Sosok Keramat Nyai Solichah, Ibu Gus Dur Penuh Kegigihan dan Kedermawanan

7 November 2022, 15:05 WIB
Inilah sosok ibu Gus Dur dengan segala keramat kedermawanannya /Tangkapan layar Facebook/Abdullah Charif


PORTAL MAJALENGKA - Di balik sejumlah kisah keramat KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, ada sosok ibu yang tak boleh dilupakan, yakni Nyai Solichah.

Ibu Gus Dur yang merupakan tokoh perempuan berikut ini sangatlah luar biasa. Nyai Solichah yang merupakan istri dari tokoh besar Islam sekaligus pahlawan Nasional, KH Wahid Hasyim.

Nyai Solichah juga merupakan Ibu dari tokoh besar Islam masa kini yang salah satu putranya pernah menjadi orang nomor satu di Indonesia, yaitu KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.

Baca Juga: Contoh Penulisan Dekskripsi Diri pada Pendaftaran PPPK Guru Tahun 2022

Nyai Solichah lahir di Jombang, tepatnya di desa Denanyar Kabupaten Jombang 11 Oktober 1922 lalu.

Nyai Solichah merupakan anak ketiga dari 6 bersaudara, ayahnya bernama KH Muhammad Bisri Syansuri dan ibunya bernama Nyai Hj Nur Khodijah Hasbullah.

Nyai Solichah memang memiliki nasab yang sangat baik, jika dilihat dari silsilah keturunannya, ia merupakan keturunan dari tokoh-tokoh Islam di Indonesia. Selain itu, Nyai Solichah juga dibesarkan di lingkungan pesantren.

Baca Juga: Gedung Bappelitbang di Area Balai Kota Bandung Terbakar Hebat, Asap Membumbung Tinggi

Ayahnya merupakan pendiri Pondok Pesantren Mambaul Ma'arif Denanyar, Jombang. Sejak kecil, Nyai Solichah sudah diajarkan ayahnya berbagai ilmu agama dengan metode hafalan yang kemudian diajarkan kembali kepada santri-santrinya saat itu.

Dikutip dari buku karangan Sohib berjudul Kiai Bisri Syansuri: Tegas Berpikir, Lentur Bersikap, Nyai Solichah menikah pertama kali di usia yang masih belia dengan Abdul Rohim, yaitu Putra Kyai Kholil dari Singosari yang merupakan perjodohan dari KH Hasyim Asy'ari sang ulama besar pendiri Nahdlatul Ulama.

Baca Juga: Fakta Menarik Francesco Bagnaia Setelah Raih Gelar Juara Dunia MotoGP 2022

Saat usia pernikahan baru menginjak tahun pertama, Nyai Solichah kala itu yang masih berusia 14 tahun sudah ditinggal wafat suaminya. Dalam pernikahan ini, ia belum dikaruniai anak.

2 tahun kemudian, Nyai Solichah menikah dengan KH Wahid Hasyim, putra KH Hasyim Asy'ari. Dari pernikahan ini, Nyai Solichah dikaruniai 6 orang anak.

Anak yang pertama KG Abdurrahman Wahid Ad Dakhil, alias Gus Dur, Nyai Hj Aisyah Wahid, ketiga KH Sholahuddin Wahid alias Gus Sholah, KH Umar Wahid, Nyai Khodijah Wahid, dan yang keenam KH Hasyim Wahid alias Gus Im.

Baca Juga: Abu Nawas Bikin Keadaan Sebuah Keluarga seperti Neraka! Akhirnya Penuh Hikmah

Dalam kehidupannya, meski Nyai Solichah sudah dewasa dan memiliki 6 orang anak, ia semasa hidupnya sangat menghormati orang tua. Sebelum pergi kemanapun, Nyai Solichah tak lupa ia meminta izin kepada ayahnya.

"Sama kakek KH Bisri Syansuri saat itu sangat takzim sekali, sopan santun, dan selalu izin kemana-mana akan pergi," ujar Hanifah Ahmad salah satu keponakan Nyai Solichah yang juga pengasuh asrama Ar Risalah di lingkup Yayasan Mambaul Ma'arif Denanyar.

Pada tahun 1953, suaminya KH Wahid Hasyim wafat dalam kecelakaan lalu lintas. Saat itu Nyai Solichah masih berusia 30 tahun dan telah memiliki 5 orang anak, anak pertama masih berusia 14 tahun dan sedang mengandung 3 bulan.

Baca Juga: 10 Besar Klasemen Akhir MotoGP 2022 Usai Balapan Valencia dan Perjalanan Francesco Bagnaia Raih Gelar Juara

Saat itu, Nyai Solichah tentu saja merasa sangat sedih karena harus ditinggalkan suami tercinta. Tapi ia bukan wanita yang gampang putus asa.

Dengan penuh perjuangan, Nyai Solichah mengurus keenam anaknya dengan gigih. Bahkan ia juga sempat berjualan beras yang dibeli dari Jombang untuk dijual ke Jakarta.

"Nyai Solichah itu sangat mementingkan pendidikan anak-anaknya, sampai ia rela jual beras untuk mencukupi kebutuhan putra-putrinya," ungkapnya.

Baca Juga: Menarik! Kebiasaan Unik Suku Baduy saat Pemakaman dan Ziarah Kubur

Nyai Solichah pun tetap gigih bertahan hidup di ibukota, meski KH Bisri Syansuri sudah memintanya untuk kembali ke Jombang. Akan tetapi ia memilih bertahan di Jakarta dengan semua putra-putrinya.

Merasa penghasilannya dengan menjual beras masih kurang untuk menghidupi anak-anaknya, Nyai Solichah pun mulai berbisnis jual beli mobil, ia juga melayani penjualan material bangunan.

Kepada anak-anaknya, Nyai Solichah tergolong keras dalam pendidikan. Meski begitu, kerasnya aturan yang diberlakukan ternyata membuahkan hasil, bahkan salah satu putranya, Gus Dur menjadi presiden Indonesia keempat.

Baca Juga: Francesco Bagnaia Raih Juara Dunia MotoGP 2022 Meski Finish Ke-9 Pada Balapan MotoGP Valencia

lahir dari seorang ayah politikus, keenam anak Nyai Solichah mayoritas menjadi politikus, hanya putra keempat yang menjadi dokter spesialis paru-paru dan putra yang lain menjadi tokoh agama yang hebat.

"Gus Im ini saya kurang paham karirnya di bidang apa," lanjut Hanifa.

Kiprahnya di Muslimat NU juga membawanya menjadi anggota DPR pada tahun 1971 mewakili NU, hingga tahun 1977 dan 1981 mewakili PPP.

Baca Juga: Inilah Alasan Gus Dur Lebih Pilih Kedai Kopi Ketimbang Kelas Saat Kuliah di Mesir

"Kiprah di dunia politik saya kurang tahu banyak, karena saat itu saya juga masih anak-anak," ungkap Hanifah keponakan Nyai Solichah.

Selain menjadi Ibu yang kuat, Nyai Solichah dalam kesehariannya merupakan seseorang yang sangat baik budi pekertinya. Ia dikenal sebagai orang yang ahli bersedekah dan ahli puasa semasa hidup.

"Dia setiap hari niat puasa, kalau nutup sampai maghrib ya Alhamdulillah, tapi kalau tidak ya setidaknya sudah mendapatkan ganjaran niat" ujar Nyai Hj Nadhiroh pengasuh asrama induk Mambaul Ma'arif Denanyar Jombang.

Baca Juga: Abu Nawas Hanya Tangkap Ribuan Semut Merah tapi Bisa Menangkan Sayembara Raja Harun Al Rasyid

Hidup di lingkup pesantren memang membuatnya terbiasa dengan suasana-suasana agamis. Selain ahli puasa, Nyai Solichah juga ahli sholat. Ia tidak hanya menjalankan sholat fardhu, tapi juga sholat-sholat sunnah lainnya.

"Yang saya tahu, dia sangat baik budi pekertinya, sangat sopan santun juga. Tapi karena saya hanya anak mantu jadi hanya tahu sedikit saja," tambahnya.

Nyai Solichah juga dikenal sangat dermawan, terutama kepada saudara-saudaranya. Menurut Hanifah, saat ia dan semua sepupunya kecil, ia sering diberi uang Rp10.000. Saat itu Rp10.000 merupakan nominal yang sangat besar.

Baca Juga: Kisah Misteri Map Keramat Milik Mbah Liem yang Diberikan Kepada Gus Dur

"Zaman coklat masih mahal itu saya sering dibelikan coklat sama beliau," ungkapnya.

Tidak hanya kepada saudaranya, tapi juga kepada semua orang ia sangat dermawan. Seringkali Nyai Solichah memberikan uang kepada tetangga, teman, maupun orang lain.

Saat bulan Ramadhan, Nyai Solichah juga memberikan sumbangan berupa baju-baju bekas kepada warga Denanyar.

"Baju yang diberikan masih layak pakai dan jumlahnya banyak sekali," kata Hanifah.

Baca Juga: Saking Jengkelnya Abu Nawas Beri Obat Ajaib Berisi Tinja untuk Baginda Raja Harun Al Rasyid

Meski hidup di Jakarta sudah banyak disegani orang tapi Nyai Solichah juga tidak sombong kepada orang yang saat pulang ke kampung halaman Denanyar.

"Beliau kalau sama tamu sangat menghormati sekali, ya karena kedermawanannya itu kalau saya membahas itu super loman pokoknya," tegas Hanifah.***

Editor: Sofhal Adnan

Sumber: YouTube KKW

Tags

Terkini

Terpopuler