INILAH KISAH Syekh Abdul Muhyi Pamijahan Perjalanan Spiritual di Tanah Pasundan (2)

- 10 April 2022, 04:30 WIB
GERBANG masuk ke kawasan Objek Wisata Religi Syekh Abdul Muhyi di Pamijahan Kecamatan Bantarkalong Kabupaten Tasikmalaya.*
GERBANG masuk ke kawasan Objek Wisata Religi Syekh Abdul Muhyi di Pamijahan Kecamatan Bantarkalong Kabupaten Tasikmalaya.* //Aris MF/KP

PORTAL MAJALENGKA - Syekh Abdul Muhyi Pamijahan sebagai seorang wali Allah yang berdakwah menyebarkan agama Islam di wilayah di tanah Pasundan.

Perjuangan Syekh Abdul Muhyi dalam mengembangkan agama Islam di Tasikmalaya dikenal luas masyarakat.

Perjalanan penyebaran ajaran tasawuf tempat pertama yang didatangi oleh Syekh Abdul Muhyi Pamijahan adalah yang sekarang ini dikenal dengan sebutan Darma, didaerah Kuningan.

Baca Juga: INILAH KISAH Syekh Abdul Muhyi Pamijahan Perjalanan Spiritual di Tanah Pasundan (1)

Di daerah Darma ini Syekh Abdul Muhyi Pamijahan beserta istri menetap selama 7 tahun. Ia menanam padi disana tetapi hasilnya melimpah ruah, maka Darma ini bukanlah tempat yang dimaksud.

Syekh Abdul Muhyi Pamijahan meneruskna perjlananya ke Barat, yakni sampai di sebuah desa yang bernama Pamengpeuk, Garut.

Di pamengpeuk ini warganya masih sangat kental dnegan ajaran dan nilai-nilai Hindu. Sehingga Syekh Abdul Muhyi Pamijahan dengan keras berusaha mengajarkan nilai tasawuf dna keislman kepada mereka.

Baca Juga: Kisah Pengembaraan Walangsungsang, Rara Santang dan Sunan Gunung Jati dalam Naskah Wangsakerta (1)

Banyak dinatar mereka yang ortodoks atau fanatik membenci dan berusaha mneyingkirkan Syekh Abdul Muhyi Pamijahan.

Selain dar pada kondiis yang demikian, di Pamengpeuk hasil padi yang di tanam oleh Syekh Abdul Muhyi Pamijahan masih melimpah ruah, akhirnya beliau kembali meneruskan perjlannya ke lebaksiuh, Batuwangi.

Syekh Abdul Muhyi Pamijahan menemukan banyak aliran hitam, tukang sihir, tokoh santet, dan disini Syekh Abdul Muhyi Pamijahan harus bisa meyakinkan kepada masayarakat mengenai energi egatif yang ada pada diri penyihir yang ada disana.

Baca Juga: Hasil Latihan Bebas 3 MotoGP 2022 Amerika: Fabio Quartararo Tercepat, Marc Marquez Keempat

Syekh Abdul Muhyi Pamijahan meyakinkan nilai-nilai keislamannya dengan ketasawufan, hingga kemudian banyak warga disana yang masuk islam.

Kemudian ia belum juga menemukan tempat yang dimana beliau mennam padi, maka jumlahnya akan sama dengan jumlah yang ditanamnya.

Syekh Abdul Muhyi Pamijahan meneruskan perjalanan, hingga kemudian beliau tiba di lembah Gunung Cilembu.

Baca Juga: PCNU Kabupaten Cirebon Gelar OPM selama Ramadhan 2022 di 25 Titik, Masyarakat Bisa Beli Sembako Lebih Murah

Di lembah Gunung Cilembu inilah hasil padi yang dipanen sama dengan jumlah padi yang ditanam.

Disinilah tempat yang sangat indah dan nyaman. Dengan simbol inilah maka sudah semakin dekat letak gua yang nantinya akan menjadi tempat penyebaran tasawuf Syekh Abdul Muhyi Pamijahan.

Gua itu dikenal dengan sebutan gua mujarod atau gua pamijahan. Gua itu masih dikenal dan diziarahi orang hingga saat ini.

Baca Juga: Update Hasil Semifinal Korea Open 2022, Fajar-Rian Siap Lawan Ganda Tuan Rumah di Partai Final

Perjalanan dakwah Syekh Abdul Muhyi Pamijahan kini telah menemui titik cerah, di gua pamijahan yakni di Kaki Bukit Bantarkalong, beliau memulai dakwahnya.

Keadaan gua mujarod yang tenang ini menjadikan Syekh Abdul Muhyi Pamijahan mendapat ketenangan batin, sehingga gua ini dikenal pula dengan sebutan gua mujarod.

Gua pamijahan atau gua mujarod ini merupakan pusat dakwah yang dilakukan Syekh Abdul Muhyi Pamijahan juga merupakan tempat “riyadhah spiritual”, sehingga hingga kini gua mujarod masih dikeramatkan oleh penduduk setempat.

Baca Juga: Agar Cepat Bisa Pergi Haji dan Umroh, Inilah Ijazah dari Habib Umar Muthohar yang Harus Diamalkan

Syekh Abdul Muhyi Pamijahan meneruskan jejka gurunya menyebarkan tarekat syatariyah dipulau Jawa yakni Syekh Abdurrauf Singkil.

Jalan spiritual tarekat ini menurut Syekh Abdul Muhyi Pamijahan merupakan suatu ketetapan dzikir ruhani, yang mengungkapkan keyakinan dalam hati, dimana pusat dari dzikir ini terletak dalam kalimat tayyibah “lailahailalla”.

Esensi dari kalimat tayyibah ini apabila kita benar-benar dalam memahaminya, maka menurut Syekh Abdul Muhyi Pamijahan hal ini bisa menjadi landasan, fondasi, dan akar yang kokoh untuk kebaikan hidup seseorang.

Baca Juga: Ciri Malam Lailatul Qadar Muncul Tanda Seperti ini, Begini Penjelasan Ustad Adi Hidayat

Tarekat Syatariyyah memperbolehkan dzikir dengan sirr maupun secara jahr. Artinya dapat mengeluarkan bunyi dengan keras atau jahr atau cukup dengan didalam hati / sirr. Cara ini ditujukan agar orang yang melakukan dzikir khusus dalam menghayati makna dzikirnya tersebut.***

Editor: Andra Adyatama

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah