Inilah Cara Dakwah Sunan Gunung Jati untuk Memperluas Pengaruh Islam di wilayah Cirebon dan Sekitarnya

- 12 Maret 2022, 23:19 WIB
Inilah Cara Dakwah Sunan Gunung Jati untuk Memperluas Pengaruh Islam di wilayah Cirebon dan Sekitarnya
Inilah Cara Dakwah Sunan Gunung Jati untuk Memperluas Pengaruh Islam di wilayah Cirebon dan Sekitarnya /

PORTAL MAJALENGKA - Salah satu strategi dakwah yang dilakukan Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah dalam menyebarkan agama Islam adalah melalui lembaga pernikahan.

Tujuan dari Sunan Gunung Jati melakukan itu adalah untuk memperkuat kedudukan, sekaligus memperluas hubungan dengan tokoh-tokoh berpengaruh di Cirebon.

Dalam Serat Purwaka Caruban Nagari, Babad Tjerbon, Nagarakretabhumi, Sadjarah Banten, dan Babad Tanah Sunda yang berhasil dikaji oleh Agus Sunyoto dalam bukunya Atlas Walisongo tercatat, Syarif Hidayatullah tidak kurang dari enam orang perempuan sebagai istri.

Baca Juga: Kisah Sunan Gunung Jati Taklukan Raden Arya Wiralodra dan Pangeran Arya Paningsingan Masuk Islam

Syarif Hidayatullah menikah untuk kali pertama dengan Nyai Babadan putri Ki Gedeng Babadan, yang membuat pengaruhnya meluas dari Gunung Sembung hingga wilayah Babadan.

Namun, sebelum dikaruniai putra, Nyai Babadan dikisahkan meninggal dunia.

Kemudian, Pada bagian naskah yang diberi subjudul Jeng Maulana Insan Kamil Sinareng
Ki Kuwu Cirebon Tumindhak ing Banten, yang dilansir dari buku yang sama, berkisah Syarif Hidayatullah bersama Sri Mangana, dari Keraton Pakuwan Pajajaran melanjutkan perjalanan ke barat menuju Banten.

Baca Juga: Kedatangan Sunan Gunung Jati ke Cirebon Menjadi Pemimpin dan Ulama Sudah Diramalkan, Bagian II

Di Banten, mereka berhasil mengislamkan Ki Gedeng Kawunganten beserta rakyatnya, dan Syarif Hidayat menikahi putri Ki Gedeng Kawunganten.

Setelah sebulan tinggal di Banten, Syarif Hidayat beserta isterinya, Nyai Kawunganten dan Sri Mangana kembali ke Cirebon.

Lalu Syarif Hidayatullah tinggal di pesantrennya, di Gunung Sembung. Syarif Hidayat menjadi imam sekaligus guru mengaji. Siang dan malam memberikan pelajaran dan nasihat kepada murid-muridnya.

Baca Juga: Kedatangan Sunan Gunung Jati ke Cirebon Menjadi Pemimpin dan Ulama Sudah Diramalkan, Bagian I

Dari pernikahannya dengan Nyai Kawunganten, lahir dua orang keturunan, yaitu Ratu Winaon yang menikah dengan Pangeran Atas-Angin atau Pangeran Raja Laut.

Putra kedua adalah Pangeran Sabakingkin, yang kelak menjadi Sultan Banten bergelar Sultan Hasanuddin.

Syarif Hidayatullah juga menikahi pula seorang perempuan Cina bernama Ong Tien, yang menurut legenda adalah putri Kaisar Cina dari Dinasti Ming yang bernama Hong Gie.

Karena putri kaisar, maka Ong Tien digelari Nyi Mas Rara Sumanding atau ada yang menyebut Putri Petis karena menurut cerita ia dianggap suka dengan petis.

Hasil pernikahan dengan putri Ong Tien, Syarif Hidayatullah dikaruniai seorang putra, tetapi meninggal sewaktu bayi.

Tidak lama setelah kematian bayinya, putri Ong Tien meninggal dunia.

Lalu, Syarif Hidayat menikahi Nyai Syarifah Baghdadi, adik Maulana Abdurrahman, yang dikenal sebagai Pangeran Panjunan.

Dari pernikahan itu lahir dua orang putra, yaitu Pangeran Jayakelana yang menikah dengan Nyai Ratu Pembayun putri Raden Patah Sultan Demak dan Pangeran Bratakelana Gung-Anom yang menikah dengan Nyai Ratu Nyawa putri Raden Patah juga.

Istri Syarif Hidayatullah yang lain adalah Nyai Tepasari, putri Ki Gedeng Tepasan (Adipati Tepasana), seorang pejabat Majapahit yang berkuasa di Tepasana, Lumajang.

Dari pernikahan ini, lahir dua orang putra dan putri, yaitu Nyai Ratu Ayu yang menikah dengan Pangeran Sabrang Lor putra Raden Patah dan Pangeran Muhammad Arifin yang bergelar Pangeran Pasarean.

Sementara dari pernikahan Syarif Hidayat dengan Nyi Mas Rarakerta putri Ki Gedeng Jatimerta, lahir seorang putra yang dinamai Bung Cikal.

Demikian, kisah dakwah yang dilakukan Sunan Gunung Jati dengan strategi menguatkan lembaga pernikahan dengan tujuan untuk memperkuat kedudukan.

Sekaligus memperluas hubungan dengan tokoh-tokoh berpengaruh di Cirebon dan sekitarnya. ***

Editor: Muhammad Ayus

Sumber: Buku Atlas Walisongo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah