Hal ini justru membuat begal curiga. “Baru kali ini aku menemui korban yang pasrah,” batin begal. “Hai anak muda kalian sebenarnya mau kemana?” tanya Begal.
“Kami bertiga mau ke Bangkalan-Madura,” jawab Saleh. “Ada urusan apa kalian bertiga jauh-jauh kesana sampai membawa bekal banyak sekali,” tanya Begal.
“Kami mau berguru kepada seorang Kyai,” sahut salah satu kawan Saleh. “Ya kami mau berguru ke Syaikhona Kholil Bangkalan,” timpal kawan satunya.
“Siapa? Syaikhona Kholil?” begal memastikan telinganya tidak salah dengar.
“Iyaa Syaikhona Kholil Bangkalan Madura,” jawab mereka bertiga kompak.
Baca Juga: Debat Ilmu Tingkat Tinggi Sunan Gunung Jati dan Syekh Siti Jenar, Siapa yang Menang?
Rupanya mulai muncul keberanian dari ketiganya, begal tercenung, petang berganti malam dan sang begal justru tertunduk diam sepanjang malam itu tapi tidak dengan jantungnya yang terus berdegup kencang.
Keesokan hari sebelum fajar terbit, tidak diduga sang begal menyerahkan seluruh bekal rampasan dikembalikan kepada Saleh dan teman-temannya ia berkata
“Dulu aku punya guru ampuh, dia pernah tanding dengan Syaikhona Kholil dan kalah. Sejak itu guruku bersumpah tidak akan mengganggu Syaikhona Kholil dan seluruh santrinya,” ujar begal sambil terbata-bata.
“Sekarang ini bawalah semua dan biarlah aku kawal kalian bertiga hingga menyeberang ke Madura,” lanjutnya.