Nama dan Julukan Prabu Siliwangi, Kakek Sunan Gunung Jati

4 April 2023, 11:05 WIB
Lukisan Prabu Siliwangi. Nama dan Julukan Prabu Siliwangi, Kakek Sunan Gunung Jati /YouTube

PORTAL MAJALENGKA - Siapa nama sesungguhnya Prabu Siliwangi, kakek Sunan Gunung Jati, mulai nama kecil, dewasa sampai menjadi raja?

Menurut Budayawan Ciamis Pandu Radea, nama Siliwangi merupakan gelar atau sebutan masyarakat Sunda kepada Sri Baduga Maharaja.

Sebutan Sri Baduga Maharaja diberikan ketika beliau sudah menjadi raja Pajajaran. Nama asli Sri Baduga Maharaja sendiri adalah Jayadewata.

Baca Juga: Sunan Gunung Jati Berguru Tarekat Syadziliyah kepada Syaikh Athaillah

"Ada banyak nama untuk Sri Baduga Maharaja yang dikenal masyarakat Prabu Siliwangi," kata Pandu Radea dikutip dari Desk Jabar.

Prabu Siliwangi merupakan anak dari Prabu Dewa Niskala, putra Prabu Niskala Wastu Kancana dari permaisuri Mayangsari.

Saat kecil Prabu Siliwangi memiliki nama Jayadewata yang merupakan putra mahkota Kerajaan Galuh Kawali.

Baca Juga: 7 Sumur Keramat Sunan Gunung Jati, Sumur Jati Mulya Kesadaran Makhluk Jasad

Namun ketika remaja atau bujangan Prabu Siliwangi dikenal atau memiliki nama Pamanah Rasa.

Saat itu, Prabu Siliwangi masih melakukan pencarian jati diri.

"Nama Prabu Siliwangi saat sedang berkelana atau saat bujangan bernama Pamanah Rasa," kata Pandu Radea.

Baca Juga: Jadwal Imsakiyah Wilayah Cirebon Hari Ke-13 Ramadhan 4 April 2023, Pentingnya Konsisten Jaga Tarawih

Prabu Siliwangi sendiri memiliki beberapa nama baik saat kecil, saat remaja dan saat diangkat atau dinobatkan jadi Raja.

Prabu Siliwangi sendiri satu satunya Raja Sunda yang diangkat atau dinobatkan dua kali menjadi raja.

Sebagai pewaris tahta kerajaan Sunda Kawali, Jayadewata menikah dengan pewaris kerajaan Sunda Galuh yang berkedudukan di Pakuan.

Sepeninggal Prabu Niskala Wastukancana, Kerajaan Galuh pecah menjadi dua yakni Galuh Kawali dan Galuh Pakuan.

Kedua kerajaan Sunda tersebut dipimpin oleh dua anak Prabu Niskala Wastukancana yakni Prabu Susuktunggal Raja Galuh Pakuan atau Pakuan dan Prabu Dewa Niskala Raja Galuh Kawali.

Niskala Wastukancana memiliki dua istri atau permaisuri, yakni Mayangsari, putri dari Prabu Bunisora paman dari Niskala Wastukancana

Bunisora Suradipati, merupakan Raja Galuh yang menggantikan Prabu Lingggabuana ayah Prabu Niskala Wastukancana.

Sejak kecil Niskala Wastukancana tinggal atau diasuh oleh pamannya Bunisora Suradipati yang juga sebagai mertua.

Dari pernikahannya dengan Mayangsari tersebut, Niskala Wastukancana memiliki anak bernama Dewa Niskala.

Isteri atau permaisuri Prabu Niskala Wastukancana yang kedua bernama Ratna Sarkati putri Resi Susuk Lampung.

Dari pernikahan Prabu Niskala Wastukancana dengan Ratna Sarkati tersebut memiliki putra bernama Susuktunggal

Prabu Niskala Wastukancana memerintah Galuh selama 104 tahun atau satu abad lebih sejak tahun 1371 sampai 1475.

Dan ketika Prabu Niskala Wastukancana meninggal pada tahun 1475, kerajaan Galuh menjadi dua yakni Galuh Kawali dan Galuh Pakuan atau juga kerajaan Sunda.

Galuh Kawali dipimipin oleh Prabu Dewa Niskala. Sedangkan Galuh Pakuan dipimipin oleh Prabu Susuktunggal.

Kedua Raja Sunda tersebut memimpin kerajaan selama 7 tahun dari tahun 1475 sampai tahu 1482

Prabu Dewa Niskala memiliki putra bernama Jayadewata atau Raden Pamanahrasa.

Sedangkan Prabu Susuktunggal memiliki putri bernama Kentring Manik.

Dan ketika putra mahkota Kerajaan Galuh Kawali Jayadewata dan putri mahkota Galuh Pakuan Kentring Manik dewasa akhirnya menjadi suami istri.

Saat sudah menikah itulah Jayadewata dinobatkan menjadi Raja Galuh Kawali dan memiliki nama Prabu Guru Dewata Prana.

Karena menikah dengan putri Mahkota Galuh Pakuan maka Jayadewata juga dinobatkan menjadi Raja Galuh Pakuan dan memiliki nama baru Sri Baduga Maharaja Ratu Haji di Pakuan Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata.

Ketika Sri Baduga Maharaja ini menjadi Raja di dua kerajaan, maka Galuh yang sebelumnya menjadi dua akhirnya disatukan kembali.

Hanya saja Nama kerajaan yang dipilih tidak menggunakan nama Galuh lagi tetapi di rubah menjadi Pajajaran.

Dan pusat pemerintahan Galuh Kawali dipindahkan oleh Prabu Siliwangi ke Pakuan Bogor.

Iring iringan rombongan raja pindah dari Kawali ke Bogor menjadi momen langka bagi masyarakat Sunda saat itu.

Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi bertahta di Pakuan Pajajaran sejak 1482 sampai 1521. Sri Baduga Maharaja memimpin Pajajaran selama 39 tahun.

Penyebutan nama Prabu Siliwangi sudah tercatat dalam Kropak 630, sebagai lakon pantun.

Naskah ini ditulis pada 1518 Masehi, saat Sri Baduga Maharaja masih memimpin Kerajaan Pajajaran

Prabu Siliwangi atau Sri Baduga Maharaja berhasil membawa Pajajaran ke puncak kejayaannya. Pajajaran menjadi kerajaan yang makmur dan damai.***

Editor: Muhammad Ayus

Tags

Terkini

Terpopuler