasyim dengan alasan menunggu singa dari Jawa Barat yang tidak lain adalah Kiai Abbas.

Saat akan menuju Surabaya Kiai Abbas meminta bungkusan bakiak kepada Abdul Wahid sekaligus memintanya untuk tidak ikut bergabung ke Surabaya dan menunggu di Rembang.

Baca Juga: MENGHARUKAN, Kisah Nenek Tua Keturunan China Teteskan Air Mata di Depan Makam Gus Dur

Walaupun semangat juang Abdul Wahid cukup menggelora, namun ia tidak berani melawan perintah Kiainya. Akhirnya Ia tetap tinggal di Rembang hingga pada tanggal 13 November tahun 1945.

Rombongan santri yang ikut berperang di Surabaya tiba di Rembang bercerita tentang Kesaktian Kiai Abbas.

Menurut para santri Kiai Abbas berperang dengan menggunakan bakiak, saat Kiai Abbas berdoa tiba-tiba sejumlah alu dan lesung milik warga yang berukuran besar berterbangan dan menghantam tentara sekutu pesawat yang terbang pun dilumpuhkan hanya dengan lemparan tasbih oleh Kiai Abbas.

Menurut KH. Amiruddin saat perang tanggal 10 November Kiai Abbas dengan karomahnya bukan hanya berada di satu tempat tetapi di dua tempat yaitu di pusat kota dan di pesisir pantai Surabaya.

Selain itu, sandal bakiak yang dibawanya itu mampu menjadi senjata perang melawan sekutu.

Saat Belanda dengan pasukan sekutunya mengirimkan ratusan pesawat tempur.
Kata bawahannya kepada Kiai Abbas.

"Mbah Abbas ini kita bakal di bunuh sama pesawat-pesawat tempur segitu banyaknya,"

"Tenang saja Mbah Wahab," jawab Mbah Abbas.

Beliau ambil bakiaknya lalu ditiup, jadilah pesawat tempur. Bahkan pesawat tempur itu walaupun ditembak oleh pesawat musuh tidak mempan, justru pesawat itu mampu menembak banyaknya pesawat sekutu, tercatat ada 250 pesawat sekutu yang hancur.

Penggunaan bakiak oleh Kiai Abbas juga ternyata bukan hanya dilakukan saat perang tanggal 10 November 1945, yang cukup penting salah satunya ketika akan bertanding silat. KH Amiruddin Afkari mengatakan buntet itu memiliki pencak silat sendiri dengan nama Pencak silat Buntet.

Ia pernah mendapatkan cerita dari salah satu pendekar silat asal Buntet yang juga pernah menjadi gurunya tentang kehebatan pencak silat buntet dan juga bakiak Kiai Abbas.

Menurut pendekar silat asal Buntet, Kiai Abbas selalu menjajal kemampuan murid-muridnya terkait kemampuan silat.

Kemampuan silat Kiai Abbas Tidak diragukan lagi Kiai Abbas pernah menerima tamu seorang preman suruhan Belanda yang membuat beliau ditodong dengan sebuah belati

Aaat ditodong posisi tangan kanan Kiai Abbas memegang Al-Quram karena saat itu sedang deres dan tangan kirinya dipiting oleh preman tersebut, ketika ujung belati sudah menempel tepat di leher Kiai Abbas.

Melihat kiainya sedang dalam kondisi bahaya para santri dan masyarakat Buntet langsung mengelilingi Kiai Abbas, namun beliau meminta semuanya untuk menyingkir.

Kiai Abbas tidak ada keraguan sedikitpun saat menjadi tawanan preman suruhan Belanda itu, sampai akhirnya kemampuan silat dari Kiai Abbas dikeluarkan hanya dengan sebuah gerakan dengan Alquran masih dipegang oleh tangan kanannya dan kondisi tangan kirinya dipiting Kiai Abbas bisa menjatuhkan preman tersebut.

Saat santri dan masyarakat hendak menyerbu dan menghakiminya Kiai Abbas melarang.

"Jangan dipukuli dia orang gila," ujar Kiai Abbas saat itu

Merasa nyawanya diselamatkan oleh Kiai Abbas dan takjub dengan sikap Kiai Abbas yang tidak memiliki rasa dendam sedikitpun preman tersebut akhirnya menjadi salah satu murid dan pengawal Kiai Abbas.

Menurut pendekar silat asal Bintet, Kiai Abbas sering meminta murid-muridnya untuk mengeroyok Kiai Abbas untuk menjajal kemampuan silat yang sudah dikuasai.

Tapi sebelum memulai Kiai Abbas selalu disandalnya dengan bakiak terlebih dahulu.

"Jadi sebelum bertarung Kiai Abbas meminta diambilkan bakiak miliknya," ujar pendekar silat.

Seperti yang diceritakan oleh KH Amiruddin Afkari bahwa Kiai Abbas akhirnya memperlihatkan kemampuan pencak silatnya walaupun dikeroyok oleh lima orang semua orang tersebut tersungkur tanpa ada yang bisa menempelkan tangan atau kakinya ke badan Kiai Abbas.

Menurut pendekar silat asal Buntet kaki Kiai Abbas seperti tidak menempel di tanah gerakannya sangat cepat dan pukulannya juga mematikan.

"Kalau bertarung dengan Kiai Abbas tidak ada yang pernah berhasil menyentuh badannya," katanya.

Entah misteri apa yang tersimpan dari sepasang bakiak yang cukup istimewa milik Kiai Abbas. Namun sayangnya hingga saat ini bakiak tersebut tidak diketahui keberadaannya. Waallahua'lam bisshawab.***

Editor: Muhammad Ayus

Sumber: Yotube Pustaka Lestari Chanel dan Cerita Kyai

Tags

Terkini

Terpopuler