Asal Usul Kenapa Hanya Keluarga Kesultanan Kesepuhan yang Dimakamkan di Kompleks Pemakaman Sunan Gunung Jati

20 Juli 2022, 23:56 WIB
Komplek pemakaman Sunan Gunung Jati banyak dimakamkan keturunan Kesultanan Kasepuhan. /Firman Wijaksana/Jurnal Garut

 

PORTAL MAJALENGKA – Sunan Gunung Jati merupakan tokoh muslim dan negarawan yang perannya sangat luar biasa untuk wilayah Jawa bagian barat.

Di bawah kepemimpinan Sunan Gunung Jati, Cirebon mampu mendirikan kerajaan yang dulunya merupakan kekuasaan kerajaan Sunda.

Sunan Gunung Jati yang memiliki nama Syarif Hidayatullah dimakamkan di wilayah Cirebon tepatnya di dataran tinggi yang kemudian dikenal dengan komplek pemakaman Sunan Gunung Jati.

Di komplek pemakaman ini bukan hanya Sunan Gunung Jati, tapi ada empat orang yang memiliki hubungan erat dengan Sunan Gunung Jati, yaitu Nyai Tepasari atau nyai Gede Tepasan, Ratu Bagus Pase (Fadhilah Khan), Syarifah Mudaim (ibu Sunan Gunung Jati), dan nyai Gedeng Sembung (Nyai Ageng Sampang).

Baca Juga: TITISAN SAKTI Sunan Gunung Jati dan Prabu Siliwangi, Berikut Tanda-tandanya

Di komplek pemakaman Sunan Gunung Jati ada hal menarik, yaitu orang-orang yang dimakamkan di komplek tersebut hanya orang yang merupakan keturunan Kesultanan Kesepuhan.

Lantas adakah alasan kenapa hanya keturunan dari Kesultanan Kesepuhan saja yang dimakamkan di komplek pemakaman Sunan Gunung Jati, padahal di Cirebon tidak hanya ada satu Kesultanan.

Hal itu bias dilacak dari kilas balik perjalanan sejarah penguasa kerajaan Cirebon pada pasca pemerintahan Pangeran Girilaya (1650-1662).

Waktu itu, Cirebon mengalami pertikaian politik internal. Ketiga putra Pangeran Girilaya yaitu putra tertua Pangeran Syamsuddin Martawijaya dan putra kedua Pangeran Badruddin Kartawijaya, saling memperebutkan kekuasaan yang ditinggalkan ayahnya.

Dalam proses pertikaian lebih lanjut, putra ketiga Pangeran Wangsakerta yang dikenal Sebagai Panembahan ikut masuk ke dalam kancah perebutan kekuasaan tersebut.

Baca Juga: Masjid Kuno Bondan Indramayu Peninggalan Wali Allah Syekh Datuk Kahfi Guru Sunan Gunung Jati

Pada tanggal 7 Januari 1681 tercapailah perjanjian yang difasilitasi VOC, yang menyangkut pembagian kekuasaan. Isi perjanjian ini menempatkan ketiga putra Pangeran Girilaya sebagai raja yang berdiri sendiri.

Sejak saat itu, di Cirebon berdirilah Kesultanan Kasepuhan dipimpin Sultan Sepuh Martawijaya, Kesultanan Kanoman dipimpin Sultan Kanoman Kartawijaya, dan Panembahan dipimpin Pangeran atau Panembahan Wangsakerta.

Namun ketegangan tetap belum mereda. Ketika Sultan Sepuh wafat, terjadi konflik kembali sehingga pada tahun 1700 di Cirebon muncul empat penguasa yaitu Kasepuhan dipimpin oleh Sultan Sepuh II, Kanoman oleh Sultan Anom, Kacirebonan oleh Pangeran Aria Cirebon, dan Panembahan oleh Panembahan (Wangsakerta).

Menurut Tjandrasasmita, perpecahan politik di antara penguasa Cirebon membawa dampak dalam hal penempatan tata letak kuburan di kompleks makam Sunan Gunung Jati, dengan mendasarkan data dari Carita Purwaka Caruban Nagan terdapat petunjuk identitas makam-makam yang berada di tingkat IX.

Baca Juga: Habib Novel Alaydrus Sebut Habib Rizieq Shihab Seorang Wali Allah, Bukti Ini Disampaikannya

Naskah ini menyebutkan di tingkat itu dikuburkan Sunan Gunung Jati sampai Sultan Sepuh (Kasepuhan) I, tetapi tidak ada petunjuk bahwa disana dikuburkan juga Sultan Anom (kanoman) I dan lainnya.

Berdasarkan pendapat itu, bisa ditarik kesan bahwa privilese politis maupun religius Sultan Sepuh I dan keluarganya dianggap lebih besar daripada Sultan lainnya.

Begitupun tata letak makam itu mengilustrasikan adanya kondisi disharmoni di antara keturunan Sunan Gunung Jati, yang telah tersekat-sekat berdasarkan Kesultanan. *

Editor: Ayi Abdullah

Sumber: Buku Ziarah Makam Sunan Gunung Jati

Tags

Terkini

Terpopuler