Setelah selesai membada hutan Kebon Pesisir Pangeran Walangsunsang diperintahkan untuk pergi haji menuanaikan rukun ke lima dalam Islam.
Sepulangnya dari Makkah syekh Datuk Kahfi memberinya nama Ki Samadullah sebagai tanda bahwa Pangeran Walangsungsang telah menuntaskan kewajibannya sebagai muslim.
Baca Juga: KISAH LANGKA, Gus Dur Mengerjai Kiai Gontor Sampai Terkaget saat Kuliah di Mesir
Namun hanay saja nama Ki Samadullah nampaknya tidak sepopuler dengan nama Pangeran Walangsungsang dikalangan masyarakat atau bahkan sejarahwan.
Sekembalinya Ki Somadullah dari Makkah ia dinikahkan denga NYI Endang Geulis anak pejabat dari kerajaan ayahnya yakni Ki Danusela yang bertugas sebagai Syah Bandar di pelabuhan Muara Jati.
Bukan hanya sebagai Syah Bandar, Ki Danusela juga diangkat sebagai Kuwu dengan gelar Ki Gede Alang-Alang di padukahan yang telah Ki Samadullah bangun beserta gurunya Syekh Datul Kahfi atas perintah Prabu Siliwangi.
Sayangnya tidak lama kemudian Ki Ged Alang-Alang m ninggal dunia, sebagai anak menantu Ki Samadullah ditunjuk sebagai Kuwu, namun dalam Buku Kerajaan Cirebon ditulis oleh Didin Nurul Rosyidin pemilihan Ki Samadullah sebagai Kuwu dilakukan secara demokrtais dengan cara Uwi-Uwian.
Singkat cerita Ki Samadullah diangkatlah sebagai Kuwu baru di Caruban Larang. Mengetahui Kuwu baru itu adalah anaknya Prabu Siliwangi memerintahkan Ki Samadullah untuk membuat Keraton sebagai tempat tinggal dan urusan kewilayahannya.
Disamping Prabu Siliwangi juga langsung mengutus Jagabaya selaku hulu balang keraton Pajajaran untuk memberikan tanda keprabon kepada Ki Samadullah.
Beserta rombongan Jagabaya menemui Ki Samadullah di Caruban Larang dan memberikanya tanda keprabon berupa kotak dan sebilah keris sebagai tanda dilantiknya Ki Samadullah sebagai raja di Caruban Larang dan diberi Gelar Sri Mangana.