Refleksi Hari Santri: Mengenang Perjuangan Kakek Gus Dur KH Hasyim Asy'ari dari Siksaan Jepang

- 20 Oktober 2022, 19:17 WIB
Perjuangan KH Hasyim Asy'ari atau Kakek Gus Dur demi bangsa Indonesia yang rela disiksa Jepang
Perjuangan KH Hasyim Asy'ari atau Kakek Gus Dur demi bangsa Indonesia yang rela disiksa Jepang /

PORTAL MAJALENGKA - Peringatan Hari Santri 2022 tak lepas dari salah satu peran kakek Gus Dur, yakni KH Hasyim Asy'ari.

Pemerintah Indonesia menetapkan Hari Santri sejak tahun 2015 yang lalu sebagai bentuk penghargaan perjuangan kaum santri dalam membela tanah air termasuk kakek Gus Dur, KH Hasyim Asy'ari.

Jasa kakek Gus Dur atau KH Hasyim Asy'ari bagi bangsa Indonesia begitu besar. Salah satunya mencetuskan Resolusi Jihad yang berujung pertempuran 10 November di Surabaya.

Baca Juga: MBAH HASYIM ASY'ARI Kakek Gus Dur Bersama Ulama Dunia Berikrar di Depan Multazam

Saat itu, kakek Gus Dur dengan penuh keberanian menyerukan Resolusi Jihad untuk melawan kembalinya penjajah Belanda menguasai Indonesia.

Namun sebelum itu, KH Hasyim Asy'ari juga mendapatkan penyiksaan yang perih dari penjajah Jepang.

Ucapan istighfar terdengar lirih saat palu besi dihantamkan tentara Jepang ke telapak tangan KH Hasyim Asy'ari.

Pukulan palu itu membuat tangan kiri pendiri kakek Gus Dur itu remuk. Kekejian tentara Jepang terhadap KH Hasyim Asy'ari tersebut juga nampak terlihat dalam sebuah foto hitam putih.

Baca Juga: Karomah Sakti Gus Dur Cium Wangi ketika Lewati Makam Wali Allah

Dikutip Portal Majalengka dari Youtube KKW, dalam foto itu terlihat KH Hasyim Asy'ari bertemu petinggi militer Jepang di Jakarta setelah sebelumnya beliau ditangkap di Jombang.

Posisi tangan kakek Gus Dur itu nampak berada di pangkuan serta ekspresinya nampak seperti menahan rasa sakit.

Adapun alasan KH Hasyim Asy'ari ditangkap oleh Jepang itu karena dianggap hendak memberontak. Tak main-main, pada tahun 1942 KH Hasyim Asy'ari bersama sejumlah santrinya ditangkap di Jombang lalu dipindahkan ke Mojokerto dan akhirnya ditahan di Jakarta.

Baca Juga: FIX, Stadion Kanjuruhan Malang Diruntuhkan oleh Presiden Jokowi, Berikut Pernyataan Menpora Zainudin Amali

Usut punya usut, ternyata KH Hasyim Asy'ari ditangkap tentara Jepang hanya karena menolak Seikerei atau kegiatan yang harus dilakukan setiap pagi pukul 07.00 berupa gerakan membungkuk menghormat kepada kaisar Jepang di Tokyo dan ketaatan pada dewa matahari atau Amaterasu Omikami.

Menurut kakek Gus Dur itu, hanya Allah yang patut disembah, bukan manusia atau matahari. Keyakinan KH Hasyim Asy'ari untuk menolak Seikerei dan menghormati Kaisar Jepang tersebut membuat dirinya dikirimkan ke tahanan.

Selama ditahanan, KH Hasyim Asy'ari mengalami banyak penyiksaan fisik, namun hal itu tidak menyurutkannya untuk tetap mempelajari Alquran.

Baca Juga: VALID! Kontrak Habis, Saddil Ramdani Terima Pinangan Tim Liga Austria?

Selama berada di penjara, KH Hasyim Asy'ari tetap melantunkan ayat-ayat suci Alquran serta mengulang hafalan hadis-hadis dalam kitab Al Bukhari.

Putra KH Hasyim Asy'ari, KH Wahid Hasyim atau ayah Gus Dur sempat mengungkapkan bahwa kondisi ayahnya sangat baik selama berada di penjara Jepang, karena masih dapat kembali menghatamkan Alquran dan kitab hadis Al Bukhari berkali-kali.

Dipenjaranya KH Hasyim Asy'ari oleh Jepang itu memantik perlawanan dari ribuan santri. Mereka ramai-ramai menggerudug penjara Jepang di Jombang, sehingga Jepang terpaksa harus memindahkan kakek Gus Dur itu ke Mojokerto.

Baca Juga: Kompak Sumbang Assist, Egy dan Witan Sukses Antar Timnya Lolos 16 Besar Piala Slovakia

Usai menjalani penahanan selama 4 bulan, tepatnya pada tanggal 18 Agustus 1942, KH Hasyim Asy'ari dibebaskan karena banyaknya protes dari kalangan Kyai dan santri.

Bukan hanya itu, para tentara Jepang yang menangkapnya juga meminta maaf kepada KH Hasyim Asy'ari. Jepang menyadari pentingnya keberadaan kakek Gus Dur itu dan akhirnya Jepang mencoba membuka kran diplomasi dan melakukan politik konpensasi untuk menarik perhatian rakyat Indonesia.

Bukan hanya dibebaskan dari penjara, KH Hasyim Asy'ari diangkat sebagai Sumubucho atau kepala jawatan agama yang dulunya dijabat oleh seorang Jepang Kolonel Horie.

Baca Juga: Keramat Wali Mbah Kholil Bangkalan Bikin Takjub Ulama Mekah, Datangkan Rajungan dan Kepiting dengan Sekejap

KH Hasyim Asy'ari menerima tawaran Jepang karena dinilainya lebih bijaksana daripada menolaknya. Aalasan sederhananya, jika menolak, ia bisa dianggap oleh Jepang sebagai sikap yang tidak mau kerjasama.

Meski demikian, jabatan tersebut diserahkan kepada KH Wahid Hasyim atau ayah Gus Dur karena kondisi KH Hasyim Asy'ari yang tidak memungkinkan mondar-mandir Tebuireng ke Jakarta memangku pesantren.

Bukan hanya di masa penjajahan Jepang, tetapi aksi teror dan mencari-cari kesalahan juga dirasakan KH Hasyim Asy'ari sejak masa pendudukan Belanda.

Baca Juga: PASCA TRAGEDI BERDARAH, Presiden Jokowi akan Runtuhkan Stadion Kanjuruhan, Malang

Pihak Belanda saat itu pernah dengan sengaja mengirim seorang pencuri untuk membuat keonaran di Tebuireng. Pencuri tersebut tertangkap dan dihajar oleh para santri hingga tewas.

Tewasnya pencuri tersebut dimanfaatkan Belanda untuk menangkap KH Hasyim Asy'ari dengan tuduhan pembunuhan

KH Hasyim Asy'ari memahami dengan baik hukum-hukum Belanda sehingga terlepas dari jeratan hukum. Tak hanya sampai di situ saja, Belanda mengirimkan beberapa Kompi pasukan untuk menghancurkan Pesantren kekak Gus Dur itu.

Baca Juga: Pesan Dahsyat Mbah Kholil Bangkalan Dijadikan Pegangan Hidup Kyai Munawwir Krapyak

Akibat serangan brutal tersebut, bangunan pesantren yang baru berusia sekitar 10 tahun itu porak-poranda. Kitab-kitab dihancurkan dan dibakar oleh Belanda.

Pesantren menjadi salah satu basis rakyat Indonesia dalam melakukan perlawanan yang sangat kuat terhadap para penjajah sejak zaman Belanda hingga Jepang .

Para Kyai dan pesantrennya sering menjadi sasaran tuduhan serta penangkapan pada masa perang dunia kedua dan Jepang kalah dari Sekutu .***

Editor: Sofhal Adnan

Sumber: YouTube KKW


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x