CARA DAKWAH WALI: Peran Sunan Gunung Jati Dalam Islamisasi di Tatar Sunda wilayah Prabu Siliwangi

6 Juli 2022, 11:00 WIB
Sunan Gunung Jati. /YouTube Penerus Para Wali

PORTAL MAJALENGKA - Beragam cara dilakukan Sunan Gunung Djati dalam penyebaran Islam di Tatar Sunda. Yang menarik adalah di antara ragam cara tersebut ia juga menjadikan sastra suluk pesisiran sebagai pintu masuk.

SUNAN Gunung Jati mengajarkan suluk pesisiran melalui sejumlah arsitektur bangunan yang ia dirikan, salah satu di antaranya adalah arsitektur Masjid Agung Sang Cipta Rasa.

Hasilnya ialah sampai hari ini masih dapat disaksikan keindahan suluk pesisiran pada pintu gerbang utama, atap, kolom/tiang (saka), dinding dan pintu, ruang utama, dan serambi masjid itu.

Baca Juga: Timnas Indonesia U-19 vs Thailand U-19 Piala AFF U-19: Link Live Streaming, Susunan Pemain, dan Prediksi Skor

Secara ringkas, pesan suluk pesisiran yang ingin disampaikan adalah seorang salik (pelaku suluk) yang akan memasuki baitullah (rumah Tuhan) dianjurkan berpakaian rapi dan indah dengan tetap mengingat empat perkara agar tidak tersesat selamanya.

Kukuhkan kalimat tauhid (la ilaha ilallah, „tiada Tuhan selain Allah‟) dengan tetap melaksanakan salat fardu dan sunah.

Seorang salik harus selalu berpegang kepada ‘aqaid (pokok keimanan) dengan memelihara kesucian secara kukuh dan kuat, tidak mudah digoyahkan oleh segala cobaan yang menimpa. Itulah hayyun bila ruhin (hidup tanpa ruh) yang diajarkan Wali Sanga.

Baca Juga: Gus Dur Kecil Suka Nonton Wayang sampai Subuh, Mbah Hasyim Asy'ari Tak Marah, Malah Lakukan Ini

Adapun makna bangunan Masjid Agung Sang Cipta Rasa didalamnya terdapat serambi/teras, dimana masjid lama di Indonesia kerap dilengkapi bangunan tambahan yang dinamai serambi.

Letaknya terkadang berada di bagian depan meskipun umumnya berada pada kedua sisi bangunan Masjid.

Dari sisi fungsi, serambi dapat digunakan sebagai tempat salat, mengaji anak-anak, menampung jamaah yang semakin ramai, serta peringatan hari besar Islam.

Masih dari sisi fungsi, pada masa lampau serambi tidak jarang digunakan sebagai tempat pengadilan agama.

Baca Juga: Apa Itu Kurikulum Merdeka Belajar? Berikut Ini Penjelasannya

Terdapat dua serambi pada Masjid Agung Sang Cipta Rasa yang mudah dikenali, yaitu serambi Prabayaksa dan Pamandangan. Kedua serambi tambahan ini dibangun pada masa pemerintahan Panembahan Ratu I.

Prabayaksa bIstilah prabayaksa berasal dari kata praba „sinar‟, dan yaksa „raksasa‟. Melalui gabungan dua kata itu, prabayaksa berarti sinar yang sangat besar, yaitu sang hyang surya (matahari), sumber kehidupan segenap makhluk di dunia.

Terdapat dugaan, sebutan prabayaksa pada serambi yang dibangun Panembahan Ratu I Cirebon mempunyai cita-cita ke arah itu. Letak serambi prabayaksa Masjid Agung Sang Cipta Rasa berada pada sisi selatan bangunan inti.

Baca Juga: Karomah Wali, Tengah Malam Mbah Moen Gedor Kamar Habib Zaky: Kamu Masih Tidak Ngaku?

Denahnya berbentuk persegi panjang dengan ukuran 29,00 x 6,40 m di atas fondasi padat. Alasnya terbuat dari ubin berwarna merah, disusun secara diagonal.

Pemandangan yang disematkan pada serambi bagian Timur Masjid Agung Sang Cipta Rasa diduga dikaitkan dengan keindahan alam yang dapat dipersepsikan melalui pancaindra mata.

Letak serambi ini tepat di depan pintu utama sisi Timur bangunan inti masjid. Luas serambi pemandangan adalah 33,00 x 6,50 m. Alasnya sama dengan serambi prabayaksa, terbuat dari ubin berwarna merah yang disusun diagonal.

Baca Juga: Hanya Karena Memungut Barang Ini, Santri Wali Allah Mbah Kholil Bangkalan Jadi Kiai Besar

Pawestren/Pewadonan Seperti pada sejumlah bangunan masjid lainnya, di Masjid Agung Sang Cipta Rasa juga terdapat pemisahan antara ruang laki-laki dan perempuan. Ruangan seperti tersebut kemudian dikenal nama pawestren atau dalam bahasa lokal Cirebon pewadonan.

Ruang pawestren pada Masjid Agung Sang Cipta Rasa berada di sisi selatan serambi Panembahan Ratu I, dibangun oleh Sultan Sepuh XI Raja Jamaludin Aluda Tajularifin.

Elemen Bangunan Lainnya Masjid Agung Sang Cipta Rasa juga dilengkapi elemen pelengkap sebagaimana ditemukan pada masjid-masjid tua lainnya.

Baca Juga: Nabi Muhammad Terluka Gigi Geraham Patah dan Kening Bercucuran Darah, Kisah Nabi dan Para Wali

Kelengkapan elemen bangunan masjid yang dimaksud adalah mimbar, maksurah/krapyak (depan dan belakang), sumur cis, beduk Sang Guru Mangir, dan istiwa atau bencet.

Hingga saat ini kondisi Masjid Agung Sang Cipta Rasa masih terawat dan menjadi bukti perabadan Islam di Nusantara yang ada diwilayah Jawa Barat atau Tatar Sunda kekuasaan Prabu Siliwangi.***

Editor: Andra Adyatama

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler