Kehebatan Pelaut Nusantara Kuasai Madagaskar dan Pengaruh Islam sebelum Masa Walisongo juga Sunan Gunung Jati

- 28 Mei 2022, 08:56 WIB
Kehebatan Pelaut Nusantara Kuasai Madagaskar dan Pengaruh Islam sebelum Masa Walisongo juga Sunan Gunung Jati
Kehebatan Pelaut Nusantara Kuasai Madagaskar dan Pengaruh Islam sebelum Masa Walisongo juga Sunan Gunung Jati /Tangkapan layar YouTube Bung Fei

PORTAL MAJALENGKA - Sebelum masa Sunan Gunung Jati dan Walisongo ada di tanah Jawa, pengaruh Islam sudah muncul di Nusantara.

Pengaruh Islam di tanah Jawa tidak terlepas dari peran Sunan Gunung Jati dan Walisongo yang ada pada abad ke-15 Masehi.

Namun dalam catatan sejarah sebelum adanya Sunan Gunung Jati dan Walisongo sudah terlebih dahulu masuk pengaruh Islam ke Nusantara. Diketahui melalui pedagang Gujarat asal India dan Persia juga Arab.

Baca Juga: Inilah Syarat yang Diajukan Dewi Rara Santang Mau Dinikahi Raja Mesir, Orang Tua Walisongo Sunan Gunung Jati

Hal itu seperti tercatat dalam buku sejarah Atlas Walisongo karya Agus Sunyoto, tentang pengaruh Arab terhadap perkembangan Islam.

Selain India dan Persia, pengaruh Islam dari Arab juga masuk ke Nusantara, terutama melalui jalur perdagangan.

Sebab, sejak masa pra Islam pelaut-pelaut Nusantara sudah berlayar ke Arab dan sebaliknya.

Baca Juga: Kisah Islamnya Prabu Siliwangi di Tangan Sunan Gunung Jati Membuat Penghuni Istana Pajajaran Geram

Perdagangan cengkeh Nusantara pada tahun 70 Masehi sudah sampai ke Roma lewat Iskandariah. Meskipun baru pada abad ke-9 ahli ilmu bumi Arab bernama Abu al-Faida menyebut kepulauan Nusantara.

Sementara Dinasti Tang, mencatat adanya orang-orang Arab yang menetap di pantai barat Sumatera, dan para saudagar Arab yang tinggal di negeri Kalingga di Jawa.

Invasi ini terjadi dari orang-orang Nusantara ke Madagaskar yang terletak di pantai timur Afrika pada pertengahan abad ke-10 Masehi.

Baca Juga: Ini yang Bakal Terjadi jika Aleix Espargaro Juara di MotoGP Italia 2022

Hal ini menunjukkan bahwa kapal-kapal asal Nusantara pada pertengahan abad ke-10 Masehi sudah mencapai Madagaskar. Mereka melakukan invasi ke pulau terbesar di timur Benua Afrika itu.

Dalam invasi tersebut, penduduk Nusantara dalam jumlah besar tinggal di Madagaskar dan berkembang biak dalam waktu lama dan jadi penduduk setempat.

Karena itu, bahasa Malagasi yang digunakan penduduk Madagaskar dikategorikan sebagai cabang paling barat dari rumpun bahasa Melayu Polinesia.

Baca Juga: KABAR BAIK Datang Ciro Alves Penyerang Anyar Persib Bandung, Tandem David da Silva

Kemampuan pelaut-pelaut Nusantara dalam mengarungi samudera, sedikitnya dicatat oleh pedagang Arab bernama Ibnu Lakis.

Menurut terjemahan J. Sauvaget dalam Merveilles de l’Indie pada tahun 334 H/945-946 Masehi, Ibnu Lakis menukiskan kemampuan pelaut-pelaut Nusantara.

"Telah datang (kira-kira seribu perahu) yang dinaiki orang Waqwaq di daerah 'sofala-nya kaum Zanggi' di pantai Mozambique".

Baca Juga: Pesona Kecantikan dan Kesaktian Putri Kandita, Putri Prabu Siliwangi yang Dibenci Selir

Orang-orang Waqwaq yang kepulauannya terletak berhadapan dengan Negeri China menjelaskan bahwa mereka datang dari jarak satu tahun pelayaran.

Mereka mendatangi pantai-pantai Afrika untuk mencari bahan yang cocok untuk negeri mereka dan untuk China.

Adapun barang-barang yang mereka cari yaitu seperti gading, kulit kura-kura, kulit macan tutul, ambar, dan terutama budak Zanggi, karena orang Zanggi kuat fisiknya dan kuat menjadi budak.

Baca Juga: Menilik Perjalanan Liverpool ke Final Liga Champions 2022: Babak Semifinal Sempat Kesulitan

Menurut Denys Lombard, petikan catatan Ibnu Lakis ini amat menarik karena bertanggal paling tua yang terdapat dalam sumber-sumber Arab mengenai perdagangan Indonesia di Afrika.

Sementara itu, pada abad ke-8 Masehi saudagar-saudagar muslim Arab dan Persia telah menguasai perniagaan di Laut India.

Dan banyak dari para saudagar muslim asal Arab yang tinggal dan menetap di Malabar, pantai barat India.

Baca Juga: PETIR MENGGELEGAR Iringi Sabda Prabu Siliwangi Saat Dewi Rara Santang Lahir: Dia Ibu Raja-raja Besar Nusantara

Saudagar-saudagar muslim Arab pada abad ke-8 banyak yang tinggal di Karang/Phan-rang di Champa Selatan. Sehingga pelabuhan itu disebut dengan nama “Kadrang pelaut-pelaut Arab”.

Pada saat kota dagang Canton yang dihuni para saudagar muslim Arab, Persia, India dihancurkan tentara pemberontak Huang Chao tahun 879 M, dengan korban tewas tidak kurang dari 200.000 orang, mengubah situasi.

Saudagar-saudagar Arab yang selamat melarikan diri ke selatan dan tinggal di sepanjang pesisir Laut Cina Selatan.

Baca Juga: Pesona Kecantikan Gadis Baduy bagai Artis, Pewaris Ajaran Sunda Wiwitan yang Dianut Prabu Siliwangi

Pedagang-pedagang Arab sudah lama terdapat di Nusantara. Tetapi jumlahnya tetap sedikit. Sekalipun di antara mereka ada yang mempunyai pengaruh politik yang besar atas kehidupan pribumi.***

Editor: Husain Ali

Sumber: Atlas Walisongo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah