Sunan Muria Ubah Santri Malas Jadi Bulus Hingga Turunkan Hujan dengan Pelana Kuda: Keramat Walisongo

14 Agustus 2022, 21:00 WIB
Ilustrasi Sunan Muria dan keramatnya sebagai walisongi yang bisa menurunkan hujan. /Tangkapan layar kanal YouTube/Penerus Para Nabi

PORTAL MAJALENGKA - Sunan Muria lahir dengan nama Raden Umar Said, yang merupakan tokoh Walisongo putra dari Raden Said (Sunan Kalijaga) dengan Dewi Saroh yang merupakan putri Syekh Maulana Ishaq.

Nama Sunan Muria sendiri berasal dari nama gunung (Gunung Muria), yang terletak di sebelah utara kota Kudus Jawa Tengah, tempat Sunan Muria dimakamkan.

Sunan Muria adalah salah satu Walisongo yang terkenal memiliki kesaktian dan keramat. Konon pernah dalam perjalanan pada malam Nuzulul Quran bertemu Umara dan Umari yang merupakan santri.

Baca Juga: SIAPKAN TISU! Kisah Cinta Berdarah Dewi Nawangsih Putri Sunan Muria dan Raden Bagus Rinengku

Keduanya sedang mencabuti bibit padi di sawah malam itu. Sunan Muria berhenti dan menegur keduanya.

“Loh malam Nuzulul Quran kok tidak Baca Alquran malah di sawah, berendam di air seperti bulus saja,” ujar Sunan Muria.

Lantas Umara dan Umari seketika menjadi Bulus yaitu kura-kura air tawar. Tidak lama kemudian Mbah Dudo meminta maaf atas kesalahan kedua santrinya pada Sunan Muria.

Namun Umara dan Umari yang sudah menjadi Bulus tidak bisa kembali berubah menjadi manusia. Kemudian Sunan Muria menancapkan tongkatnya ke tanah dan keluar mata air yang diberi nama Dukuh Sumber.

Tongkatnya berubah menjadi pohon yang diberi nama pohon Tombo Ati yaitu obat hati.

Baca Juga: LEGENDA Pohon Jati Keramat Masin Peninggalan Sunan Muria, Konon Dulunya Bukan Pohon

“Kelak anak cucu akan menghormati mereka setiap seminggu setelah hari raya bulan Syawal, tepatnya pada saat Bodo Kupat alias Kupatan,” ujar Sunan Muria.

Sunan Muria memang dikenal sosok yang memiliki banyak peninggalan. Selain tradisi, Sunan Muria memiliki satu peninggalan benda yaitu pelana kuda yang digunakan masyarakat sekitar Gunung Muria untuk meminta hujan saat wilayah tersebut mengalami kekeringan.

Ritual tersebut dikenal dengan nama Guyang Cekathak. Ritual dilakukan dengan memandikan pelana kuda pada hari Jumat Wage pada musim kemarau.

Ritual tersebut diawali dengan membawa pelana kuda peninggalan Sunan Muria dari Kompleks Masjid Muria ke mata air Sendang Rejoso di Bukit Muria.

Lalu pelana kuda tersebut dicuci dengan air Sendang dan dipercik-percikkan ke warga, kemudian dilanjutkan dengan membaca doa dan menunaikan shalat minta hujan atau istisqo.

Baca Juga: Ingin Rezeki Berlimpah? Mbah Kholil Bangkalan Beri Kunci Suksesnya, Luar Biasa Kekuatan Istighfar

Ritual itu lalu itutup dengan makan bersama dengan lauk-pauk berupa sayuran dipadu parutan kelapa, opor ayam, dan gulai kambing.

Selain itu, disediakan dawet sebagai minuman khas Kudus yang melambangkan turunnya hujan.

Masyarakat sekitar Gunung Muria percaya akan kesaktian Sunan Muria dengan ritual menggunakan pelana kuda peninggalan Sunan Muria, berarti minta tolong agar Sunan Muria membantu mohon pada Allah SWT untuk menurunkan hujan di wilayah tersebut. Sebab datangnya hujan adalah kehendak dari Allah SWT.

Baca Juga: Sekilas Mengenal Sosok Abu Dulaf, Penyair Sekaligis Ilmuan Ahli Logam

Demikian keramat Sunan Muria yang dapat ubah santri menjadi bulus dan dapat turunkan hujan. Waallahua'lam.bisshawab. *

Editor: Ayi Abdullah

Sumber: YouTube Penerus Para Nabi

Tags

Terkini

Terpopuler