Kisah Para Wali, Mbah Hasyim Asy'ari Bentak Gurunya Sendiri Mbah Kholil Bangkalan, Ini yang Terjadi

16 Juli 2022, 16:38 WIB
Kisah Para Wali, Mbah Hasyim Asy'ari Bentak Gurunya Sendiri Mbah Kholil Bangkalan, Ini yang Terjadi. //kemdikbud.go.id/Keterangan tertulis Dirjen Kebudayaan/

PORTAL MAJALENGKA - Di masa remajanya KH. Hasyim Asy'ari atau Mbah Hasyim Asy'ari menuntut ilmu dan berguru pada KH. Kholil Bangkalan Madura.

Mbah Kholil Bangkalan yang terkenal alim bahkan sebagian lainnya meyakini ia adalah seorang wali Allah.

Selepas mengaji pada Mbah Kholil Bangkalan Madura, Mbah Hasyim Asy'ari melanjutkan menuntut ilmu ke Makkah, untuk belajar ilmu hadits, hingga Mbah Hasyim Asy'ari memperoleh gelar Hadratus Syekh (Maha Guru).

Baca Juga: Kesaktian Sunan Kalijaga Dikalahkan Wali Sunan Bonang Hanya dengan Sebilah Tongkat

Sebuah gelar istimewa yang sebenarnya bukanlah merupakan gelar sembarangan, Gelar ini tidak sama dengan gelar “Kiai” yang bisa diperoleh karena kontribusi sosial di masyarakat.

Gelar Hadratus Syekh pada Mbah Hasyim Asy'ari didapat seperti halnya gelar akademik.

Dari keterangan KH. Ahmad Muwafiq, yang biasa disapa dengan Gus Muwafiq, pada haul Gus Dur ke-4 pada 4 Oktober 2015 di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang.

Baca Juga: Wayang Media Dakwah Para Wali, Diteruskan oleh Sunan Kalijaga dan Sunan Bonang

Gelar ini disandang Mbah Hasyim saat lulus dari pendidikan ilmu hadits di Mekah. Bahkan Kiai Hasyim merupakan satu-satunya Ulama dari Asia pada era itu yang menyandang gelar Hadratus Syekh.

Saat itu, gelar Al-Faqih dipersembahkan untuk orang yang hapal 2.000 hadits shohih, gelar Assyaikh hapal semua hadits dari riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim.

Sedangkan gelar Hadratus Syekh adalah gelar untuk penghapal Kutubus Sittah, Hapal hadits dari Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Dawud, Imam Turmudzi, Imam Nasa'i, dan Imam Ibnu Majah.

Baca Juga: Hasil Didikan Para Wali dan Sunan Ampel Menjadikan Sunan Kalijaga Sebagai Wali Nyentrik

Hal itulah yang membuat Mbah Kholil Bangkalan Madura, ulama yang sangat alim dan merupakan guru dari banyak Ulama Seperti,

1. Kiai Ma'shum Lasem (ayah dari Kiai Ali Maksum Krapyak),
2. Kiai Wahab Chasbullah Jombang,
3. Kiai As'ad Syamsul Arifin Situbondo,

4. Kiai Bisri Syansuri Jombang,
5. Kiai Munawir Krapyak,
6. Kiai Hasyim Asy'ari. Dan masih banyak lagi santri dari Mbah Kholil Bangkalan Madura ini.

Mendengar Mbah Hasyim Asy'ari pulang dari tanah suci Makkah, dengan gelar Hadrotus syekh. Membuat Mbah Kholil Bangkalan Mendatangi Mbah Hasyim Asy'ari ke Tebuireng, Jombang.

Maksud kedatangan Mbah Kholil Bangkalan sendiri yaitu ingin belajar dan mengaji ilmu hadits pada Mbah Hasyim Asy'ari.

Kedatangan sang Guru Mbah Kholil Bangkalan yang ingin mengaji pada Mbah Hasyim Asy'ari membuat kaget dirinya.

Segala hal dipersiapkan di Pondok Pesantren Tebuireng untuk menyambut sang guru mulia oleh Mbah Hasyim Asy'ari.

Begitu Mbah Kholil datang ke Tebuireng, beberapa santri segera diperintah Mbah Hasyim Asy'ari untuk mempersiapkan kamar khusus untuk Mbah Kholil.

Setelah semua persiapan beres, Mbah Hasyim Asy'ari dengan takdzim segera mendekat ke Mbah Kholil Bangkalan untuk mohon istirahatnya dikamar yang sudah dipersiapkan.

Mbah Kholil diperlakukan sangat istimewa, Tidak usah tidur seperti santri-santri yang lain. Cuciannya juga nanti biar dicucikan.

Mendapatkan perlakuan khusus seperti itu Mbah Kholil berkata pada Mbah Hasyim.

"Hasyim, di sini saya datang sebagai santri sebagaimana santri yang lain. Jadi janganlah kamu istimewakan dan pisahkan dengan santri-santri yang lain.

Di pesantren Bangkalan, benar memang aku ini kiai kamu, kamu santriku, tapi di sini sebaliknya, kamu sekarang kiaiku dan aku ini santrimu"

"Tapi Mbah", kata Mbah Hasyim kebingungan.

Membayangkan Mbah Kholil yang merupakan gurunya sendiri akan tidur bersama santrinya, tentu saja Mbah Hasyim tidak tega.

Meskipun Mbah Kholil sudah mengeluarkan perintah jangan menganggapnya sebagai guru di Pesantren Tebuireng.

Tapi bagi Mbah Hasyim, mau di manapun, Mbah Kholil adalah kiainya tidak peduli tempat atau tidak peduli status saat keduanya bertemu kali ini

Setelah berpikir keras, akhirnya Mbah Hasyim punya ide. Ia datangi kembali Mbah Kholil di kamarnya.

Mbah Kholil, kali ini Mbah Hasyim mengeluarkan suara sedikit tegas dan keras bagai orang marah Mbah Hasyim bertanya.

"Apakah benar saya dianggap Kiai sebagai guru?" Tanya Mbah Hasyim pada Mbah Kholil.

Mbah Kholil awalnya bingung,
"Iya memang benar. Kamu adalah guru saya". Balas Mbah Kholil.

"Kalau begitu saya perintahkan Mbah Kholil untuk meninggalkan kamar ini dan segera pindah ke kamar yang sudah dipersiapkan.

Berikut juga dengan makanan Mbah Kholil akan diantarkan ke kamar. Jadi Mbah Kholil tidak perlu ikut antre bersama santri yang lain.

Cucian akan dicucikan, tidak perlu antri kamar mandi. Ini bukan permintaan seorang santri kepada kiainya, tapi perintah seorang kiai kepada santrinya" kata Mbah Hasyim tegas.

Mendengar itu Mbah Kholil terkejut, lalu berdiri dan menuruti perintah “guru”-nya

Pelajaran yang bisa diambil dari kisah ini adalah. Pertama, walaupun kita sudah mendapat kehormatan dan kedudukan dari keahlian/keilmuan tertentu

Maka kita tidak boleh gengsi untuk belajar bidang yang bukan keahlian kita dari orang lain.

Sebab manusia tidak ada yang sempurna, satu sisi kita punya kelebihan namun pada sisi yang lain juga punya kekurangan.***

Editor: Muhammad Ayus

Sumber: YouTube Penerus Para Nabi

Tags

Terkini

Terpopuler