Tradisi Nyadran, Budaya Masyarakat Jawa Menyambut Bulan Suci Ramadhan

- 29 Maret 2022, 07:56 WIB
Masyarakat suatu desa di Jawa melaksanakan doa bersama di makam dalam tradisi Nyadran atau Ruwahan.
Masyarakat suatu desa di Jawa melaksanakan doa bersama di makam dalam tradisi Nyadran atau Ruwahan. /afi.iainsurakarta.ac.id/


PORTAL MAJALENGKA - Melansir dari laman resmi kementrian PAN RB, Nyadran atau Sadranan berasal dari kata "sraddha" yang artinya keyakinan.

Kata ini berasal dari akulturasi budaya Jawa dan Islam yang berasal dari Timur Tengah. Merupakan sebuah tradisi yang dijalankan masyarakat jawa dalam menyambut momentum bulan Ramadhan.

Tradisi ini lahir dari budaya masyarakat Jawa itu sendiri yang bertempat di daerah Jawa Tengah. Khususnya bagian wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Jawa Timur.

Baca Juga: Masa Remaja Sunan Gunung Jati, Nyimas Rara Santang Cegah Putranya Untuk Mengembara

Akan tetapi, komunitas masyarakat Jawa yang tinggal diluar Jawa pun juga ikut rutin dalam melaksanakan tradisi nyadran ini. Salah satunya komunitas masyarakat Jawa yang tinggal di wilayag Desa Triharjo Kabupaten Lampung Selatan.

Tradisi nyadran atau dalam sebutan laimnya yaitu sedekah bumi. Sebetulnya tidak hanya dilaksanakan menjelang bulan Ramadhan saja.

Dalam waktu yang lain, masyarakat Jawa melaksanakan tradisi ini untuk menyambut musim panen sebagai bentuk rasa syukur terhadap hasil bumi yang diperoleh.

Baca Juga: Will Smith 'Menampar' Panggung Oscar 2022, Berikut Profil Singkatnya

Dalam pelaksanaan tradisi nyadran disetiap daerah akan berbeda-beda, akan-akan tetapi pada pada umumnta tradisi ini mencangkup kegiatan berupa bersih-bersih makam desa, ziarah, sedekah bumi, perayaan atau selamatan dan jufa makan bersama.

Istilah nyadran pun berbeda-beda disetiap wilayahnya. Dibagian wilayah kabupaten Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, tradisi ini dikenal dengan istilah "kenduri masal".

Halaman:

Editor: Andra Adyatama

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x